Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2025 © PT Dynamo Media Network
Version 1.96.1
Konten dari Pengguna
Edukasi TOGA (Tanaman Obat Keluarga): Pemanfaatan TOGA dalam Pembuatan Jamu
10 Februari 2025 15:49 WIB
·
waktu baca 3 menitTulisan dari Aldiansyah Zainal Atho' tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
![Edukasi TOGA (Tanaman Obat Keluarga): Pemanfaatan TOGA dalam Pembuatan Jamu](https://blue.kumparan.com/image/upload/fl_progressive,fl_lossy,c_fill,q_auto:best,w_640/v1634025439/01jknmej77jc8f50qq4b96bqjg.png)
ADVERTISEMENT
Clapar, 15 Januari 2025 – Mahasiswa KKN Universitas Diponegoro (UNDIP), Aldiansyah Zainal Atho’, memberikan edukasi kepada masyarakat Desa Clapar, Kecamatan Subah, mengenai pemanfaatan Tanaman Obat Keluarga (TOGA) dalam pembuatan jamu dan takarannya. Kegiatan ini dilaksanakan secara tatap muka di rumah warga desa dengan cara door to door
ADVERTISEMENT
Aldiansyah yang merupakan mahasiswa Program Studi Farmasi ini memulai sesi dengan menjelaskan apa itu TOGA, yaitu tanaman yang mudah ditemukan di sekitar rumah dan memiliki khasiat untuk kesehatan. Dalam penjelasannya, Aldiansyah menyebutkan beberapa jenis tanaman yang umum digunakan dalam pembuatan jamu, seperti kunyit, temulawak, jahe, daun sambiloto, dan sereh.
“Tanaman seperti kunyit dan temulawak dikenal memiliki banyak manfaat, seperti meningkatkan daya tahan tubuh dan melancarkan pencernaan. Sementara itu, jahe dan sambiloto memiliki sifat anti-inflamasi yang baik untuk menjaga kesehatan tubuh,” ujar Aldiansyah.
Tak hanya memberikan informasi teori, Aldiansyah juga mengajak untuk mempraktikkan langsung pembuatan jamu dengan bahan-bahan TOGA yang sudah disiapkan. Aldiansyah menjelaskan takaran yang tepat untuk setiap bahan agar jamu yang dihasilkan memiliki khasiat optimal dan tidak berlebihan.
ADVERTISEMENT
“Untuk membuat jamu, kita membutuhkan sekitar 1 ruas kunyit segar yang digeprek, 1 ruas jahe yang di geprek, 1 batang sereh geprek, sejumput garam, jeruk nipis secukupnya, 15 gram gula merah, dan 300 ml air. Semua bahan ini direbus hingga mendidih dan menyisakan air sekitar 200 ml,” jelas Aldiansyah sambil mempraktikkan proses pembuatan jamu di depan para warga.
Tak hanya itu, Aldiansyah juga memberi tips penting terkait takaran bahan, seperti disarankan dalam pembuatan jamu, agar dosisnya aman untuk dikonsumsi setiap hari. “Jamu yang kita buat harus seimbang, jangan terlalu banyak atau sedikit. Jika takaran terlalu banyak, jamu bisa terlalu kuat dan berisiko menyebabkan gangguan pada tubuh,” tambahnya.
Setelah mempraktikkan pembuatan jamu, Aldiansyah memberikan kesempatan untuk bertanya dan berbagi pengalaman mereka tentang penggunaan tanaman obat di rumah. Sesi tanya jawab ini menjadi kesempatan untuk lebih memahami manfaat dan cara tepat menggunakan TOGA dalam kehidupan sehari-hari.
ADVERTISEMENT
Melalui edukasi ini, Aldiansyah berharap masyarakat Desa Clapar bisa lebih mengenal cara memanfaatkan tanaman obat yang ada di sekitar mereka, serta dapat memanfaatkan bahan-bahan alami untuk meningkatkan kesehatan tanpa harus bergantung pada obat-obatan kimia.
“Semoga melalui kegiatan ini, masyarakat bisa lebih mandiri dalam menjaga kesehatan, dan kembali memanfaatkan kearifan lokal yang telah ada sejak nenek moyang kita,” ujar Aldiansyah menutup sesi edukasi tersebut.
Kegiatan edukasi ini mendapat respon positif dari masyarakat, yang merasa lebih teredukasi tentang manfaat TOGA, serta bagaimana cara memanfaatkannya dalam kehidupan sehari-hari. Dengan demikian, kegiatan ini tidak hanya bermanfaat bagi kesehatan masyarakat, tetapi juga memperkenalkan mereka kembali pada kekayaan alam yang ada di sekitar mereka.