Konten dari Pengguna

TikTok Shop vs E-Commerce Lokal: Siapa yang Akan Bertahan?

Alex Mohammad L Haqqi
Mahasiswa Ilmu Komunikasi UIN Sunan Ampel Surabaya
11 Desember 2024 16:48 WIB
·
waktu baca 4 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Alex Mohammad L Haqqi tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Fenomena TikTok di Indonesia telah berkembang jauh melampaui fungsi awalnya sebagai platform hiburan singkat. Dengan 126,8 juta pengguna aktif bulanan di Indonesia, TikTok telah mengubah lanskap digital tidak hanya dalam hal konten kreator, tetapi juga dalam ranah e-commerce melalui TikTok Shop. Transformasi ini menandai sebuah pergeseran signifikan dalam perilaku konsumsi digital masyarakat Indonesia.
ADVERTISEMENT
Indonesia, dengan populasi lebih dari 278,7 juta jiwa berdasarkan data We Are Social Digital 2024, menyajikan pasar yang sangat menggiurkan bagi platform digital. Tingkat penetrasi internet yang mencapai 66,5% dari total populasi, dengan 185,3 juta pengguna aktif internet, menjadikan Indonesia sebagai salah satu pasar digital terbesar di Asia Tenggara. Kondisi ini menciptakan lingkungan yang ideal bagi pertumbuhan berbagai platform digital, termasuk e-commerce.
TikTok telah membuktikan diri sebagai platform yang mampu memahami preferensi pengguna Indonesia dengan sangat baik. Algoritma yang dipersonalisasi, format konten singkat yang menghibur, dan kemudahan dalam membuat serta membagikan konten telah menarik berbagai kelompok usia, dengan dominasi pengguna dari generasi Z dan milenial. Keberhasilan ini kemudian diperluas ke ranah e-commerce melalui TikTok Shop.
ADVERTISEMENT
Yang mengejutkan, dalam waktu relatif singkat, TikTok Shop telah berhasil melampaui beberapa pemain e-commerce lokal dalam hal volume transaksi. Integrasi seamless antara konten hiburan dan fitur belanja, ditambah dengan strategi promosi yang agresif, telah menciptakan fenomena "social commerce" yang belum pernah terjadi sebelumnya di Indonesia.
Dalam perspektif Uses and Gratifications Theory, kesuksesan TikTok Shop dapat dijelaskan melalui kemampuannya memenuhi berbagai kebutuhan pengguna secara simultan. Platform ini tidak hanya memuaskan kebutuhan akan hiburan dan informasi, tetapi juga memberikan gratifikasi sosial melalui interaksi komunitas dan kemudahan dalam berbelanja.
Namun, di balik kesuksesan ini, muncul berbagai permasalahan yang perlu diperhatikan. Kemudahan berbelanja melalui TikTok Shop telah mendorong perilaku konsumtif yang berlebihan, terutama di kalangan generasi muda. Lebih mengkhawatirkan lagi, dominasi TikTok Shop mulai mengancam keberlangsungan e-commerce lokal yang telah lama beroperasi di Indonesia.
ADVERTISEMENT
Para pelaku e-commerce lokal seperti Blibli, dan Bukalapak menghadapi tantangan serius dalam mempertahankan pangsa pasar mereka. Meskipun mereka memiliki pemahaman yang lebih baik tentang pasar lokal dan telah membangun kepercayaan selama bertahun-tahun, kehadiran TikTok Shop dengan modal besar dan strategi penetrasi pasar yang agresif telah mengubah dinamika persaingan.
Keberhasilan TikTok Shop dalam menarik minat masyarakat Indonesia dapat dikaitkan dengan strategi inovatif yang memanfaatkan kekuatan konten dan algoritma sosial media. Platform ini berhasil menciptakan pengalaman berbelanja yang terintegrasi secara mulus dengan konten hiburan, memanfaatkan kebiasaan konsumen Indonesia yang sangat aktif menggunakan media sosial. Algoritma TikTok yang cerdas mampu menyajikan produk-produk yang sangat personal dan relevan dengan minat pengguna, didukung oleh format video pendek yang menarik dan mudah dicerna. Selain itu, TikTok Shop menggunakan strategi promosi yang agresif, dengan influencer dan kreator konten lokal yang membantu membangun kepercayaan konsumen melalui rekomendasi dan ulasan produk yang terlihat autentik. Kemudahan transaksi, proses pembayaran yang sederhana, dan penawaran diskon yang menarik turut mendukung daya tarik platform ini, terutama bagi generasi muda yang mencari pengalaman berbelanja yang cepat, menyenangkan, dan sesuai dengan gaya hidup digital mereka.
ADVERTISEMENT
Sebagai pengamat ekonomi digital, fenomena ini dengan pandangan yang berhati-hati. Di satu sisi, inovasi yang dibawa TikTok Shop telah mendorong transformasi positif dalam cara masyarakat berbelanja online. Namun, di sisi lain, dominasi platform asing ini berpotensi menciptakan ketergantungan ekonomi yang tidak sehat dan mengancam ekosistem digital lokal yang telah dibangun dengan susah payah.
Pemerintah Indonesia perlu mengambil langkah tegas dalam mengatur kehadiran platform global seperti TikTok Shop. Regulasi yang ada harus mampu menciptakan persaingan yang sehat dan melindungi kepentingan pelaku usaha lokal, terutama UMKM. Pembatasan praktik monopoli dan pengawasan terhadap praktik jual rugi atau menetapkan harga suatu barang yang sangat rendah menjadi krusial untuk menjaga keberlanjutan ekonomi digital Indonesia.
TikTok Shop vs e-commerce lokal bukanlah pertarungan yang harus berakhir dengan kemenangan mutlak salah satu pihak. Yang dibutuhkan adalah kolaborasi dan regulasi yang tepat untuk menciptakan ekosistem digital yang inklusif dan berkelanjutan. Masa depan e-commerce Indonesia akan sangat bergantung pada bagaimana kita menyeimbangkan inovasi global dengan kepentingan ekonomi lokal. Semoga ke depannya, Indonesia dapat menjadi contoh bagaimana sebuah negara berhasil mengelola dinamika persaingan platform digital global dan lokal dengan bijaksana.
Fleksibilitas Berbelanja Online (Sumber: Foto Desain Pribadi)