Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.93.2
Konten dari Pengguna
Cerita Sedih Deportivo La Coruna
21 Juli 2020 4:42 WIB
Diperbarui 6 Agustus 2020 13:16 WIB
Tulisan dari Alexander Arie tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Minggu lalu, Leeds United kembali ke Premier League setelah 16 tahun. Bicara Leeds United, tentu tidak akan lepas dari penampilan gemilang mereka pada awal 2000-an ketika sempat mencapai semifinal Liga Champions. Anak muda tahun segitu, pada tahun 2020 telah menjadi bapak-bapak dan kemunculan kembali Leeds sungguh membuka kenangan masa remaja.
ADVERTISEMENT
Nah, pada periode yang sama, ada satu lain yang juga prestasinya menarik perhatian fans. Namanya Deportivo La Coruna. Super Depor adalah kekuatan istimewa di Liga Spanyol pada awal 2000-an. Mereka juara pada musim 1999/2000 dan tetap 3 besar sampai 2003/2004.
Salah satu performa yang diingat publik adalah pada musim 2003/2004. Ketika itu Super Depor mengalahkan Juventus di 16 Besar serta AC Milan di babak perempat final.
Laga lawan AC Milan ini dikenal sebagai salah satu comeback terbaik karena Super Depor takluk 4-1 di Milan, tapi berhasil menang 4-0 di kandang sendiri. Sayangnya, mereka gagal di semifinal. Kalah agregat 1-0 dari Porto-nya Jose Mourinho yang kemudian jadi juara.
Musim itu adalah kali terakhir Super Depor menjadi super. Sesudahnya, mereka hanya tim papan tengah yang bahkan terdegradasi pada musim 2010/2011. Depor promosi pada 2011/2012, degradasi lagi pada 2012/2013, balik lagi pada 2013/2014 untuk menjadi tim yang selamat dari degradasi selama 3 musim. Pada 2017/2018 ketika dilatih oleh legenda AC Milan, Clarence Seedorf, Depor degradasi lagi.
Depor hampir berhasil kembali pada musim lalu. Mereka duduk di peringkat 6, lolos ke play-off, mengalahkan Malaga di semi final play-off, bahkan sudah menang 2-0 di final play-off leg pertama dari Mallorca. Eh, di leg kedua kena comeback 3-0. Gol penentuan dicetak Abdon Prats pada menit 82.
ADVERTISEMENT
Musim 2019/2020, tim yang identik dengan nama-nama kondang seperti Djalminha, Bebeto, Roy Makaay, Diego Tristan, hingga Juan Carlos Valeron ini terjebak di zona degradasi di kompetisi kasta kedua bahkan sampai pekan terakhir.
Pada pekan penentuan, seharusnya Depor memainkan laga hidup mati melawan Fuenlabrada. Bukan pertandingan mudah karena Fuenlabrada juga butuh kemenangan untuk mengamankan posisi di play-off promosi. Satu kemenangan akan memastikan mereka ada di peringkat ke-6, batas terakhir play-off promosi.
Pertandingan lain tetap dilanjutkan. Kemenangan diperoleh Albacete atas Cadiz lewat penalti Maikel Mesa menit ke-90. Cadiz gagal juara Segunda Division dan Albacete berhasil mengumpulkan 52 poin. Albacete sendiri tadinya memiliki poin 49 atau 1 angka di depan Depor. Apabila Albacete tidak menang, Depor sebenarnya masih punya kesempatan.
Hasil di Cadiz membuat Deportivo La Coruna terjerembab ke peringkat 20 dengan nilai 48. Kemenangan atas Fuenlabrada hanya akan membuat poin Depor maksimal menjadi 51. Pada saat yang sama, dengan selisih gol minus 18, mereka kalah dari Ponferradina yang ada di batas aman dengan poin 51 dan selisih gol minus 5.
ADVERTISEMENT
Hanya kemenangan atas Fuenlabrada dengan selisih 13 gol yang mampu menyelamatkan Depor. Meski secara matematis belum pasti terdegradasi, tapi hasil yang harus dicapai terbilang mustahil.
Pada akhirnya, sepakbola menampilkan sisi kejamnya. Deportivo La Coruna, tim yang baru 20 tahun lalu menjadi juara La Liga, musim depan berada pada level yang sama dengan Barcelona B, Real Madrid Castilla, Celta Vigo B, hingga Getafe B!