Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.86.0
Konten dari Pengguna
Efek Samping Ramainya Turis di Bali
20 Januari 2021 6:27 WIB
Tulisan dari Renalda Ester Angkow tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Pada zaman yang modern dan serba aktif ini, tentu sangat mempengaruhi bagaimana peradaban manusia di saat ini dan juga di saat yang akan datang. Hal yang paling terlihat adalah maju-nya teknologi di dunia sehingga banyak hal yang terlihat mustahil menjadi tidak mustahil. Menurut sejarah, manusia sudah hidup berpindah-pindah tempat tinggal atau nomaden sejak dahulu kala. Hingga saat ini hal tersebut masih tetap terjadi, namun terdapat perbedaanya, karena seiring berjalannya waktu, peradaban manusia semakin canggih dan beberapa hal menjadi lebih bervariasi dan lebih mudah, salah satunya ialah bagaimana lajur perpindahan itu tersebut. Seperti yang terjadi di Indonesia, tepatnya pulau Bali banyak masyarakat dari luar Indonesia yang datang ke Bali dengan tujuan yang berbeda-beda. Namun umumnya para turis atau masyarakat asing yang berkunjung ke Indonesia, memiliki tujuan untuk berlibur dan jumlahnya sangatlah banyak, hal ini bisa di sebut sebagai over-tourism atau jumlah wisatawan di Bali mencapai jumlah yang sangat banyak. Lalu apakah yang menjadi efek samping dari over-tourism ini?
ADVERTISEMENT
Adanya perbedaan budaya dan perilaku dari luar negeri terhadap budaya lokal, dapat menjadi sebuah keunikan atau keuntungan atau bahkan menjadi sebuah masalah. Dalam hal over-tourism, hal ini bisa menjadi masalah. Seperti yang sudah diketahui sebelumnya, bahwa pada umumnya para turis datang untung berpariwisata atau berlibur di Bali, sehingga mereka rentan melakukan hal yang membuat mereka merasa senang dan itu disesuaikan dengan budaya tempat mereka berasal. Namun budaya tersebut menjadi masalah di Bali. Menurut orang-orang lokal para turis suka melakukan hal yang tidak baik sehingga membuat sekitarannya menjadi tidak nyaman dan sangat terganggu. Dipercayai bahwa perilaku turis ini umum terjadi karena mabuk yang dipengaruhi oleh alkohol (yang merupakan salah satu kebudayaan diluar negeri) dan ketidaktahuan terhadap budaya dan tradisi lokal.
ADVERTISEMENT
Terkait dengan kebudayaan, dampak dari over-tourism ini juga adalah mulai menghilangnya budaya lokal di Bali. Contoh termudah ialah, rata-rata jika seseorang ditanyakan mengenai Bali, mereka akan rentan memberi jawaban seperti “orang asing, turis dan bule” yang dimana menunjukan bahwa sebenarnya Bali tidak lagi identik dengan kebudayaan lokalnya, melainkan budaya dari luar, yang ramai dipraktikan di Bali.
Tidak hanya berdampak kepada kebudayaan, over-tourism juga berdampak kepada lingkungan di Bali, dimana jika jumlah wisatawan terlalu banyak maka semakin sulit untuk mengatur kebersihan di suatu wilayah (Bali). Hal ini membuat resah rakyat Bali dan tentunya membuat para turis resah juga. Perlu diketahui bahwa keberlanjutan bisnis pariwisata sangat bergantung pada lingkungan alam suatu destinasi, jika Bali memiliki kondisi lingkungan yang tidak higenis atau bersih, tentunya akan mengurangi daya tariknya bagi para turis. Hal ini bisa dilihat baik jika ingin mengurangi over-tourism, namun buruk jika ingin meningkatkan perekonomian Bali maupun Indonesia.
ADVERTISEMENT
Walaupun turisme di Bali dapat memberikan peluang pertumbuhan finansial dan peningkatan pengembangan ritel, transportasi, hiburan serta industri makanan dan minuman, namun faktanya, jika terlalu banyak turis atau over-tourism biaya yang digunakan untuk pengembangan pariwisata di Bali terlalu tinggi atau tidak dapat tertutupi oleh turisme, karena adanya pengorbanan di dalam Bali itu sendiri seperti lingkungan, budaya, dan sosial kepada masyarakat lokal (yang merupakan aset penting negara untuk salah satunya pendapatan negara).
Penulis:
Renalda Ester Angkow
Mahasiswa Universitas Kristen Indonesia, Program Studi Hubungan Internasional, Semester 5