Antonio Conte Mau Mencontoh Liverpool, Tapi Kok Jalannya Beda?

Alexander Arie
Mahasiswa pascasarjana yang nyambi mengasuh anak di rumah saja
Konten dari Pengguna
26 Oktober 2020 1:03 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Alexander Arie tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
"We need to work hard. As an example, I take Klopp's Liverpool. It was four years without winning - now they are a war machine."
ADVERTISEMENT
Dalam persiapan menghadapi Genoa, pelatih dengan gaji paling mahal di Serie A, Antonio Conte membawa-bawa Liverpool sebagai contoh, sebagaimana disebut dalam kutipan yang saya comot dari Goal di atas. Mantan kapten Juventus itu menekankan bahwa ada 4 tahun yang dilalui Liverpool tanpa memenangi apa pun, untuk kemudian sekarang menjadi mesin perang kelas wahid.
Antonio Conte (Sumber: Goal.com)
Sebagai tifosi Inter sejak era Luigi Simoni, saya sungguh terperanjat dengan pernyataan sang pelatih. Bukan apa-apa, sebab pergerakan transfer Inter justru memperlihatkan hal yang berbeda dengan Liverpool-nya Juergen Klopp selama periode 4 tahun yang dia sebut itu.
Mari kita flashback sejenak. Ketika Klopp hadir di Anfield menggantikan Brendan Rodgers, Liverpool sudah menghadirkan Christian Benteke, Roberto Firmino, Nathaniel Clyne, Joe Gomez hingga James Milner. Firmino, Gomez, dan Milner kemudian menjadi komponen penting 4-5 tahun kemudian. Saat jendela transfer pertama diperoleh oleh Klopp, dia hanya mendatangkan Marko Grujic yang itupun langsung dipinjamkan kembali ke Red Star Belgrade. Pemain berikutnya yang hadir adalah Steven Caulker untuk dipinjam selama 6 bulan saja.
Marko Grujic (Sumber: Daily Mirror)
Musim 2016/2017 barulah ada pergerakan signifikan dari Klopp. Juara Liga Jerman dua kali bersama Borussia Dortmund itu membeli Sadio Mane, Gerginio Wijnaldum, Joel Matip, dan Loris Karius, serta mempromosikan Trent Alexander-Arnold. Patut diingat bahwa para pemain itu masuk di usia muda menuju matang. Mane berusia 24 tahun, Matip 25 tahun, dan Wijnaldum 26 tahun. Pada saat yang sama, Liverpool melepas Martin Skrtel yang berusia 32 tahun dan Kolo Toure yang berumur 35 tahun.
ADVERTISEMENT
Sementara itu, Conte justru mendatangkan Ashley Young pada usia yang sama persis dengan Kolo Toure ketika meninggalkan Liverpool. Dalam jendela transfer paling mutakhir, Conte juga menghadirkan pemain-pemain kepala tiga dalam diri Matteo Darmian (30 tahun), Alexis Sanchez (31 tahun), Artur Vidal (33 tahun), hingga Aleksandar Kolarov (34 tahun).
Aleksandar Kolarov (Sumber: Inter.it)
Kembali ke Liverpool-nya Klopp. Pada 2017/2018, Klopp memperkuat diri dengan membawa Mo Salah dari AS Roma serta Andrew Robertson dari Hull. Pada musim dingin, datanglah Virgil van Dijk. Puncak dari transfer Liverpool tentu saja musim 2018/2019 ketika Alisson dan Fabinho hadir dengan harga yang terbilang mahal. Hasilnya jelas: Liga Champions. Pada musim berikutnya, mereka hanya merekrut kiper cadangan untuk menjadi modal menjuarai Premier League pertama kalinya.
ADVERTISEMENT
Rombongan ini juga berada pada rentang usia yang sama dengan kepingan sebelumnya. Robbo masuk ke Anfield pada usia 23 tahun, Salah dan Fabinho 25 tahun, adapun Alisson dan van Dijk 26 tahun.
Dari sederet pemain yang dihadirkan Klopp selama 4 musim, paling-paling hanya Ragnar Klavan dan Adrian yang dibeli pada usia di atas 30 tahun. Keduanya juga bukan pemain yang diproyeksikan sebagai pemain utama. Kalau mau menyebut lagi ya mungkin Andy Lonergan (36 tahun) dan Alex Manninger (39 tahun), tapi kedua kiper ini betul-betul diangkut sebagai pelengkap latihan saja.
Kalau mau dilihat, Conte tentu saja benar bahwa Liverpool sekarang adalah mesin perang karena mereka punya tim dengan usia yang sama-sama matang dan nyaris sama persis. Dalam rentang usia 26-30 tahun, Liverpool punya Alisson, Virgil, Matip, Robbo, Fabinho, anak baru Thiago Alcantara, Jordan Henderson, Alex-Oxlade Chamberlain, serta trio FirManSah yang kondang itu.
ADVERTISEMENT
Dalam tim musim ini, hanya Hendo (30), Adrian (33) dan Milner (34) yang usianya kepala tiga. Bandingkan dengan mesin perang yang dibangun Conte. Kalau Liverpool hanya punya tiga pemain 30-an, maka tadi di atas kita melihat bahwa hanya di satu bursa transfer, Inter mendatangkan maupun meresmikan sekaligus 4 pemain dengan usia kepala tiga.
Dengan demikian, model perencanaan mesin perang antara Klopp dan Conte jelas berbeda. Pada saat yang sama, Conte memang membeli bakat besar dalam diri Romelu Lukaku dan Achraf Hakimi sebagai pembelian mahal, termasuk juga Nicolo Barella maupun Stefano Sensi. Akan tetapi jangan lupa bahwa ketika Klopp menyiapkan mesin perang dengan secara perlahan menggusur pemain-pemain tua, Conte justru berbeda.
ADVERTISEMENT
Selain deretan pemain 30-an yang didatangkan, Conte sendiri masih punya Danilo D'Ambrosio, Samir Handanovic, Ivan Perisic, hingga Andrea Ranocchia yang usianya juga 30-an. Sosok seperti Handa dan D'Ambrosio bahkan masih tidak tergantikan di pakem milik Conte. Total jenderal ada sekitar 11 pemain Inter di skuat musim ini yang usianya segitu.
Jadi, dalam perspektif mesin perang, Conte dengan dukungan keuangan yang sama sekali tidak buruk—ingat pengeluaran musim 2019/2020 adalah yang salah satu kalau bukan yang terbesar sepanjang sejarah Inter—justru berlaku layaknya pertahanan perang negara berkembang yang mendatangkan sebagian komponen yang sudah berumur. Sementara Klopp mempersiapkan dengan matang selama 4 tahun untuk membentuk mesin perang dengan kualitas terbaik dan bisa dipuji oleh Conte.
Pelatih Inter Milan, Antonio Conte. Foto: REUTERS/Daniele Mascolo
Sederhananya, ketika 4 tahun tidak memenangi apa pun itu, tim Liverpool bertumbuh sehingga kemudian pada usia seperti sekarang di 27, 28, atau 29 tahun, anggota tim benar-benar jadi mesin perang yang tangguh. Sekarang, kalau Conte bilang mau meniru Liverpool dalam mempersiapkan mesin perang, maka Vidal 3 tahun lagi umurnya sudah 36, Kolarov malah sudah 37 tahun dan Ashley Young sudah 38 tahun. Itu yakinkah kalau kekuatan mesinnya sama? Jangan lupa, Conte sendiri pensiun sebagai pemain di usia 36 tahun.
ADVERTISEMENT
Saya sih berharap bahwa kalimat itu bukan upaya untuk bilang ke petinggi dan fans Inter bahwa 4 tahun tanpa gelar itu nggak apa-apa. Bagaimanapun, Conte kan direkrut karena profil dan prestasinya, plus puasa gelarnya Inter itu sudah lama~