Wujudkan Net Zero Emission di 2060, Ambisi atau Realisasi?

Aldila Fajar Rizkiana
Electrical Engineering Student at Gadjah Mada University / Clean Energy Activist
Konten dari Pengguna
18 Februari 2022 12:13 WIB
·
waktu baca 3 menit
comment
4
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Aldila Fajar Rizkiana tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Transisi G20 Indonesia. Recover Together, Recover Stronger (https://www.trenasia.com/ini-tiga-isu-transisi-energi-ala-etwg-dalam-presidensi-g-20-indonesia)
zoom-in-whitePerbesar
Transisi G20 Indonesia. Recover Together, Recover Stronger (https://www.trenasia.com/ini-tiga-isu-transisi-energi-ala-etwg-dalam-presidensi-g-20-indonesia)
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Transisi energi merupakan salah satu isu krusial yang diusung dalam presidensi G20 Indonesia. Pada pilar transisi energi tersebut terdapat 3 isu prioritas yakni access, teknologi, dan pendanaan. Melalui urgensi 3 isu prioritas tersebut diharapkan Indonesia dapat mencapai karbon netral. Telah ditargetkan bahwa Indonesia akan mencapai karbon netral di tahun 2060 atau lebih cepat. Bagaimana menurut kalian, apakah Indonesia dapat mencapai komitmen tersebut?
ADVERTISEMENT
Percepatan transisi energi telah resmi disepakati secara global. Hal ini mendorong Indonesia untuk mengoptimalkan potensi energi baru terbarukan (EBT) yang dimiliki. Potensi energi baru terbarukan Indonesia mencapai 417 GW. Namun, pemanfaatannya baru mencapai 0.3 persen. Tentu hal ini akan menjadi tantangan tersendiri bagi pemerintah ke depannya.
Terlepas dari pemanfaatan energi terbarukan yang belum optimal, terdapat kendala yang perlu menjadi perhatian beberapa pemangku kepentingan di Indonesia. Beberapa di antaranya terkait tarif energi terbarukan yang belum ekonomis, permasalahan perizinan, dan pengadaan lahan. Sebagai tindak lanjut mengenai kendala tersebut, saat ini Indonesia menganut pendekatan multistakeholder. Dimana pelaksanaannya melibatkan peran pemerintah, sektor swasta, akademisi, komunitas publik, dan generasi muda. Kolaborasi dengan multistakeholder tersebut bertujuan untuk jaring sumber pendanaan, investasi, dan dukungan teknologi yang diselaraskan dengan kepentingan nasional. Harapannya melalui upaya tersebut kendala yang ada dapat teratasi sehingga memudahkan langkah untuk mewujudkan percepatan transisi energi.
ADVERTISEMENT
Melalui Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (KESDM), perlahan pengoptimalan energi terbarukan dapat terealisasi. Seiring berjalannya waktu strategi Indonesia menuju net zero emission mulai di implementasikan. Mulai dari pengembangan pembangkit EBT yang diprioritaskan untuk PLTS, implementasi smart grid dan smart meter, penggunaan kendaraan listrik, kompor listrik, dan Battery Energy Storage Systems (BESS).
Tidaklah heran jika pemanfaatan energi baru terbarukan diprioritaskan untuk PLTS. Pasalnya Indonesia diklaim sebagai negara dengan potensi tenaga surya 10 kali lipat dari Jerman. Tanpa menunggu waktu lama, program pemanfaatan energi surya pun mulai digencarkan. Terlebih lagi, didukung dengan mulai adanya hibah insentif PLTS atap. Hal tersebut seakan-akan menjadi jawaban atas keluhan masyarakat mengenai mahalnya instalasi PLTS. Dengan biaya yang terjangkau, tentu akan meningkatkan minat masyarakat untuk beralih menggunakan PLTS. Masyarakat pun dapat bersinergi lewat aksi nyatanya untuk mewujudkan energi bersih.
ADVERTISEMENT
Disampaikan oleh Bapak Dadan Kusdiana selaku Direktur Jenderal Energi Baru Terbarukan beberapa waktu lalu, upaya percepatan EBT pun telah dilakukan. Upaya tersebut meliputi penyelesaian RPerpres harga EBT, penerapan Permen ESDM PLTS Atap, mandatori bahan bakar nabati, pemberinan insentif fiskal dan non-fiskal untuk EBT, kemudahan perizinan usaha, dan mendorong demand ke arah energi listrik. Melihat berbagai upaya yang telah dilakukan tersebut, tentu akan memantapkan langkah untuk mewujudkan net zero emission di tahun 2060.
Seperti yang telah diketahui, berbagai program pemerintah telah diupayakan. Dengan begitu jalan untuk mewujudkan net zero emission akan semakin terbuka lebar. Peran generasi muda akan sangat dibutuhkan dalam menyukseskan upaya tersebut. Generasi muda diharapkan dapat menjadi pelopor energi bersih lewat aksi nyata mereka. Hal tersebut dimulai dengan hal sederhana misalnya mensosialisasikan EBT ke masyarakat, serta menginisiasi pemanfaatan EBT pada kehidupan sehari-hari.
ADVERTISEMENT
Dalam mewujudkan net zero emission ini tanpa disadari juga akan membuka lapangan kerja baru melalui sektor energi baru terbarukan. Pada tahun 2020, EBT menyediakan lapangan kerja bagi 12 juta orang di dunia. Ini menjadi salah satu manfaat yang dapat dirasakan dari dampak perubahan iklim. Marilah jadikan perubahan iklim ini menjadi kesempatan untuk mengoptimalkan EBT di Indonesia serta memberdayakan masyarakat lokal. Berikan kontribusi nyata tuk realisasikan net zero emission di tahun 2060. Seperti tema besar yang diusung dalam transisi energi G20 “Recover Together, Recover Stronger”.