1 Abad Nahdlatul Ulama: Manifestasi Perjuangan Ulama NU

Alby Labib
Mahasiswa Pascasarjana UIN Bandung
Konten dari Pengguna
14 Februari 2023 20:00 WIB
·
waktu baca 3 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Alby Labib tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Suasana Puncak Resepsi Harlah 1 Abad NU di Stadion Gelora Delta Sidoarjo, Jawa Timur, Rabu (7/2/2023). Foto: NU Online
zoom-in-whitePerbesar
Suasana Puncak Resepsi Harlah 1 Abad NU di Stadion Gelora Delta Sidoarjo, Jawa Timur, Rabu (7/2/2023). Foto: NU Online
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Selasa, 7 Februari 2023/16 Rajab 1444, diperingati hari lahir organisasi besar Nahdlatul Ulama—yang pada kesempatan ini genap berusia 1 abad. Tentu bukan perkara mudah mengemban organisasi dalam waktu yang lama tersebut. Pasti memerlukan dasar yang sangat kuat sehingga dapat terus diterima di masyarakat.
ADVERTISEMENT
Para muassis/pendiri organisasi ini lah yang dengan keikhlasannya menanamkan kepada penerusnya arti perjuangan sesungguhnya. Sehingga dengan izin Allah Nahdlatul Ulama dapat tetap eksis di tengah dinamika masyarakat. Bahkan NU sudah seperti darah daging bangsa Indonesia itu sendiri.
Banyak peristiwa-peristiwa besar, yang jika tidak ada NU di dalamnya mungkin tidak dapat teratasi. Khidmah besar NU kepada bangsa Indonesia lah yang menjadikannya sebagai organisasi yang sangat diterima oleh setiap lapisan masyarakat.
Dalam berbagai dinamika perpolitikan nasional, NU telah mampu memberikan uswah hasanah. Karena prinsip dasar yang dipegang oleh kader-kader NU adalah politik kebangsaan. Bukan hanya soal rebut-merebut kekuasaan, tapi NU selalu berupaya menjaga keutuhan bangsa Indonesia.
Dalam Bahasa Gus Dur, beliau menyebut “di atas politik ada kemanusiaan”. Barangkali kalimat itulah yang dapat menggambarkan bagaimana khittah NU dalam menjalankan aktivitas politiknya.
ADVERTISEMENT
Coba bisa kita bayangkan jika NU sedari awal tidak memegang prinsip tersebut, dengan jumlah warganya yang sangat banyak di Indonesia. Bahkan konon menurut salah satu Lembaga survei sekitar 75 persen warga Indonesia mengaku Nahdliyyin, tentu akan begitu mudah menggunakan privilege tersebut untuk meraup berbagai keuntungan.
Bahkan tidak mustahil untuk dapat menentukan arah kebijakan Indonesia sesuai “keinginan” nya sendiri. Tapi nyatanya tidak seperti demikian. Hal tersebut merupakan bukti bahwa NU memegang teguh prinsip politik kebangsaan.
Kiprah NU dalam Pendidikan sudah sangat jelas dapat dirasakan. Terutama sekali kiprah ulama-ulama NU dalam mengabdikan dirinya dalam Pendidikan kepesantrenan. Melalui Lembaga pesantren itu lah NU sebagai organisasi keagamaan mampu mencetak kader-kader yang mumpuni dalam ilmu keislaman.
ADVERTISEMENT
Bukan hanya itu, dengan hadirnya NU pesantren yang dengan kehidupan sehari-harinya membaca teks agama, juga dididik untuk tetap menyesuaikan realitanya. Terbukti, pesantren-pesantren dengan Haluan NU tidak pernah melahirkan santri/pelajar yang berpahaman ekstrimisme.
Tentunya melalui keilmuan yang luas sosok ulama NU sehingga membuka cakrawala santri-santrinya mengenai keberagaman. Tidak mungkin orang yang luas pengetahuan dan pengalamannya bersikap ekslusif.
Semakin ia mendalami satu mengetahui, semakin sadar juga akan ketidaktahuannya. Layaknya padi, semakin berbuah maka semakin menunduklah padi. Begitulah sikap tawadhu yang diajarkan di pesantren. Inilah sebenarnya dasar “penangkal ekstrimisme” ala pesantren.
Biasanya sikap ekstrimis itu lahir dari pengetahuan yang dangkal disertai sikap yang ekslusif. Kemudian memaksakan realitas yang beragam ke dalam pengetahuan yang sempit itu.
ADVERTISEMENT
Dalam menjalankan fungsi sosialnya, ulama NU jelas memberikan peran yang sangat penting di tengah masyarakat. Bukan hanya sebagai tokoh agama, bahkan peran kiai di tengah masyarakat dibutuhkan hampir setiap fungsi struktur sosial di masyarakat. Di satu sisi banyak kiai yang menjadi seorang konsultan bagi keluh kesah masyarakatnya.
Di sisi lain kiai juga menjadi mediator bagi dua pihak yang berkonfik. Dan di lain sisi juga, kiai juga berfungsi sebagai hakim, untuk setiap masalah yang ada di masyarakat. Bahkan kiai juga bisa jadi konsultan politik bagi masyarakat.
Tidak jarang masyarakat menentukan pilihan politiknya atas fatwa dari seorang kiai. Ini lah betapa kompleksnya peran seorang kiai di tengah masyarakat. Karakteristik kiai seperti demikian, yang siap berbaur dengan masyarakat tentunya sangat khas gaya dari ulama NU, yang secara geneologi lahir dari pedesaan.
ADVERTISEMENT
Beberapa peran ulama NU, seperti yang telah digambarkan merupakan bentuk manifestasi perjuangan NU selama 1 abad ini untuk bangsa Indonesia. Tidak heran ada yang mengatakan “selama ada NU, Indonesia akan tetap berdiri”, karena memang nyatanya demikian. Bayangkan bagaimana nasib Indonesia jika tidak ada peran dari Nahdlatul Ulama?