Konten dari Pengguna

Apa Itu Bahasa Gen Z dan Gen Alpha ?

Albertius Nirwasita Putra  Pranata
Mahasiswa Bahasa dan Sastra Inggris , Fakultas Ilmu Budaya Universitas Airlangga
15 November 2024 17:14 WIB
·
waktu baca 3 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Albertius Nirwasita Putra Pranata tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Globalisasi dan digitalisasi merupakan 2 hal yang tidak dapat dihindari saat ini. Globalisasi membawa berbagai dampak, baik dampak positif maupun negatif. Fenomena ini juga memunculkan beragam inovasi dan hal yang baru. Salah satu hasil dari digitalisasi yaitu adanya tren “Bahasa Gen Z dan Gen Alpha”. Bahasa ini tercipta dari kultur orang afrika-amerika (orang berkulit hitam). Lalu perkembangan digital dan budaya juga berpengaruh terhadap hadirnya budaya ini. Penyebaran fenomena ataupun budaya ini juga dilakukan melalui beberapa tokoh maupun artis di sosial media.
Infografis Generasi Alpha dan Generasi Z https://www.shutterstock.com/id/image-vector/people-generations-infographic-vector-set-cartoon-2484425023
zoom-in-whitePerbesar
Infografis Generasi Alpha dan Generasi Z https://www.shutterstock.com/id/image-vector/people-generations-infographic-vector-set-cartoon-2484425023
Fenomena bahasa yang digunakan oleh Generasi Z (Gen Z) dan Generasi Alpha (Gen Alpha) di media sosial telah menjadi cerminan dari budaya dunia digital yang terus berkembang. Kedua generasi ini, yang lahir dan tumbuh di era internet, memanfaatkan teknologi untuk menciptakan bahasa yang lebih cepat, singkat, dan visual dalam berkomunikasi. Salah satu ciri khas bahasa mereka adalah penggunaan singkatan dan akronim, seperti "LOL" (Laugh Out Loud), "FOMO" (Fear of Missing Out), dan "BRB" (Be Right Back), yang bertujuan untuk mempercepat percakapan di platform seperti Twitter, Tik Tok, dan Instagram yang memiliki batasan karakter. Selain itu akhir-akhir ini juga muncul fenomena kebahasaan yang baru yaitu brainrot.
ADVERTISEMENT
Brainrot merupakan istilah yang digunakan untuk penggunaan Bahasa gen Z dan gen Alpha. Istilah Brainrot awalnya digunakan kepada orang – orang yang mengalami kecanduan bermain permainan daring, namun pada akhir ini istilah tersebut berkembang menjadi lebih luas, kini Brainrot digunakan kepada orang-orang yang menghabiskan sebagian besar waktunya di sosial media. Berikut beberapa kata dan frasa yang sering digunakan oleh Gen Z dan Gen Alpha yang termasuk dalam kelompok brainrot:
1. Mewing
Mewing adalah sebuah Gerakan merapatkan merapatkan bibir sambil memosisikan lidah di atas langit-langit mulut agar rahang kita terlihat lebih tegas dan penampilan kita menjadi lebih keren. Para Gen Z dan Gen Alpha sering melakukan hal ini sebagai sebuah pose maupun candaan di sosial media
ADVERTISEMENT
2. Sigma
Sigma disini merujuk kepada sebuah kepribadian seseorang yang mandiri, populer, dan mawas diri. Gen Z dan Gen Alpha menganggap kepribadian ini adalah sesuatu yang keren. Maka dari itu, tak jarang mereka menggunakan terminology ini untuk menggambarkan sesuatu yang menurut mereka keren.
3. Rizz
Rizz adalah sebuah singkatan dari kata charisma. Para kaum muda jaman sekarang sering menggunakannya untuk menggambarkan seseorang yang sedang melakukan rayuan , godaan atau apapun untuk memikat orang lain.
4. Fanum Tax
Fanum Tax aslinya merupakan nama dari streamer terkenal asal amerika. Ia dikenal sering menjahili sesame teman streamernya dengan mengambil makanan mereka. Hal ini membuat Gen Z dan Gen Alpha menggunakan kata “Fanum Tax” untuk menyebutkan seseorang yang sedang mencuri dan mengambil hak milik orang lain tanpa izin.
ADVERTISEMENT
5. Gyatt
Kata ini sering digunakan kepada wanita yang berpenampilan menarik. “Gyatt” menunjukkan rasa kaget dan ketertarikan setelah melihat seseorang yang menurut kita menarik.
6. Skibidi
Skibidi digunakan untuk menjelasakan sesuatu yang dianggap oleh Gen Alpha dan Gen Z jelek atau kurang keren, namun tak jarang kata ini juga digunakan untuk mendeskripsikan sesautu yang aneh.
Bahasa yang digunakan oleh Gen Z dan Gen Alpha di media sosial bukan hanya alat komunikasi, tetapi juga menjadi sarana pembentukan identitas dan kelompok. Mereka menciptakan bahasa gaul yang hanya dimengerti oleh kalangan mereka sendiri, sekaligus menjadi tanda solidaritas dengan komunitas tertentu, seperti penggemar K-pop atau komunitas gaming. Dinamika bahasa yang cepat berubah ini menggambarkan betapa fleksibelnya generasi muda dalam beradaptasi dengan teknologi dan budaya global. Dengan semua perkembangan ini, bahasa di media sosial bukan lagi sekadar alat komunikasi, melainkan bagian penting dari interaksi sosial dan pembentukan identitas di era digital.
ADVERTISEMENT