Wisata Religi Patung Buddha Tidur di Mojokerto yang Dikenal Hingga Mancanegara

Al Bustomi
Mahasiswa di UPN "Veteran" Jawa Timur
Konten dari Pengguna
24 Desember 2021 19:24 WIB
·
waktu baca 4 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Al Bustomi tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Foto Patung Budha Tidur di Mojokerto, Sumber: Foto Pribadi Penulis
zoom-in-whitePerbesar
Foto Patung Budha Tidur di Mojokerto, Sumber: Foto Pribadi Penulis
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Mojokerto merupakan salah satu kota yang terkenal karena terdapat berbagai macam sektor pariwisata. Di Mojokerto terdapat sejumlah tempat wisata sejarah yang berbagai macam seperti candi, museum, dan juga tempat penemuan-penemuan sejarah lainnya. Salah satu tempat wisata yang sangat menarik dan juga unik, adalah Patung Buddha Tidur.
ADVERTISEMENT
Objek wisata ini berlokasi di kompleks MahaVihara Mojopahit, atau tepatnya ada di Jl. Raya Trowulan, Siti Inggil, Bejijong, Kec. Trowulan, Kabupaten Mojokerto, Jawa Timur. Tempatnya mudah dicari dan juga memiliki akses jalan yang cukup memadai.
Patung Buddha Tidur Mojokerto ini dibangun di atas kolam ikan dan juga dikelilingi dengan pemandangan yang indah. Di mana hal ini dapat diartikan sebagai perlambang bahwa Sang Buddha telah mencapai Parinirvana. Dalam Agama Buddha sendiri, Parinirvana mengacu kepada nirvana atau alam setelah kematian, yang terjadi pada kematian dari tubuh seseorang yang mencapai nirvana semasa hidupnya. Parinirvana menyiratkan pembebasan dari Saṃsāra, karma, dan kelahiran kembali, serta hancurnya skandha.
Sejarah Singkat Patung Buddha Tidur di Mojokerto
Sedikit membahas sejarahnya, Patung Buddha tidur di Mojokerto adalah tempat beribadah umat Buddha yang dibuka untuk masyarakat umum. Awalnya Patung Buddha Tidur di Mojokerto dibuat pada tahun 1993 dan merupakan salah satu patung terbesar di negara Indonesia. Patung Buddha tidur tersebut merupakan patung yang menggambarkan Buddha Gautama yang memiliki panjang 22 meter, lebar 6 meter dan tinggi 4,5 meter. Tidak hanya itu, Patung Buddha tidur tersebut dibuat menggunakan beton, dan seluruh bagian patung dicat warna kuning keemasan.
ADVERTISEMENT
Karena alasan historis itu, pengelola dari Wihara ini menolak untuk memberi label “wisata” pada Patung Buddha Tidur. Karena sejatinya, tempat tersebut adalah tempat untuk beribadah. Jika kalian ingin berkunjung, bagi yang tidak beribadah, pihak pengelola mengenakan tarif Rp 5.000 untuk biaya kebersihan dan perawatan.
Patung Buddha Tidur di Mojokerto yang Sudah Terkenal di Luar Negeri
Bukan hanya wisatawan lokal, bahkan wisatawan mancanegara yang berkunjung. Karena Patung Buddha Tidur yang ada di Mojokerto merupakan yang terbesar ketiga di dunia, Patung Buddha Tidur di Mojokerto ramai mendapat perhatian masyarakat global.
Menurut pihak pengelola wisatawan tersebut merupakan wisatawan umat atau dengan tujuan ibadah. Wisatawan tersebut rata-rata berasal dari Nepal, Tibet, dan beberapa negara Asia Tenggara pemeluk agama Buddha. Pihak pengelola juga mengatakan bahwa mereka yang dari luar negeri datang untuk mengikuti rangkaian kegiatan keagamaan yang dilaksanakan.
ADVERTISEMENT
Karena apresiasi yang luar biasa dari masyarakat luar negeri ini, nama daerah Mojokerto sebagai daerah yang memiliki wisata sejarah dan religi semakin meluas. Pemerintah juga mengembangkan daerah sekitar dengan proyek Anugerah Desa Wisata.
Ini berarti pemerintah sendiri juga ikut membantu memperkenalkan budaya lokal Indonesia. Pemerintah Kabupaten Mojokerto bagian Dinas Perhubungan dan Pariwisata juga ikut berperan dalam memperkenalkan wisata ini, contohnya dengan promosi melalui acara Gus & Yuk Mojokerto.
Dampak Positif Bagi Masyarakat Sekitar
Adanya Patung Buddha Tidur membawa dampak positif pada lingkungan sekitar, yang akhirnya penduduk lokal banyak yang membuka toko di sekitar Patung Buddha Tidur tersebut.
Sebagian besar dari mereka berjualan suvenir dan juga berbagai makanan. Masyarakat setempat yang berjualan mengaku bahwa objek Patung Buddha Tidur membawa rezeki bagi mereka. Banyak yang terbantu di sisi ekonomi karena ramainya pengunjung.
ADVERTISEMENT
Namun karena pandemic virus Covid-19 yang melanda, sempat ada penutupan yang terjadi, dan berimbas pada penurunan pengunjung. Akhirnya tidak sedikit penjual yang gulung tikar, dan hanya beberapa saja yang masih bertahan. Salah satu narasumber yang kami wawancara telah berjualan sekitar satu tahun lebih sebelum pandemi. Menurut beliau memang banyak ruginya saat pandemi, bahkan omzet yang didapat bisa di bawah 50% di masa sebelum pandemi.
Untungnya keadaan sudah membaik, tapi beliau juga mengatakan bahwa keuntungan yang didapat dan juga pengunjung yang datang sudah tidak seramai sebelum pandemi. Beliau berharap untuk ke depannya lagi jika pandemi belum selesai, untuk pemerintah tidak menutup paksa toko toko yang berjualan.