Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.93.2
Konten dari Pengguna
Cerita dari Istora: Menyaksikan Langkah Awal Duet Tontowi/Apriyani
17 Januari 2020 10:24 WIB
Diperbarui 6 Agustus 2020 13:17 WIB
Tulisan dari Alexander Arie tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Alfian Eko Prasetya dan Annisa Saufika baru menuntaskan game pertama ketika saya yang berada persis di belakang Court 1 membuka ponsel. Hampir seluruh Badminton Lovers yang nongkrong di Istora membuka situsweb BWF maupun Tournament Software untuk melihat pemain berikut yang akan berlaga.
ADVERTISEMENT
Ketika scroll ke bawah, saya mendapati bahwa ada nama Tontowi Ahmad dan Apriyani Rahayu dalam jadwal. Saya hakulyakin bahwa sebelum berangkat ke Istora, saya sudah mengecek jadwal dan sama sekali tidak ada nama Owi/Apri pada hari pertama gelaran Indonesia Masters 2020.
Saya lantas mengecek di akun Badminton Talk dan mendapat konfirmasi bahwa Owi dan Apri benar-benar akan main siang ini. Sebuah bonus tentu saja untuk saya yang memilih untuk menonton sejak kualifikasi semata-mata karena harga tiketnya paling murah. Ya, saya hanya membayar 100 ribu rupiah untuk kelas VIP alias di belakang court.
Pada akun Twitter juga berseliweran tangkapan layar Instagram Story Owi yang sedang di tol dalam posisi menyetir dan lewat bahu jalan sedang dikawal polisi.
ADVERTISEMENT
Wah, bisa sampai Senayan tepat waktu nggak tuh?
Saya tetap menganggap bahwa duet Owi/Apri akan berlaga sesuai jadwal. Sesudah menghitung giliran, saya menyimpulkan bahwa Owi/Apri akan main di Court 2. Untuk itu, saya segera bergeser supaya mendapat pemandangan yang terbaik.
Court 2 ini kosong agak lama kalau dibandingkan laga-laga sebelumnya. Mungkin menunggu Owi persiapan atau hal lainnya, tentu penonton jelata seperti saya tidak tahu. Yang jelas kemudian announcer mengumumkan....
"On Court two, Tontowi Ahmad/Apriyani Rahayu (Indonesia) versus Suak Jomkoh/Supissara Paewsampran (Thailand)...."
Itu seluruh Istora yang sebenarnya nggak penuh-penuh amat bersorak tidak karuan. Bagaimanapun, sosok Owi adalah legenda dengan deretan gelar yang diraihnya bersama Liliyana Natsir. Kelas seorang Owi tentu ada di level berbeda dengan seluruh pemain putra lain di ganda campuran.
ADVERTISEMENT
Sedangkan Apri adalah idola baru bulutangkis Indonesia ketika bersama seniornya Greysia Polii menjadi satu-satunya ganda putri Indonesia yang bersaing di level atas, dikepung oleh ganda putri Jepang, Tiongkok, dan Korea Selatan. Apri yang baru masuk usia 20-an sudah didorong untuk dipasangkan dengan Greysia yang kala itu memasuki usia 30 dan terbilang berhasil untuk tetap menghadirkan nama Indonesia di percaturan ganda putri. Selain itu, Apri juga dikenal dengan attitude yang baik sebagai seorang pemain muda.
Pada laga kualifikasi tersebut, Owi/Apri berhasil mengalahkan ganda campuran Thailand dalam 2 set langsung, 21-16 dan 21-17 hanya dalam 35 menit. Sempat kesusahan pada awal game kedua, kematangan Owi dan Apri membuat mereka mampu mengejar untuk memastikan kemenangan.
ADVERTISEMENT
Hari kedua, kebetulan saya juga sudah beli tiket online--karena masih murah. Kali ini kelas reguler saja, 75 ribu rupiah. Masih terjangkau kantong sobat misqueen. Sesudah melihat jadwal, saya memutuskan baru sampai di Istora sekitar pukul 10.30 karena pemain Indonesia pertama yang berlaga hari itu adalah Shesar Hiren Rhustavito, melawan Srikanth Kidambi pada pukul 11 siang.
Sesudah menyaksikan kemenangan Vito atas Srikanth, giliran berikutnya yang main di Court 1 adalah Owi dan Apri. Kali ini lawannya bukan main-main, unggulan ketujuh asal Korea Selatan, Seo Seung Jae/Chae Yujung. Seperti biasa, begitu announcer memanggil nama pemain, semuanya bersorak. Beriringan dengan sorakan untuk Court 2 karena di situ ada Lee Yong Dae.
Tanda-tanda bahwa laga akan aneh sudah muncul ketika dropshot Owi membuka poin. Chae Yujung tampak tidak bergerak menggapai bola yang sebenarnya tidak terlalu sulit. Lima poin berlanjut sebelum Seo/Chae mendapat 1 poin dan sesudah itu duo Korea ini lapor ke wasit bahwa ada cedera sehingga pertandingan tidak dapat dilanjutkan.
ADVERTISEMENT
Pada laga keduanya, Owi/Apri menang 6-1 Retired dan boleh melaju ke 16 besar. Boleh dibilang, keduanya belum berkeringat. Tapi ya mungkin ini kemujuran.
Sebelumnya, pada konferensi pers sesudah kualifikasi terungkap banyak hal. Bahwa pada hari pertama itu Owi baru tahu akan main sesudah latihan pagi. Baru berangkat sekitar setengah 11 dari Cipayung dan kena macet pula di Cililitan. Plus, mereka juga baru latihan sekali alias latihan keduanya adalah pada babak kualifikasi itu.
Owi dan Apri baru dapat ujian pada laga ketiga. Lawan mereka adalah pasutri Chris dan Gabrielle Adcock, ganda campuran terbaik kedua Inggris yang notabene bukan hanya latihan bareng karena tidur pun mereka bareng.
Sesaat sebelum laga, istri Owi beserta 2 anaknya masuk ke venue dan duduk di tempat untuk atlet. Owi sendiri masuk sesudah Chris dan Gaby Adcock dipanggil. Owi tampak fokus menyapa anak dan istrinya dari kejauhan.
Dalam 2 game, Owi dan Apri yang didampingi pelatih masing-masing, Nova Widianto dan Eng Hian, tampak tidak pernah benar-benar lepas dari tekanan. Beberapa kali keduanya tampak tidak berotasi dengan baik. Bola-bola tipis Apri banyak yang nyangkut di net. Sementara Owi tampak tidak dalam performa terbaik.
ADVERTISEMENT
Pada akhirnya, duet baru ini kalah 21-9 dan 21-12. Sekaligus menjadi pembuka deretan kekalahan di Court 1 karena sesudah itu Vito, Ni Ketut Mahadewi Istarani/Tania Oktaviani Kusumah, hingga Alfian Eko Prasetya/Annisa Saufika berturut-turut kalah di tempat yang sama.
Untunglah, pada sore hari, Greysia/Apri berhasil meraih kemenangan atas duet Kanada Rachel Honderich/Kristen Tsai di lapangan yang sama. Untuk kmeudian diikuti oleh Jonatan Christie dan ditutup oleh Marcus Fernaldi Gideon/Kevin Sanjaya Sukamuljo dengan baik.
Secara umum, kita bisa berharap pada masa depan duet Owi/Apri sekaligus mulai bisa berharap pada Winny Oktavina Kandow jika dia benar-benar dikembalikan pada partner lamanya Akbar Bintang Cahyono. Ingat, tahun 2018 Akbar/Winny pernah sampai ke semifinal Singapore Open yang levelnya Super 500. Mereka kalah itu hanya dikandaskan oleh Owi/Butet.
ADVERTISEMENT
Penting untuk seorang Owi dapat menunjukkan kelasnya sebagai seorang pemain yang punya nyaris seluruh gelar penting di Ganda Campuran. Pada saat yang sama, seperti disebut oleh Greysia, bahwa bermain rangkap dapat memberi nilai tambah pada diri seorang Apriyani Rahayu, sang calon bintang bulutangkis masa depan Indonesia.