Sheffield United Terburuk Sepanjang Sejarah Premier League, Apa yang Salah?

Alexander Arie
Mahasiswa pascasarjana yang nyambi mengasuh anak di rumah saja
Konten dari Pengguna
22 Desember 2020 23:44 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Alexander Arie tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Pertandingan Premier League antara Chelsea melawan Sheffield United di Stamford Bridge, London, Inggris, Sabtu (7/11). Foto: MIKE HEWITT/REUTERS
zoom-in-whitePerbesar
Pertandingan Premier League antara Chelsea melawan Sheffield United di Stamford Bridge, London, Inggris, Sabtu (7/11). Foto: MIKE HEWITT/REUTERS
ADVERTISEMENT
Sheffield United akan memasuki Boxing Day tahun 2020 dengan bekal 2 poin. Capaian mengerikan kalau dibandingkan dengan performa gemilang mereka musim lalu. Capaian yang juga tergolong mengenaskan bahkan jika dibandingkan dengan 10 tim terburuk Premier League.
ADVERTISEMENT
Sejauh ini, klub dengan prestasi paling payah di Premier League adalah Derby County 2007/2008. Sepanjang musim, Derby hanya berhasil mengumpulkan 11 poin dan mencetak 20 gol. Walau demikian, Derby memasuki Boxing Day dengan bekal 8 gol, 1 kemenangan serta 4 hasil imbang. Mungkin agak tidak pas perbandingan jumlah laga karena Boxing Day pada tahun 2020 adalah pertandingan ke-15 sementara Boxing Day pada kondisi normal adalah pertandingan ke-19. Akan tetapi, sampai pertandingan ke-14, Derby County ketika itu sudah punya 1 kemenangan dan 3 hasil imbang. Masih lebih baik daripada Sheffield United musim ini.
Derby County 2007/2008, Sumber: Irish Mirror
Torehan 2 poin sesudah melewati 14 pertandingan bahkan lebih buruk dari pencapaian 10 tim Premier League terburuk sepanjang sejarah ketika memasuki gameweek yang sama. Setidaknya, tim-tim terburuk seperti Sunderland 2005/2006, Huddersfield Town 2018/2019, maupun Aston Villa 2015/2016 masih sempat meraih kemenangan di 14 pekan pertama.
ADVERTISEMENT
Sebelum Sheffield United pada musim ini, tim dengan modal poin terendah sesudah melewati pekan ke-14 adalah Swindon Town (93/94), Sunderland (05/06), QPR (12/13), dan Aston Villa (15/16) dengan 5 poin. Pada akhir musim, semuanya tidak selamat dari jerat degradasi. Terendah berikutnya adalah Derby 2007/2008 dan musuh bebuyutan mereka, Sheffield Wednesday 1999/2000, dengan 6 poin. Lagi-lagi, meskipun masuk dalam kategori terburuk, The Owls masih sempat membukukan 1 kemenangan.
Sheffield United sebagai tim promosi tanpa transfer gila-gilaan pada musim 2019/2020 sukses mengakhiri musim dengan poin 54. Ada 14 kemenangan yang diraih dari hanya 39 gol yang dicetak. Ya, rataan gol Sheffield United memang sekecil itu namun ditunjang apiknya lini pertahanan yang memunculkan angka 39 sebagai jumlah kebobolan.
ADVERTISEMENT
Apabila kita melihat rangkaian hasil Sheffield United musim lalu, angka yang muncul memang hanya 0, 1, 2, dan 3. Sheffield sempat bikin 3 gol kala menang lawan Burnley, Chelsea, dan Tottenham Hostspur, serta ketika imbang dengan Manchester United. Musim ini, mereka sudah sempat kalah dengan kebobolan 4 gol dari Chelsea.
Sesungguhnya hanya ada satu kehilangan mayor yaitu ketika Dean Henderson pulang ke Manchester. Untuk menggantikannya, Sheffield United memboyong pemain yang sejatinya binaan mereka sendiri yaitu Aaron Ramsdale dari Bournemouth.
Metode Sheffield United meraih poin musim lalu memang memiliki risiko. Sedikitnya gol yang dicetak sudah menggambarkan bahwa sebenarnya lini depan mereka ada masalah. Nah, hal itu pada musim lalu menjadi tidak terlalu tergambar pada hasil karena lini pertahanan bermain cukup apik. Henderson sendiri dalam 36 pertandingan berhasil meraih 13 kali clean sheet.
Aaron Ramsdale, Sumber; Premier League
Apakah masalahnya adalah Ramsdale sebagai kiper pengganti? Boleh jadi iya, namun tidak sesederhana itu. Dilihat dari kerja yang dilakukan, Ramsdale tidak buruk-buruk amat karena terbilang sangat rajin bikin penyelamatan. Sepanjang musim lalu Henderson membuat total 97 penyelamatan, atau rata-rata 2,7 saves per pertandingan. Bandingkan dengan musim ini ketika liga baru sepertiga jalan, total penyelamatan yang dibuat oleh Ramsdale sudah 53 atau 3,8 saves per laga.
ADVERTISEMENT
Mengacu pada situs Footcharts terjadi perubahan yang drastis dalam soal jumlah tendangan yang diterima. Musim lalu secara total Sheffield United menerima 430 tendangan atau hanya 11.3 per laga. Musim ini, sampai sebelum laga melawan Brighton and Hove Albion mereka sudah menerima 195 tendangan atau rata-rata 15 tendangan per gim. Jangan lupa pula bahwa musim lalu, Sheffield United adalah tim dengan jumlah tendangan ke gawang paling sedikit (9,32 per laga), yang tetap diulang tahun ini dengan rata-rata 8,92.
Pada intinya, lini pertahanan Sheffield United sendiri sudah tidak setangguh musim lalu. Hal itu kemudian ditunjang lini depannya yang musim lalu juga sudah memperlihatkan tanda-tanda majal. Sampai pertandingan ke-14, musim lalu mereka masih sempat bikin 17 gol. Musim ini ada penurunan drastis ke 8 gol. Penurunan separo itu berbanding terbalik dengan kinerja lini pertahanan yang total telah kebobolan 25 gol atau 2 kali lipat musim lalu dengan 13 gol. Ingat pula bahwa pada sepanjang musim of lalu, gol terbanyak mereka hanya 6 gol masing-masing oleh Lys Mousset dan Oli McBurnie.
ADVERTISEMENT
Musim ini, Sheffield United juga mengalami masalah dalam menjaga skor di akhir laga. Mereka beberapa kali harus kehilangan poin karena gol di akhir laga, misalnya saat dibobol Jamie Vardy pada menit 90 maupun Patrick Bamford pada menit ke-88. Dari dua laga itu, Sheffield kehilangan 2 poin. Gol penyama dari Danny Wellbeck pada laga melawan Brighton juga menihilkan 2 poin yang seharusnya dimiliki oleh tim asuhan Chris Wilder ini. Sebagai perbandingan, musim lalu mereka baru kebobolan di atas menit ke-80 pada pertandingan ke-20 oleh Kevin De Bruyne.
Berbeda dengan musim lalu, Sheffield United musim ini juga bermasalah dengan unggul duluan. Mereka sukses bikin gol terlebih dahulu kala melawan Liverpool, Chelsea, MU, hingga Brighton. Dari 4 laga itu, pada akhirnya mereka hanya berhasil membawa pulang 1 poin saja. Padahal, musim lalu justru mereka jagonya menikung. Kala melawan Chelsea, mereka bahkan sempat tertinggal 2-0 sebelum kemudian berhasil imbang 2-2 lewat gol di penghujung laga. Tidak hanya Chelsea, Sheffield United juga ketinggalan duluan kala melawan Bournemouth, West Ham, Tottenham Hotspur, MU, Watford, hingga Arsenal sebelum akhirnya mendulang 1 poin pada laga-laga itu.
ADVERTISEMENT
Musim ini Sheffield juga bermasalah dalam konsentrasi. Setidaknya dalam tiga laga mereka dihadapkan pada 2 gol dalam kurun waktu singkat. Mereka takluk dari Wolves dengan 2 gol dalam 6 menit pertama, kalah dari Arsenal melalui gol pada menit 61 dan 64, juga ambyar di kandang Chelsea dengan 2 gol pemasti kemenangan hadir pada menit ke-77 dan 80. Adapun musim lalu mereka kebobolan lebih dari 2 gol pada 9 pertandingan, tetapi lebih dari 1 gol yang hadir dalam rentang waktu singkat hanya terjadi ketika seri melawan MU (menit ke-72, 77, dan 79) dan kalah dari Newcastle (menit ke-55, 69, dan 78).
Jadi, masalah Sheffield United ini tidaklah semudah menyalahkan Ramsdale yang tidak mampu menggantikan Henderson. Masalah di lini depan musim lalu mampu dikompensasi dengan ciamiknya lini belakang, akan tetapi ketika lini belakang yang menjadi andalan itu kemudian menjadi bocor dengan mudah, kiper yang sudah bekerja sekeras Ramsdale pun tentu akan tetap kesulitan.
ADVERTISEMENT