Konten dari Pengguna

Dilema Poligami dalam Kehidupan Rumah Tangga

Albani Akbar
Mahasiswa Hukum Keluarga, Fakultas Syariah & Hukum, UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
15 Desember 2024 13:07 WIB
·
waktu baca 3 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Albani Akbar tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ilustrasi poligami sumber: Pixabay
zoom-in-whitePerbesar
ilustrasi poligami sumber: Pixabay
ADVERTISEMENT
Dilema Poligami dalam Kehidupan Rumah Tangga
Meskipun diterima dalam beberapa agama dan budaya, poligami sering menimbulkan masalah dalam kehidupan rumah tangga. Poligami dapat dianggap sebagai cara untuk memenuhi kebutuhan finansial dan emosional seseorang. Namun, di sisi lain, praktik ini sering menyebabkan ketidakadilan dan kecemburuan di antara pasangan. Keharmonisan keluarga dapat terganggu jika ada ketidaksetaraan dalam sumber daya dan perhatian. Selain itu, anak-anak yang dibesarkan dalam keluarga poligami mungkin menghadapi stigma sosial dan kesulitan dalam membangun identitas mereka sendiri. Akibatnya, pasangan harus mempertimbangkan dampak emosional dan sosial sebelum memutuskan untuk poligami.
ADVERTISEMENT
Salah satu alasan utama seorang suami untuk berpoligami adalah dorongan biologis dan keinginan untuk memiliki lebih banyak anak. Beberapa pria percaya bahwa mereka dapat memberikan kehidupan yang lebih baik dengan memiliki lebih dari satu istri, terutama jika mereka merasa mampu secara finansial untuk mendukung keluarga besar. Selain itu, dalam beberapa budaya, poligami dianggap sebagai simbol status dan kekayaan. Namun, alasan-alasan ini sering kali tidak mempertimbangkan dampak emosional yang mungkin dirasakan oleh istri-istri dan anak-anak.
Dampak Negatif Poligami
Ketidakadilan dan kecemburuan di antara pasangan sering terjadi karena praktik poligami. Keharmonisan rumah tangga dapat terganggu jika tidak ada keseimbangan antara perhatian dan sumber daya. Misalnya, istri pertama mungkin merasa terabaikan ketika suaminya menikah lagi, yang dapat menyebabkan konflik antara mereka. Selain itu, anak-anak yang dilahirkan dari hubungan poligami juga dapat mengalami dampak psikologis yang signifikan. Karena perhatian orang tua terbagi antara beberapa istri dan anak, mereka mungkin merasa kurang diperhatikan atau bahkan terabaikan. Poligami juga dapat menyebabkan masalah ekonomi. Meskipun
ADVERTISEMENT
beberapa suami berusaha untuk memberi semua istri mereka gaji yang sama, kenyataannya sering kali berbeda. Banyak istri percaya bahwa suami mereka tidak memberikan cukup uang untuk memenuhi kebutuhan mereka dan anak-anak mereka. Ini dapat menyebabkan ketegangan dalam hubungan karena istri harus bekerja keras untuk memenuhi kebutuhan hidup mereka sendiri.
Selain itu, poligami dipandang sebagai pelanggaran terhadap hak asasi manusia dan prinsip kesetaraan gender di beberapa masyarakat, tetapi dianggap sebagai bagian dari kebiasaan sosial yang harus dihormati. Isu-isu moral dan etika sering kali muncul saat orang berbicara tentang poligami. Oleh karena itu, penting bagi masyarakat untuk berbicara secara terbuka tentang dampak sosial dari poligami dan menemukan solusi yang adil untuk semua pihak yang terlibat. Dalam kehidupan rumah tangga, dilema poligami adalah masalah yang rumit yang melibatkan berbagai komponen emosional, sosial, dan ekonomi. Meskipun ada alasan tertentu di balik kebiasaan ini, dampak buruknya terhadap hubungan keluarga tidak dapat diabaikan. Para pelaku poligami harus memprioritaskan perlakuan yang adil terhadap semua istri dan memperhatikan kebutuhan anak-anak mereka. Pendekatan yang sensitif dan pemahaman mendalam tentang konsekuensi sosial dari praktik ini diharapkan dapat mencapai keharmonisan rumah tangga meskipun dalam konteks poligami.
ADVERTISEMENT
Kesimpulannya, meskipun poligami dapat dianggap sebagai solusi untuk beberapa masalah sosial atau ekonomi, dampak negatifnya terhadap hubungan keluarga dan kesejahteraan individu tidak dapat diabaikan. Keadilan dalam perlakuan terhadap semua istri serta perhatian terhadap kebutuhan anak-anak harus menjadi prioritas utama bagi para pelaku poligami agar keharmonisan rumah tangga dapat terjaga. Meskipun ada undang-undang yang mengatur poligami, banyak praktik dilakukan tanpa mematuhi syarat-syarat yang ditetapkan, seperti persetujuan istri pertama dan kemampuan suami untuk memenuhi kebutuhan semua istri. Hal ini sering kali mengarah pada situasi di mana istri pertama merasa terabaikan, dan anak-anak mengalami dampak psikologis negatif akibat ketidakstabilan dalam keluarga.