Konten dari Pengguna

Lenong Sebagai Media Pertunjukan Rakyat Dalam Menyampaikan Kritik

aldikaranis24
Mahasiswi Universitas Islam Negri Syarif Hidayatuallah
7 Desember 2020 16:11 WIB
comment
1
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari aldikaranis24 tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Pesona Lenong Betawi. Foto/GenPI.com
zoom-in-whitePerbesar
Pesona Lenong Betawi. Foto/GenPI.com
ADVERTISEMENT
Kesenian pada dasarnya adalah salah satu cara seseorang memasyarakat. Kesenian merupakan ekspresi untuk berhubungan dengan orang lain. Perkara ini amat menggejala dalam seni pertunjukan, sebab ekspresi seseorang dalam seni pertunjukan memerlukan hadirnya orang lain dalam aktivitasnya. Seni pertunjukan tidak pernah berdiri lepas dari masyarakat. Seni pertunjukan muncul, berada dan tumbuh di tengah masyarakat. Sehingga, apapun keadaan yang meliputi kehidupan rakyat entah sedang susah maupun senang, akan tercermin dalam kesenian. Bangsa Indonesia adalah salah satu bangsa yang amat melekat kehidupanya dengan seni teater. Salah satu teater rakyat yang sampai saat ini masih bertahan yaitu teater rakyat betawi yaitu Lenong.
ADVERTISEMENT
Lalu, Apa itu Lenong?
Lenong merupakan salah satu teater tradisional dari Jakarta, yang merupakan sandiwara rakyat betawi menggunakan bahasa indonesia dengan dialek betawi. Lenong berasal dari wayang Abdul Muluk yang sudah dijumpai di Riau dan Sumatra Utara pada tahun 1886. Tontonan ini muncul dari rangsangan komedi parsi yang sedang populer di Malaya dan pengaruh wayang Cina yang saat itu sudah dimainkan di Surabaya, Betawi, dan pesisir timur Sumatra. Pertunjukan Wayang Abdul Muluk baru di jumpai di Jakarta pada tahun 1914. Nama Lenong sendiri baru muncul pada tahun 1926 iringan musiknya dengan gambang kromong. Sejak tahun 1930, cerita-cerita lenong memperkenalkan lakon-lakon jagoan cerita rakyat daerah Jakarta yang dipelopori group lenong “Si Ronda” dan “Curug”. (Bandem dan Sal Murgiyanto, 1996) Pemain lenong dalam setiap pertunjukan disesuaikan dengan cerita yang disajikan. Pemain lenong dapat dibagi menjadi dua kategori, yaitu pemain pria yang disebut Banjak dan ronggeng yang merupakan pemain wanita.
ADVERTISEMENT
Teater lenong diiringi musik gambang kromo yang terdiri atas berbagai macam alat musik seperti gambang, kromong, gong, kendang, kempor, suling dan kecrekan dan juga alat musik yang berasal dari Tionghoa seperti tehyan, kongahyang dan sukong. Dalam teater lenong terdapat juga unsur tari, nyanyian, lawak dan pencak. Tema yang banyak dipertontonkan diambil dari cerita rakyat dan legenda daerah Jakarta. Seperti Si pitung, Si Jampang, Ayub Jago Betawi dan Marunda. Dalam perkembanganya, cerita lenong tidak hanya terbatas pada cerita silat, tetapi lebih memberikan prioritsas pada kehidupan sehari-hari. Berdasarkan cerita yang dilakonkan ada dua jenis lenong, yaitu lenong dines dan lenong preman. Lenong dines mempergunakan dialog dalam bahasa melayu tinggi dan mementaskan cerita-cerita hikayat lama yang berlangsung di istana-istana dengan tokoh-tokoh raja, putri dan jin-jin. Lenong preman yang mempergunakan bahasa Betawi sehari-hari melayu Betawi dan memakai cerita kehidupan rakyat Betawi sehari-hari. (Jakob Sumardjo, 1992)
ADVERTISEMENT
Pementasan lenong Betawi merupakan suatu pertunjukan yang terdiri atas beberapa macam kegiatan. Sebelum sandiwara dimulai dilakukan upacara khusus yang disebut ungkup yang berisikan pembacaan do’a dan sesaji. Setelah itu, dilakukan upacara sambutan yang disebut dengan sepik, yaitu penjelasan lakon yang akan dipentaskan. Upacara sambutan ini diawali dengan nyanyian tradisional lagu persi untuk memperkenalkan perkumpulan lenong yang bersangkutan beserta personil yang akan pentas dan ungkapan terima kasih kepada tuan rumah yang mengundang mereka. Acara selanjutnya adalah inti sandiwara yang dimainkan babak demi babak yang disisipi hal-hal yang bersifat humor dan diiringi musik. Lawakan dan musik ini adalah bagian khas dari pertunjukan lenong dan ciri khas lenong juga yaitu pementasanya menggunakan panggung, lalu pemainya masuk ke arena pertunjukan dari sebelah kiri dan keluar dari sebelah kanan sedangkan penontonya melihat hanya dari bagian depan.
ADVERTISEMENT
Bagaimana kritik sosial dalam lenong ?
Ciri khas dari lenong yaitu lawakannya. Humor merupakan sifat dari Lenong. Humor dalam kebudayaan Betawi, khusunya lenong, sebagai bentuk pengingkaran ketertekanan yang telah berlangsung lama. Humor merupakan wujud dari ekspresi masyarakat Betawi yang merasakan realitas kehidupannya penuh dengan tekanan.
Bentuk-bentuk ketertekanan pada masyarakat Betawi pada masa itu yaitu penerapan sistem tanah partikulir yang berlaku pada masa pemerintah Hindia Belanda. Keberadaan tanah partikulir ini bermula dari tahun 1620, di saat VOC menghadiahkan tanah-tanah di pedalaman Jakarta kepada para abdi, sahabat, dan peran pendukungnya. (Probonegoro, 1997) Tetapi pada tahun 1942 saat Jepang tiba tanah partikulir tersebut masih saja dikuasai atau dimiliki saudagar Eropa dan saudagar cina. Ketertekanan itu membuat masyarakat Betawi melakukan pemberontakan.
ADVERTISEMENT
Pemberontakan yang muncul pada masa itu, peristiwa Cikandilir tahun 1836, Peristiwa Cikandi-Udik tahun 1836, peristiwa Patun maupun Peristiwa Tambun (Kartodirdjo, 1973). Tindakan pemberontakan tersebut tetap saja tidak mengubah keadaan menjadi baik. Sehingga masyarakat Betawi pada masa itu mengalami ketertekanan. Pelampiasan atas keterketakanan tersebut diwujudkan dalam bentuk humor atau sindiran-sindiran terhadap ketertekanan yang menguasainya. Muatan Humor dalam lenong Betawi yaitu berupa sindiran-sindiran atas ketertekanan itu dapat dikatakan sebagai suatu kritik sosial.
Humor pada lenong dapat dilihat dari dialog dan adegan, bukan dari alur ceritanya. Dialog yang muncul dalam pementasan tidak sepenuhnya didasarkan pada skenario yang dibuat tetapi lebih banyak improvisasi dari pemainya. Improvisasi yang muncul dalam dialog-dialog tersebut merupakan humor segar yang berisi kritik sosial terhadap kondisi sosial ekonomi dan politik sosial yang sedang dihadapi. Sehingga keberadaan lenong Betawi sebagai media yang melontarkan kritik sosial lewat muatan humor.
ADVERTISEMENT