Kisahku di Konser NCT 127: Ancaman Bom, Hampir Hilang Hp, hingga Hampir Pingsan

Alethea Carissa A
Bina Nusantara International // Reporter Kolaborasi kumparan (Int)
Konten dari Pengguna
30 November 2022 11:23 WIB
·
waktu baca 4 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Alethea Carissa A tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Kisahku di Konser NCT 127: Ancaman Bom, Hampir Hilang Hp, hingga Hampir Pingsan
zoom-in-whitePerbesar
ADVERTISEMENT
Berangkat pagi buta pukul 5.30 WIB dari penginapan yang cuma berjarak 10 menit saja sudah berasa terlambat. Pagi itu, 4 November 2022, NCTzen—fans NCT 127—sudah memenuhi Indonesia Convention Exhibition (ICE) BSD City kendati konser masih akan dimulai 13 jam lagi.
ADVERTISEMENT
Sepanjang apa antrean di hari yang masih pagi itu? 100 meter. Menyantap sarapan pun mesti sambil berdiri.
Antrean dibagi per kategori tiket. Kategori 1D (aku) entah kenapa yang paling panjang antreannya, padahal secara posisi masih ada kategori 1A dan 1B yang betul-betul berhadap-hadapan dengan panggung.
Memperoleh tiket pertunjukan K-pop amat susah, siapa-cepat-dia-dapat. Istilah kekiniannya: Ticket war—yang seringkali malah dimenangkan calo-calo tak tahu malu.
Tiket 1A, posisi terbaik di konser, bisa dijual calo Rp 5 juta lebih mahal dari harga aslinya.
Tiket 1D seperti punyaku dijual calo Rp 800 ribu lebih tinggi dari harga sebetulnya.
Keterlaluan.

Aku Hampir Kehilangan Ponsel

Aku yang dua jam duduk-duduk di tempat antrean kaget tiba-tiba orang-orang di depan mulai berlari. Ternyata, gate sudah dibuka. Lightstick, kipas, cemilan, tidak sempat lagi dimasukkan ke tas. Pokoknya I grab all of those things and run.
ADVERTISEMENT
Tiba-tiba ada seseorang berteriak, “Kak! Ini handphone kakak bukan?”
Oh my god, itu ponselku! Segera aku ambil dan berterima kasih.
Situasi saat itu sangat kacau, orang-orang berebut jadi yang terdepan—bodo amat urusan tiket. Di momen ini ada saja yang aneh: Ada penonton bawa koper ikut lari-lari—kakiku tersandung-sandung koper itu.
Kami berlari dan berlari hingga 3 hall jauhnya.
Sekitar pukul 10 WIB, suhu mulai memanas, tidak ada angin. Kami menunggu lagi. Dua jam lagi.
Perut keroncongan dan cuma ada dua tenant penjual makanan. Sekadar membeli Bakso Malang pun antre lamaaa sekali.

Ancaman Bom

Tiba-tiba ada ancaman bom. Handphone-ku dibombardir pertanyaan "Kamu enggak apa-apa?" Aku pun sesungguhnya takut.
Banyak polisi bersenjata laras panjang mondar-mandir. Aku dan teman-teman hanya berusaha menenangkan diri.
ADVERTISEMENT
Kini pukul 17.00 WIB, empat jam berlalu di mana aku menunggu dan menunggu—bahkan tertidur pulas (karena kecapekan) di lantai venue.
Namanya juga manusia, ada saja tingkahnya: Banyak orang dari belakang menyelundupkan diri ke area 1D, pura-pura mau ngobrol dengan "temannya yang ada di depan itu". Kami cuma bisa protes ke petugas security (sambil setengah pasrah).
Mau tahu di mana area 1D? Ini dia:

It's Time to Start!

Pukul 19.00 WIB (setelah menunggu selama sejam untuk terakhir kalinya), lampu dipadamkan dan lightstick di tangan kami menyala dengan sendirinya. Kami berteriak!
Sungguh semua ini terasa tidak nyata. Sembilan lelaki tampan itu muncul di main stage.
Sebelum momen itu, aku hanya melihat NCT 127 lewat layar handphone. Ini mimpi yang jadi kenyataan.
ADVERTISEMENT

Hampir Pingsan

Konser berlangsung sejam, aku semakin terimpit. Aku terombang-ambing di tengah lautan manusia yang saling dorong. Depan-belakang-kiri-kanan menempel orang, tidak ada jarak.
Saking sesaknya itu, seringkali aku hanya bisa berdiri miring di satu kaki. Di sini aku menyadari aku kesulitan bernapas.
Aku berupaya mendongakkan kepala meraih sisa-sisa oksigen di udara, supaya tetap sadar dan tidak jatuh pingsan.
Ternyata momen terparah baru saja mulai: Ketika para personel NCT 127 bernyanyi sambil membawa keranjang berisi bola tenis yang sudah ditandatangani, penonton jadi ricuh, rebutan sana-sini.
Aku berteriak, bukan untuk memburu bola, tapi untuk menyelamatkan diri.
Pagar di sebelah kiriku roboh, ombak massa sudah tak terbendung. Di lagu yang masih tersisa dua menit lagi, semua member berhenti bernyanyi lalu meminta para penonton berhenti mendorong satu sama lain. "Segera lambaikan tangan agar bisa diberi pertolongan oleh tim medis," kata Jungwoo.
ADVERTISEMENT
Situasi semakin tidak kondusif, banyak orang pingsan. Temanku pun terjatuh dan berusaha sekuat tenaga untuk tetap sadar.
Kekhawatiran semua member NCT 127 terpancar dari mimik mereka yang melanjutkan konser tersebut dengan perasaan yang tidak enak.
Para member NCT 127 tiba-tiba meninggalkan panggung seusai membawakan lagu Touch. Lampu tiba-tiba menyala. Mendadak pihak kepolisian mengumumkan bahwa konser tersebut tidak bisa dilanjutkan karena satu dan lain hal. Aku berusaha ikhlas menghadapi kenyataan pahit ini.
Berdasarkan pengalaman ini, aku menyarankan promotor supaya:
ADVERTISEMENT
Sekarang aku hanya bisa berharap untuk dapat bertemu mereka lagi di lain waktu. Till we meet again, NCT!
* Catatan: Seluruh foto di sini adalah dokumentasi aku.