Konten dari Pengguna

Ajarin: Awalnya dari Tesis, Kini Berbuah Manis

1 April 2018 23:57 WIB
clock
Diperbarui 14 Maret 2019 21:10 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Albert Agung Bagus Prasetiyo tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Ajarin: Awalnya dari Tesis, Kini Berbuah Manis
zoom-in-whitePerbesar
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Nama Ajarin memang belum sepopuler Ruang Guru atau LesGO!. Namun bisnis yang satu ini patut dilirik karena tergolong unik. Ajarin merupakan paltform digital tempat pelanggan mencari guru. Bedanya, Ajarin berfokus pada soft skill ketimbang kemampuan konvensional, seperti yang diajarkan sekolah dan kursus pada umumnya. Platform ini menargetkan konsumen orang tua dengan anak berusia 4-16 tahun.
ADVERTISEMENT
Adalah Caroline Rumiris Samosir, ‘ibu’ di balik startup ini. Oline, begitu ia biasa disapa, awalnya hanya iseng memasukkan ide soal les soft skill ini dalam lomba 1001 Startup Digital. Kebetulan juga, ia yang kini berkuliah S2 di Universite Paris Nord, Prancis dengan jurusan Inovasi dalam Komunikasi ini, menjadikan aplikasi berbagi jasa sebagai tesisnya.
Ajarin: Awalnya dari Tesis, Kini Berbuah Manis (1)
zoom-in-whitePerbesar
“Jadi saat beasiswa tahunan saya habis, saya membuka situs-situs kementerian untuk mencari beasiswa. Dan pada saat saya buka situs Kementerian Kominfo, saya melihat ada iklan 1001 Startup Digital. Wah, pas nih sama tesis,” ujar Oline, Minggu 1 April 2018.
Lalu ia pun memasukkan syarat yang diminta dalam lomba dan akhirnya lolos terus sampai tahap akhir. Makanya, Ajarin bisa menjadi salah satu startup yang direalisasikan. Meski begitu, Oline sempat galau. Sebab, ia harus melanjutkan studinya, tapi di sisi lain, kesempatan besar mengurus 'anak' menantinya.
Ajarin: Awalnya dari Tesis, Kini Berbuah Manis (2)
zoom-in-whitePerbesar
“Tapi akhirnya saya konsultasi sama dosen. Dosen saya pun mendukung saya untuk cuti dan merealisasikan Ajarin. Kata dia, S2 bisa kapan saja. Selain itu, di tesis saya, Ajarin ini baru sebatas purwarupa (prototype),” kata dia melanjutkan.
ADVERTISEMENT
Ia pun berkisah, awalnya di tesis ini dirinya ingin membuat aplikasi yang bisa mempertemukan orang yang memiliki kemampuan untuk orang yang membutuhkan kemampuan tersebut. “Semacam sejasa.com,” ucapnya. Namun, ia merasa terpanggil dengan pendidikan di Indonesia dan akhirnya memutuskan untuk membuat platform pendidikan untuk anak.
Dara yang pernah mengenyam pendidikan dasar dan menengah di Swiss ini mengatakan, ada perbedaan besar antara sekolah Indonesia dan luar negeri. Di Indonesia, pendidikan lebih diuamatakan ke pelajaran matematika saja. “Sementara saat saya sekolah dasar dulu, saya belajar bikin keramik dari tanah liat, menganyam, bahkan pelajaran sains pun saya ke hutan mencari daun. Lebih ditekankan ke delapan kecerdasan,” tutur dia.
Ajarin: Awalnya dari Tesis, Kini Berbuah Manis (3)
zoom-in-whitePerbesar
Selain karena terpanggil dengan pendidikan di Indonesia, salah satu tujuannya membuat bisnis ini adalah agar para mahasiswa mendapatkan uang tambahan. Menurut Oline, sebenarnya ada potensi yang bisa diajarkan para mahasiswa kepada anak-anak dan tentunya menghasilkan uang.
ADVERTISEMENT
“Kata guru-guru yang ada di Ajarin, ini membantu banget untuk mendapatkan uang lebih. Kalau biasanya mahasiswa dibayar Rp 50 ribu, di sini mereka bisa dapat Rp 120 ribu per jam,” ucapnya.
Kini, platform yang rencananya launching pada awal Juni 2018 tersebut sudah memiliki 450 guru dengan 25 pelanggan orang tua murid. Ke depannya, Ajarin akan hadir di ponsel dengan maksud agar orang tua bisa memantau anaknya. Sementara tarif yang dipatok Ajarin untuk setiap gurunya beragam, mulai dari Rp 90 ribu hingga Rp 200 ribu per jamnya. Adapun sebanyak 20 persen dari biaya itu masuk ke profit Ajarin.
Ajarin: Awalnya dari Tesis, Kini Berbuah Manis (4)
zoom-in-whitePerbesar
“Untuk pelajarannya sendiri sekarang ada piano, melukis dan menggambar, coding for kids, bahkan mengaji,” ujarnya.
ADVERTISEMENT
Meskipun sempat ditinggal personelnya, tapi Oline tak patah semangat. Dengan total delapan awak yang terdiri dari delapan empat orang di bagian IT, 1 orang desainer grafis, dua orang di bagian marketing, dan 1 community manager, Oline optimistis dengan Ajarin ke depannya. Sebab, kata dia, sudah ada beberapa investor yang berniat berinvestasi di Ajarin. Akhri kata, Oline berpesan, “Mulailah bisnis dari apa yang kita suka.”