Konten dari Pengguna

Tren Makanan Keju di Jakarta hingga Pers di Era Digital

Aksara kumparan
Kami menyeleksi user story terbaik setiap hari. Ayo buat story terbaikmu di kumparan!
23 Januari 2019 6:11 WIB
clock
Diperbarui 15 Maret 2019 3:48 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Aksara kumparan tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Ada empat tulisan yang masuk ke Aksara edisi ini, mulai dari story tentang tren makanan yang ditulis oleh food blogger Justian Edwin, lalu ada story yang ditulis oleh Syahirul Alim mengenai pemilihan presiden 2019. Tidak hanya itu, ada juga story dari Ervina Lutfi dan Ilham Bintang. Berikut selengkapnya.
ADVERTISEMENT
1. 5 Tren Makanan Keju di Jakarta yang Wajib Kamu Coba (Justian Edwin)
Pizza (Foto: Pixabay)
zoom-in-whitePerbesar
Pizza (Foto: Pixabay)
Tampaknya, anggapan bahwa keju adalah makanan mewah sudah bergeser. Melihat perkembangan tren kuliner sejak 2016 lalu, keju cukup merajai pasar kuliner di Indonesia. Makanan yang populer dikonotasikan sebagai makanan bangsawan atau kolonial ini diadaptasi menjadi berbagai makanan lezat yang menggugah selera.
Ya, tidak hanya sehat karena kandungan nutrisi, makanan olahan keju seolah tak ada habisnya bermunculan di kanal media sosial saya. Martabak, hamburger, hingga sate ayam kini tidak luput dari sentuhan keju sebagai pelengkap. Rasanya yang unik ketika disandingkan dengan menu khas Indonesia menjadikan popularitas keju menanjak hingga 2019.
Selengkapnya bisa kamu baca di sini.
2. Bagimu Capresmu, Bagiku Capresku, Baginya Golputnya (Syahirul Alim)
Pasangan capres-cawapres Joko Widodo (ketiga kiri) dan Ma'ruf Amin bersalaman dengan pasangan lawan Prabowo Subianto dan Sandiaga Uno usai debat. (Foto: Antara/Sigid Kurniawan)
zoom-in-whitePerbesar
Pasangan capres-cawapres Joko Widodo (ketiga kiri) dan Ma'ruf Amin bersalaman dengan pasangan lawan Prabowo Subianto dan Sandiaga Uno usai debat. (Foto: Antara/Sigid Kurniawan)
Soal pilihan politik tak ubahnya seperti keyakinan dalam memilih sebuah agama, seolah sosok pemimpin politik menjadi penentu 'selamat' atau tidaknya semua orang.
ADVERTISEMENT
Sebab, prinsip 'keselamatan' (salvation) tentu saja ada dalam semua agama dan setiap pemeluknya meyakini bahwa agama yang saat ini diyakininya mampu menyelamatkan seluruh hidupnya hingga nanti dibangkitkan kembali di Hari Kiamat.
Selengkapnya bisa kamu baca di sini.
3. Aplikasi Chat Pengaruhi Gaya Hidup Masyarakat Asia Tenggara (Ervina Lutfi)
Ilustrasi chatting. (Foto: Pixabay)
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi chatting. (Foto: Pixabay)
Perubahan gaya hidup ‘digital’ dan ‘on-the-go’ menimbulkan ekspektasi berbeda dari konsumen masa kini, sehingga perusahaan di Asia Tenggara harus tanggap terhadap perubahan agar tidak kehilangan pasar. Hal tersebut diutarakan dalam sebuah white paper yang dirilis oleh Qiscus, perusahaan yang bergerak di bidang pengembangan teknologi real-time communication (RTC).
Dalam white paper sebanyak tiga seri tersebut ada dua topik utama yang disoroti. Pertama, perihal tren penggunaan chat di kalangan pasar Asia Tenggara. Kedua, bagaimana tren tersebut kemudian mempengaruhi ekspektasi pasar yang didominasi oleh milenial.
ADVERTISEMENT
Selengkapnya bisa kamu baca di sini.
4. Pers di Era Digital, Idealistis atau Realistis? (Ilham Bintang)
Para tokoh PWI tampil dalam Raker PWI di Jakarta, hari pertama 21 Januari 2019. Dari kiri: Sekjen Mirza Zulhadi (moderator); Ketua Umum PWI, Atal S. Depari; Ketua Dewan Kehormatan, Ilham Bintang; Ketua Dewan Penasihat, Margiono. (Foto : PWI/Dias) (Foto: Istimewa)
zoom-in-whitePerbesar
Para tokoh PWI tampil dalam Raker PWI di Jakarta, hari pertama 21 Januari 2019. Dari kiri: Sekjen Mirza Zulhadi (moderator); Ketua Umum PWI, Atal S. Depari; Ketua Dewan Kehormatan, Ilham Bintang; Ketua Dewan Penasihat, Margiono. (Foto : PWI/Dias) (Foto: Istimewa)
Persatuan Wartawan Indonesia (PWI) Pusat menggelar Rapat Kerja di Jakarta, 21-22 Januari 2019. Ini merupakan rapat kerja pertama sejak terbentuk pengurus baru di bawah Ketua Umum, Atal Sembiring Depari, hasil Kongres PWI di Surakarta, 27-30 September 2018.
Pada kesempatan ini, Atal Sembiring Depari menegaskan kembali janjinya di depan kongres bahwa di tengah perkembangan media massa dan media sosial Tanah Air yang diwarnai berbagai perubahan, ia akan membawa PWI lima tahun ke depan dengan visi baru.
Selengkapnya bisa kamu baca di sini.