Konten dari Pengguna

Fakta Seputar PLTS Atap

Aldila Fajar Rizkiana
Electrical Engineering Student at Gadjah Mada University / Clean Energy Activist
4 Maret 2022 21:17 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Aldila Fajar Rizkiana tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
PLTS Atap (Sumber : milik sendiri)
zoom-in-whitePerbesar
PLTS Atap (Sumber : milik sendiri)
ADVERTISEMENT
Tak wajar rasanya apabila Indonesia dengan potensi tenaga surya yang melimpah ternyata masih terdapat daerah yang belum teraliri listrik. Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) akan menuntaskan 100% rasio elektrifikasi di tahun 2022. Pernyataan tersebut ditegaskan kembali oleh Direktur Jenderal Ketenagalistrikan, Rida Mulyana saat Rapat Dengar Pendapat (RDP) dengan Komisi VII DPR RI. Sikap optimis tersebut didukung dengan strategi yang tentunya telah dipersiapkan. Pemenuhan rasio elektrifikasi salah satunya dengan memanfaatkan potensi EBT yang ada. Salah satu potensi energi baru terbarukan yang dioptimalkan adalah tenaga surya. Pembangunan Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS), diharapkan dapat menjadi solusi untuk daerah terpencil agar wilayahnya dapat mudah mendapatkan listrik.
ADVERTISEMENT
Terlepas dari pembangunan PLTS untuk daerah yang belum teraliri listrik. Pada kenyataanya jumlah pengguna PLTS atap di Indonesia dari hari ke hari pun mengalami peningkatan yang signifikan. Terdapat sekitar 4000 pelanggan listrik dari PT PLN yang menggunakan PLTS atap hingga tahun 2021. Pengguna tidak hanya berasal dari skala rumah tangga, melainkan berbagai industri hingga instansi pemerintah. Tentu hal ini bukanlah tanpa sebab. Penggunaan PLTS atap selain dapat mengurangi emisi karbon sekitar 995.183 kg per tahun, juga dapat menghemat biaya tagihan listrik bulanan. Tak heran jika belakangan ini PLTS atap menjadi incaran.
Tentu muncul berbagai pertanyaan dibenak masyarakat. Apa saja yang dibutuhkan saat ingin memasang PLTS atap? Akan tetapi alangkah lebih baiknya mengerti terkait apa itu PLTS atap. PLTS atap merupakan jenis PLTS on-grid, yang mana sistem yang beroperasi paralel dengan jaringan PLN. Terdapat 3 jenis PLTS atap berdasarkan skalanya, PLTS atap skala redential, commercial, dan industrial. Perbedaan diantara ketiganya terletak pada kapasitas dan komponen penyusunnya.
ADVERTISEMENT
Perlu diketahui bahwa terdapat beberapa komponen pendukung pada saat ingin melakukan pemasangan PLTS atap. Komponen pendukung PLTS atap adalah modul fotovoltaic (PV), inverter, panel distribusi dan energi meter export import. Beberapa komponen tersebut mempunyai fungsi berbeda akan tetapi saling berkaitan. Modul PV akan menyerap radiasi matahari dan menghasilkan listrik DC. Akan tetapi, agar listrik tersebut dapat digunakan oleh peralatan rumah tangga maka diubah terlebih dahulu menjadi listrik AC. Dalam hal ini inverterlah yang akan berperan, yaitu mengubah arus DC menjadi arus AC. Fungsi energi meter eksport import disini adalah untuk mencatat energi yang masuk (daya dari PLN saat listrik PLTS tidak cukup) dan keluar (daya dari PLTS yang tidak terpakai). Pada dasarnya semua energi listrik yang diproduksi oleh PV, semua akan terserap oleh beban internal sebelum dikirim ke jaringan PLN.
ADVERTISEMENT
Lalu, jika sistem PLTS atap terintegrasi dengan jaringan PLN apakah tidak akan menganggu jaringan? PV pada PLTS menghasilkan frekuensi yang fluktuatif. Hal ini karena radiasi matahari yang diterima PV tidaklah sama setiap jamnya. Salah satu dampak dari hal ini saat frekuensi PV terlalu tinggi, hal ini akan menganggu kinerja motor yang ada dalam jaringan. Solusi untuk mengatasi hal ini adalah dengan memainkan pembangkit dan beban yang ada. Tentu hal ini dilakukan oleh pihak yang berwenang yakni penyedia jaringan. Dengan menggunakan Variable Renewable Energy (VRE), PV diatur regulasinya untuk memastikan tidak ada gangguan stabilitas sistem. Pengaturan dilakukan mulai dari planning hingga sistem operasinya.
Seperti sistem ketenagaan listrik lainnya, PLTS juga tidak luput dengan suatu gangguan. Gangguan sistem Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS) dapat terjadi pada modul surya maupun sistem tenaga listrik yang terhubung ke modul surya. Gangguan yang biasa terjadi dalam modul adalah micro crack, gelembung udara, hotspot, snail trail contamination (perubahan warna panel membentuk jalur siput), dan internal corotion. Misalnnya saja micro crack pada PV, hal ini disebakan oleh proses laminasi yang kurang bagus dan bisa dikarenakan oleh pemilihan temperature kurang pas saat proses produksi. Hal tersebut akan membahayakan solar cell. Akibat dari hal tesebut akan mengurangi performa dari solar cell atau PV. Jika hanya berpengaruh pada performa maka boleh tetap mempertahankan PV yang ada. Akan tetapi apabila gelembung udara masuk kedalam back sheet hingga busbar mengalami korosi akibat gelembung udara tersebut, kemudian akan mengakibatkan resistansi dan temperatur naik maka sebaiknya PV harus diganti.
ADVERTISEMENT
Sebagai pengguna yang ingin melakukan instalasi PLTS, ada baiknya mengetahui hal ini. Pada dasarnya, gangguan PLTS berdasarkan asalnya dibagi menjadi 2 yaitu gangguan internal dan eksternal. Penyebab dari gangguan internal adalah disebabkan oleh sistem itu sendiri misalnya saja salah dalam melakukan instalasi. Sedangkan gangguan eksternal disebabkan oleh gangguan yang berasal dari luar sistem. Gangguan eksternal ini misalnya disebabkan oleh pengaruh cuaca.
Saat ini, pemasangan PLTS sudah diatur dalam Permen ESDM Nomor 49 Tahun 2018. Tujuannya tak lain untuk membuka peran serta masyarakat dalam pemanfaatan dan pengelolaan energi terbarukan. Sehingga, masyakatat tidak perlu khawatir apabila ingin melakukan instalasi PLTS karena sudah ada regulasi yang jelas. Selain itu, kebijakan PLTS atap ini seakan berpihak ke masyarakat karena mengoptimalkan tagihan listrik bulanan dengan kapasitas terpasang sesuai daya langganan.
ADVERTISEMENT
Tentu setelah mengetahui apa saja komponen PLTS atap, bagaimana manfaat yang dihasilkan, berbagai gangguan pada PLTS, dan mengetahui regulasi pemasangan PLTS, masyarakat akan semakin yakin untuk mensukseskan program masyarakat yaitu mengurangi emisi karbon dengan memanfaatkan energi baru terbarukan khususnya energi surya.