Konten dari Pengguna

Wedangan tradisional Mbah Djumin di Giriwoyo, Wonogiri yang Legendaris

Gibral Muhammad Albab
Alumni Ilmu Sejarah Universitas Negeri Yogyakarta Freelance Writer
15 Mei 2024 11:00 WIB
·
waktu baca 2 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Gibral Muhammad Albab tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Wedangan Mbah Djumin yang Melegenda di Giriwoyo, Wonogiri (Sumber: Dokumentasi pribadi)
zoom-in-whitePerbesar
Wedangan Mbah Djumin yang Melegenda di Giriwoyo, Wonogiri (Sumber: Dokumentasi pribadi)
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Wonogiri - Kuliner di Kabupaten Wonogiri memang tak ada habisnya, selain terkenal dengan bakso dan mie ayamnya yang telah digandrungi oleh banyak orang serta masakan tradisional berupa nasi tiwul legendaris. "Kota Gaplek" ini juga memiliki kuliner yang melegenda yaitu Wedangan Mbah Djumin. Sekarang sudah diteruskan oleh keturunan ke 7 nya, bisa dibayangkan betapa lamanya wedangan ini sudah ada menjajakan gendar, tempe, dan jadah ketan.
ADVERTISEMENT
Terletak di Dusun Brak Kidul, Kecamatan Giriwoyo, Kabupaten Wonogiri wedangan Mbah Djumin ini menawarkan konsep tradisional food berupa makanan gendar, tempe, dan jadah ketan serta minuman teh hangat sangat cocok untuk sarapan pagi. Mulai buka pukul 05.00-10.00 WIB, wedangan satu ini sangat ramai dikunjungi oleh pembeli dengan harga mulai dari 5 ribu rupiah saja kita telah bisa menikmati jajanan tradisional ini.
Pembelinya beragam, antara lain letaknya yang dekat dengan Pasar Giriwoyo membuat orang tua belanja atau jualan di pasar saat Kliwonan pasti banyak yang sarapan pagi disini, lalu para pegowes yang mampir untuk sarapan, serta anak muda juga banyak menyukainya.
Warung legend ini telah beroperasi lama bahkan sejak jaman penjajahan Belanda, sekarang Wedangan Mbah Djumin diteruskan oleh adik dan anaknya.
ADVERTISEMENT
Sejarah Warung Mbah Djumin, Makanan Tradisional yang Melegenda
Pembeli sedang mencicipi makanan tradisional di Warung Mbah Djumin (Sumber: Dokumentasi pribadi)
Warung makan yang berlokasi di Giriwoyo, Wonogiri tersebut merupakan makanan tradisional yang melegenda. Makanan tradisional merupakan makanan yang dikonsumsi oleh golongan ethnik dan wilayah yang spesifik (Hadisantoso, 1993). Makanan tradisional diolah berdasarkan resep seeara turun-temurun, bahan yang digunakan berasal dari daerah setempat, dan makanan yang dihasilkan pun harus sesuai dengan selera masyarakat setempat.
Dengan adanya Wedangan Mbah Djumin ini berarti kearifan lokal makanan tradisional dari nenek moyang kita terjaga sampai sekarang di perkembangan jaman yang serba modern ini. Walaupun teknologi semuanya serba canggih dan makanan pun juga banyak berasal dari luar negeri, namun jangan lupa bahwa Indonesia kaya dengan menu tradisionalnya yang sangat melegenda.
ADVERTISEMENT
Makanan yang Sarat Nilai Simbolis
Bercengrama sembari menikmati Wedangan di Warung Mbah Djumin (Sumber: Dokumentasi pribadi)
Menurut Alonso, E. B. (2015) makanan sarat dengan nilai simbolis pada kelompok masyarakat dan telah menjadi sarana komunikasi yang menciptakan atau memperkuat hubungan sosial, mengekspresikan identitas pribadi atau kelompok manusia (misalnya etnis, kelas, gender) dan menghubungkan kepada suatu kelompok masyarakat yang masih hidup atau kepada para leluhur.
Sehingga kebudayaan, agama, dan pengetahuan tradisional yang tertanam adalah penentu utama dari apa dan bagaimana manusia mengolah makanan tersebut.
Seperti wedangan ini yang merekatkan hubungan antar masyarakat dengan mengobrol sembari menikmati jajanan kampung khas Jawa Tengah yakni dengan melalui makanan tradisional yang tetap eksis di era modern. Sekarang warung ini tetap lestari dan tak tergerus oleh jaman. Antrian yang banyak menandakan, wedangan legend ini tak sepi oleh pembeli.
ADVERTISEMENT
Gibral Muhammad Albab
Alumni Ilmu Sejarah Universitas Negeri Yogyakarta Angkatan 2018