Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.89.0
Konten dari Pengguna
Defisit APBN Turun, Mampukah Indonesia Keluar dari Middle Income Trap?
11 Oktober 2024 21:31 WIB
·
waktu baca 8 menitTulisan dari Aldi Firmansyah tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) menjadi instrumen utama kebijakan fiskal yang menentukan kemampuan pemerintah dalam mengatur perekonomian negara. Melalui APBN, pemerintah mengalokasikan pendapatan yang diperoleh dari pajak dan sumber lain untuk membiayai berbagai belanja negara, seperti pembangunan infrastruktur, pendidikan, kesehatan, dan program sosial. Dalam beberapa tahun terakhir, kondisi perekonomian global yang fluktuatif, dampak pandemi Covid-19, dan tekanan ekonomi domestik membuat Indonesia mengalami tantangan fiskal yang cukup besar, terutama terkait defisit APBN, Namun dibalik itu Indonesia berhasil menurunkan defisit APBN yang mencerminkan adanya peningkatan dalam pengelolaan anggaran negara dan upaya pemulihan ekonomi, salah satunya di tahun 2023. Pemerintah mencatat kinerja APBN mengalami defisit senilai Rp347,6 triliun sepanjang 2023 (DDTC, 2024). Angka tersebut setara dengan 1,65% terhadap produk domestik bruto (PDB). Namun, defisit yang dilaporkan ini lebih rendah dibandingkan proyeksi yang tercantum dalam Peraturan Presiden (Perpres) Nomor 75 Tahun 2023. Dalam Perpres tersebut, rasio defisit APBN diperkirakan sebesar 2,27% dari PDB. Ini menunjukkan bahwa realisasi defisit APBN 2023 lebih baik daripada yang sebelumnya diperkirakan oleh pemerintah. (Yashilva, 2024).
ADVERTISEMENT
Penurunan defisit ini menjadi pertanda positif bagi stabilitas fiskal. Bahkan dalam konferensi pers APBN KiTA, Menteri Keuangan Sri Mulyani melaporkan APBN sampai bulan Agustus 2024 menunjukkan defisit sebesar Rp153,7 triliun atau setara dengan 0,68% terhadap PDB, Artinya apabila dibandingkan tahun 2023, defisit APBN mengalami penurunan yang baik. Defisit APBN yang menurun menunjukkan pertumbuhan ekonomi mulai membaik (Kuntadi & Sari, 2023). Pertumbuhan ekonomi yang baik dapat memberikan peluang Indonesia untuk keluar dari middle-income trap (Shofiyani et al. 2024), Singkatnya, middle-income trap merujuk pada kondisi di mana pertumbuhan ekonomi suatu negara stagnan di tingkat pendapatan menengah serta tidak mampu alami perkembangan yang yang tinggi. Lantas, bisakah Indonesia keluar dari middle-income trap (MIT).
ADVERTISEMENT
Apa itu middle-income trap (MIT)?
Middle income trap (MIT) ialah kondisi suatu negara yang berada pada tingkat pendapatan menengah gagal mempertahankan pertumbuhan ekonomi yang cukup stabil untuk naik ke kategori pendapatan tinggi yang baru. Menurut Gill dan Kharas, Middle income trap menjadi fenomena di mana pertumbuhan ekonomi suatu negara melambat dan terjebak dalam status negara berpendapatan menengah. Negara dengan penghasilan menengah sering kali mengalami kesulitan untuk mempertahankan pertumbuhan ekonomi yang stabil, sehingga sulit mencapai tingkat pendapatan tinggi yang baru. Indonesia, sebagai negara berkembang berpenghasilan menengah ke atas, sering kali disorot karena pertumbuhan ekonominya yang kuat dan signifikan di tingkat internasional. Pada tahun 2022, pertumbuhan ekonomi Indonesia terus menunjukkan hasil yang positif yakni tumbuh solid 5,3% (DDTC, 2023). Angka pertumbuhan ekonomi tersebut mencatatkan posisi tertinggi keempat di Asean, di atas Singapura (3,8%) dan Thailand (2,6%). Hal tersebut menunjukkan bahwa Indonesia sejatinya memiliki potensi untuk unggul dalam perekonomian dunia dan menjadi negara maju, sehingga Indonesia harus terus berakselerasi sehingga memastikan potensi tersebut terwujud, selain itu adanya isu menurunnya defisit APBN ini, memberikan ruang bagi pemerintah untuk terus berfokus dalam meningkatkan angka pertumbuhan ekonomi yang mencakup berbagai kebijakan fiskal untuk mengoptimalkan belanja negara dan pendapatan.
ADVERTISEMENT
Dampak Penurunan Defisit APBN Terhadap Pertumbuhan Ekonomi
Defisit APBN yang menurun, pemerintah memiliki ruang fiskal yang lebih luas untuk membiayai proyek infrastruktur yang dapat mendukung pertumbuhan ekonomi jangka panjang ( Siswajanthy et al., 2024). Di samping itu, defisit APBN yang menurun mencerminkan pengelolaan fiskal yang lebih sehat, yang pada gilirannya memperkuat stabilitas ekonomi makro. Stabilitas ini penting dalam meningkatkan kepercayaan investor, baik domestik maupun asing, karena menciptakan lingkungan yang lebih kondusif bagi investasi. Ketika pemerintah mampu mengelola defisit dengan baik, ketergantungan pada utang berkurang, sehingga alokasi dana APBN dapat lebih difokuskan pada belanja produktif seperti pembangunan infrastruktur, peningkatan pendidikan, kesehatan, serta penelitian dan pengembangan (R&D).
Singkatnya, penurunan defisit APBN tidak hanya mengarah pada pengelolaan fiskal yang lebih stabil, tetapi juga membuka peluang bagi Indonesia untuk melakukan reformasi struktural yang dibutuhkan untuk keluar dari middle-income trap. Dengan memanfaatkan stabilitas fiskal untuk mendukung sektor-sektor strategis seperti infrastruktur, pendidikan, kesehatan, dan inovasi, Indonesia dapat menciptakan landasan ekonomi yang kuat dan berkelanjutan, yang mampu mendukung pertumbuhan ekonomi dan mendorong negara menuju status berpendapatan tinggi. Beberapa cara berikut ini yang dapat membantu Indonesia keluar dari middle-income trap dari fenomena turunnya defisit APBN:
ADVERTISEMENT
1. Investasi di Sektor Pendidikan dan Keterampilan
Sumber daya manusia yang berkualitas adalah kunci untuk meningkatkan produktivitas dan inovasi. Pemerintah dapat menggunakan dana yang tersisa dari pengurangan defisit untuk memperkuat sistem pendidikan, memperluas akses ke pelatihan keterampilan, dan mendorong pengembangan teknologi di bidang pendidikan. Tenaga kerja yang terampil akan menjadi pendorong utama bagi transformasi ekonomi.
2. Pengembangan Infrastruktur
Infrastruktur yang baik sangat penting untuk mendukung pertumbuhan ekonomi, meningkatkan konektivitas antar wilayah, dan mengurangi biaya logistik. Dengan stabilitas fiskal yang lebih baik, pemerintah dapat mempercepat proyek infrastruktur strategis yang akan mendukung perdagangan, investasi, dan efisiensi ekonomi.
3. Inovasi dan Teknologi
Untuk mengatasi ketergantungan pada sektor komoditas, Indonesia harus mengembangkan industri berbasis teknologi tinggi dan inovasi. Pemerintah dapat memberikan insentif bagi industri-industri kreatif, teknologi, dan digital, serta mendorong riset dan pengembangan yang dapat menciptakan nilai tambah bagi perekonomian.
ADVERTISEMENT
Tantangan dan Peluang
Fenomena middle income trap menjadi salah satu tantangan utama bagi negara-negara berkembang, termasuk Indonesia. Berdasarkan World Development Report 2024: The Middle Income Trap yang dirilis oleh Bank Dunia pada Agustus lalu, Indonesia merupakan salah satu negara berpenghasilan menengah-atas yang berisiko terjebak dalam fenomena ini. Untuk keluar dari jebakan kelas menengah ini, Indonesia dihadapkan sejumlah tantangan, seperti rasio pajak terhadap produk domestik bruto yang masih terkesan tertinggal yaitu 10,41% pada 2022, Indonesia kalah dari Vietnam (22,7%), Kamboja (20,2%), Thailand (16,5%), Singapura (12,8%), dan Malaysia (11,4%). Dengan performa tersebut, upaya Indonesia untuk keluar dari jebakan negara berpenghasilan menengah seolah mustahil. Pendapatan per kapita Indonesia saja di tahun 2022 senilai US$4.580, yang mana masuk ke dalam kelompok upper middle income country karena berpendapatan di atas US$4.466 (DDTC, 2023).
ADVERTISEMENT
Penurunan defisit APBN justru memberikan peluang disamping tantangan yang dihadapi Indonesia untuk keluar dari middle income trap, Penurunan defisit ini menciptakan ruang fiskal yang lebih besar bagi pemerintah untuk melakukan investasi yang lebih produktif, terutama di sektor-sektor strategis seperti infrastruktur, pendidikan, kesehatan, dan teknologi. Penurunan defisit APBN juga memperkuat stabilitas makro ekonomi secara keseluruhan. Stabilitas ini penting untuk menjaga kepercayaan investor, baik domestik maupun internasional, yang akan mendorong investasi jangka panjang.
Sebagai penutup dalam penulisan artikel ini, Penulis menyimpulkan bahwa Indonesia memiliki peluang untuk keluar dari middle income trap, penurunan defisit APBN menjadi salah satu cara pemerintah dalam menciptakan ruang fiskal yang lebih besar seperti investasi yang lebih produktif di sektor seperti infrastruktur, pendidikan, kesehatan, dan teknologi. Perlu di garis bawahi, bahwasanya penurunan defisit APBN yang menjadi fenomena belakangan ini belum bisa menjadi syarat bahwa Indonesia bisa keluar dari middle income trap. Pemerintah perlu melirik bahwa pertumbuhan ekonomi, rasio pajak, serta pendapatan per kapita belum mampu untuk bisa keluar dari jebakan middle income trap. Oleh karena itu, pemerintah perlu melakukan reformasi segera yang diperlukan untuk mempercepat transformasi ekonomi yang tujuannya untuk mencapai tingkat pertumbuhan yang tinggi, inklusif, serta berkelanjutan. Harapannya, pertumbuhan ekonomi yang semakin tinggi, rasio pajak yang tinggi, serta pendapatan per kapita naik mendorong indonesia untuk memiliki kesempatan yang lebih besar dalam mencapai status negara dengan berpendapatan yang tinggi dan keluar dari middle income trap.
ADVERTISEMENT
REFERENSI
DDTC. (2023). Tax Ratio Mengilap, Indonesia Bisa Keluar dari Middle Income Trap?. Diakses pada 20 April 2024, dari https://news.ddtc.co.id/komunitas/lomba/1798468/tax-ratio-mengilap-indonesia-bisa-keluar-dari-middle-income-trap
DDTC. (2024). APBN Defisit Rp347,6 Triliun di 2023, Lenih kecil dari Rencana Awal. Diakses pada 8 Oktober 2024, dari https://news.ddtc.co.id/berita/nasional/1799577/apbn-defisit-rp3476-triliun-di-2023-lebih-kecil-dari-rancangan-awal
Elisabeth, Praycilia, and FX Sugiyanto. “Analisis Pengaruh Defisit Anggaran, Belanja Pemerintah Pusat, Dan Utang Pemerintah Terhadap Pertumbuhan Ekonomi Di Indonesia Tahun 1990-2019.” Diponegoro Journal of Economics 10, no. 3 (2021): 184–207.
Lativa S. “Analisis Kebijakan Fiskal Indonesia Pada Masa Pandemi Covid-19 Dalam Meningkatkan Perekonomian.” Jurnal Ekonomi 23, no. 3 (2021): 161–175.
Putri, N E, M F H Jeddawi, and F R Utami. “Analisis Hubungan Defisit Keseimbangan Primer Terhadap Pertumbuhan Ekonomi Di Indonesia.” Jurnal Pallangga Praja (JPP … (2021). http://ejournal.ipdn.ac.id/jpp/article/download/2067/1003.
ADVERTISEMENT
Sari, Rizkita, and Cris Kuntadi. “Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Defisit Anggaran : Nilai Tukar Rupiah, Pertumbuhan Ekonomi, Utang Luar Negeri, Dan Harga Minyak Dunia.” jimr Jurnal Ilmu Manajemen Terapan 4, no. 3 (2023): 357–362. https://creativecommons.org/licenses/by/4.0/.
Shofiyani, Leni, Maryam Batubara, Mey Yunanda, Pratiwi Ayu Ningtyas, and Servina Rahayu. “PENGARUH KEBIJAKAN MONETER DAN FISKAL DALAM FENOMENA MIDDLE INCOME TRAP DI INDONESIA.” Brilian Dinamis Akuntansi Audit 6, no. 1 (2024): 97–119. https://journalpedia.com/1/index.php/bdaa/index.
Siswajanthy, Farahdinny, Khadizah Aliyah Shiva, Nashwa Salsabila, Salsabila Afifany Susanta Putry, Silvia Maharani Iskandar Putri, Program Studi Ilmu Hukum, and Universitas Pakuan Bogor. “Analisis Dampak Kebijakan Fiskal Terhadap Pertumbuhan Ekonomi: Studi Kasus Indonesia.” Analisis Dampak Kebijakan Fiskal terhadap Pertumbuhan Ekonomi: Studi Kasus Indonesia 8 (2024): 5–8.
ADVERTISEMENT
Yashilva, Willy. (2024). Analisis Defisit APBN 2023: Realisasi dan Dampaknya pada Ekonomi Indonesia. Diakses pada 20 April 2024, dari https://data.goodstats.id/statistic/analisis-defisit-apbn-2023-realisasi-dan-dampaknya-pada-ekonomi-indonesia-bzXVC