Tradisi Upacara Adat Unan-unan di Desa Wisata Ranu Pane

Aldilla Dinda Yuniarta
Laman artikel pribadi
Konten dari Pengguna
26 April 2022 10:44 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Aldilla Dinda Yuniarta tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Tradisi Upacara Adat Unan-unan merupakan sebuah tradisi upacara yang dilakukan oleh masyarakat Suku Tengger. Tradisi Upcara Adat ini dilaksanakan setiap lima tahun sekali atau tepatnya pada tahun "Landung". Tradisi Unan-unan awalnya berasal dari sebuah kata "Una" yang memiliki arti "memperpanjang", maksudnya yaitu untuk memperpanjang bulan dalam kalender Suku Tengger. Kalender Suku Tengger berbeda dengan kalender umum, pada umumnya di kalender biasa terdapat 12 bulan pertahun sedangkan didalam kalender Suku Tengger terdapat 13 bulan (bulan pahing) setiap lima tahun sekali. Adanya 13 bulan setiap lima tahun sekali itulah yang disebut tahun "Landung". Jika memasuki tahun Landung maka masyarakat Tengger akan mengadakan Upacara Unan-unan yang bertujuan untuk "memperpanjang" bulan Landung sekaligus dengan tradisi pembersihan desa.
ADVERTISEMENT
Kehidupan masyarakat Suku Tengger tidak hanya hidup dalam satu desa saja namun keberadaannya menyebar diseluruh kawasan TNBTS (Taman Nasional Bromo Tengger Semeru). Sebaran tempat tinggal Suku Tengger tersebar di sebagian wilayah di Kabupaten Pasuruan, Kabupaten Probolinggo, Kabupaten Malang dan Kabupaten Lumajang. Untuk di wilayah Kabupaten Lumajang sendiri masyarakat suku Tengger banyak yang tinggal di Desa Ranu Pane karena lokasinya yang berada di lereng Gunung Semeru dan tidak jauh dari Bromo. Keberadaan Suku Tengger di Kabupaten Lumajang juga terdapat di Desa-desa lain yang posisinya juga berada di daerah dataran tinggi, misalnya di Desa Argosari dan Desa Gucialit. Namun Desa Ranu Pane yang menjadi desa dengan penduduk mayoritas suku Tengger.
ADVERTISEMENT
Tradisi Upacara adat Unan-unan ini merupakan salah satu adat dan budaya asli milik Suku Tengger. Tradisi Upacara Adat Unan-unan dilaksanakan di Desa Ranu Pane karena sebagian besar penduduk desa merupakan penduduk Suku Tengger. Selain karena sebagian besar penduduknya merupakan Suku Tengger, dilaksanakannya Tradisi Upacara Unan-Unan di Desa Ranu Pane juga bertujuan untuk mendukung komoditas pariwisata Desa Ranu Pane.
Desa Ranu Pane merupakan sebuah desa wisata karena lokasinya yang berada di kaki Gunung Semeru dan juga berada di kawasan Bromo. Desa Ranu Pane sendiri disebut sebagai desa wisata karena didalamnya banyak sekali komoditas pariwisata yang dapat diunggulkan dari berbagai aspek. Komoditas pariwisata unggulan di Desa Ranu Pane adalah Gunung Semeru, Ranu Pane (danau), kekayaan pertanian dan perkebunan, sekaligus adat dan budaya Suku Tengger di Desa Ranu Pane.
ADVERTISEMENT
Pelaksanaan Tradisi Unan-unan yang dilakukan oleh warga Suku Tengger di Desa Ranu Pane, Kecamatan Senduro, Kabupaten Lumajang telah dilaksanakan secara turun temurun dari nenek moyang mereka. Tradisi Unan-unan juga biasa disebut sebagai Upacara Adat Unan-unan Tengger. Baik disebut tradisi ataupun upacara namun pelaksanaannya tetap sama yaitu berupa selamatan desa. Dilaksanakannya selamatan desa ini bertujuan sebagai rasa syukur dari warga desa kepada sang pencipta karena telah memberi kesuburan tanah di Desa Ranu Pane.
Seperti yang telah disebutkan diatas jika Tradisi Upacara Unan-unan ini biasa digelar setiap lima tahun sekali. Penentuan pelaksanaan Tradisi Upcara Adat Unan-unan tergantung dari penentuan oleh sesepuh ataupun Dukun di Desa Ranu Pane. Hanya sesepuh desa atau dukun saja yang bisa menentukan jatuhnya tahun Landung sebab sudah ada perhitungannya sendiri secara khusus. Warga Desa Ranu Pane percaya dan sangat yakin dengan dilaksanakannya Tradisi Upacara Unan-unan ini maka nantinya akan semakin menambah tingkat kesuburan tanah di Desa Ranu Pane. Meningkatnya kesuburan tanah di Desa Ranu Pane tersebut kemudian dapat menghasilkan hasil bumi yang melimpah ruah. Selain itu juga bertujuan untuk membersikan desa agar Desa Ranu Pane dapat selalu dilindungi dan dijauhkan dari malapetaka.
ADVERTISEMENT
Pelaksanaan Ritual Unan-unan ini awalnya dimulai dengan dilaksanakannya prosesi penyembelihan hewan ternak berupa kerbau tepatnya sehari sebelum pelaksanaan proses inti dilaksanakan. Setelah disembelihnya kerbau tersebut kemudian bagian kepala, kulit dan kakinya disimpan secara utuh karena akan diarak pada saat pelaksanaan puncak Upacara Unan-unan. Bagian tubuh kerbau yang telah disembelih kemudian diolah menjadi sesaji berbentuk sate yang juga akan diarak pada hari puncak pelaksanaan Upacara Unan-unan.
Foto hari pelaksanaan Tradisi Upacara Adat Unan-unan. Sebelah kanan atas: foto sesepuh desa dengan dukun beserta ancak berisi kepala kerbau dan sesaji (dokumentasi: Budi Harjo). Sebelah kiri atas: foto prosesi arak-arakan ancak oleh warga Tengger dan anggota tentara menuju rumah peribadatan (dokumentasi: Hudi Hungg). Sebelah bawah kiri: prosesi pelaksanaan ritual dengan pembacaan mantra dan doa-doa kepada yang maha kuasa (dokumentasi: Budi Harjo). Sebelah kanan bawah: dukun sedang membaca doa-doa dan mantra (dokumentasi: Didit Dees)
Pada hari puncak pelaksanaan ritual Upacara Unan-unan kemudian kepala kerbau yang sebelumnya sudah disembelih lalu dihias sedemikian rupa dan diletakkan diatas ancak atau keranda terbuka. Selain kepala kerbau, sesaji sate daging kerbau yang sebelumnya telah diolah sebanyak 100 tusuk, 100 jajanan pasar yang dibungkus dengan daun klotok dan 100 biji tumpeng juga disajikan. Setelah siap kemudian acara selanjutnya seluruh warga Tengger mengarak ancak tersebut untuk menuju Sanggar Pamujan atau tempat peribadatan yang berada di kaki Gunung Semeru dan Bromo. Pelaksanaan ritual dan arak-arakan ini dipimpin oleh dukun, sesepuh, tokoh agama, kepala desa, tokoh adat Suku Tengger dan semua warga Desa Ranu Pane. Hingga kini Tradisi Upacara Adat Unan-unan ini masih tetap eksis terlaksana karena masyarakat Suku Tengger sangat menghormati adat dan budaya dari leluhurnya.
ADVERTISEMENT