news-card-video
13 Ramadhan 1446 HKamis, 13 Maret 2025
Jakarta
chevron-down
imsak04:10
subuh04:25
terbit05:30
dzuhur11:30
ashar14:45
maghrib17:30
isya18:45
Konten dari Pengguna

Belajar Berkarya Lewat Pembelajaran Bahasa Indonesia

Alexander Johan  Wahyudi
Alexander Johan Wahyudi, kelahiran Cirebon 1989. Pengajar bahasa, sastra, dan jurnalistik SMA Trinitas Bandung. Alumni Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta. Penulis aktif di media massa online. Menulis untuk proses kreatif dan menebar informasi.
22 Agustus 2021 13:04 WIB
·
waktu baca 4 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Alexander Johan Wahyudi tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Pembelajaran bahasa Indonesia dengan metode Project Based Learning. Sumber Foto: Doumen sekolah.
zoom-in-whitePerbesar
Pembelajaran bahasa Indonesia dengan metode Project Based Learning. Sumber Foto: Doumen sekolah.
ADVERTISEMENT
Bapak dan Ibu Budi sudah melegenda dalam kegiatan belajar Bahasa Indonesia. Tokoh tersebut kerap muncul saat pembelajaran membaca berlangsung. Metode sederhana ini nyatanya berhasil mengajarkan para siswa belajar membaca. Jika Bapak dan Ibu Budi sudah menghiasi pembelajaran Bahasa Indonesia, lalu inovasi baru apa yang dibutuhkan untuk menciptakan generasi tangguh dan legenda baru dalam belajar bahasa Indonesia?
ADVERTISEMENT
Empat Keterampilan Berbahasa
Pembelajaran Bahasa Indonesia merupakan suatu pembelajaran yang bertujuan melatih keterampilan berbahasa bagi peserta didik. Menurut Tarigan, “Keterampilan berbahasa mempunyai empat komponen, yaitu keterampilan menyimak, berbicara, membaca, dan menulis.” Dari keempat keterampilan berbahasa, keterampilan membaca dan menulis saat ini lebih difokuskan. Hal ini sejalan dengan isi pada kurikulum 2013 mata pelajaran Bahasa Indonesia yang menitikberatkan pada pembelajaran berbasis teks.
Potret Pembelajaran Bahasa Indonesia
Potret pembelajaran Bahasa Indonesia saat ini memang begitu meresahkan. Banyak siswa lebih tertarik belajar bahasa asing ketimbang Bahasa Indonesia. Logikanya "Buat apa orang Indonesia belajar Bahasa Indonesia?" Tentu hal ini menjadi tantangan besar bagi para guru pengampu bidang studi Bahasa Indonesia saat ini. Guru perlu meramu metode ajar yang inovatif agar semangat belajar para siswa tumbuh. Dalam praktik di lapangan, banyak guru sudah mencoba berbagai metode agar pembelajaran di dalam kelas menarik. Hal ini bisa saya lihat dan temukan ketika hadir dalam pertemuan satu rumpun guru Bahasa Indonesia di satu sekolah atau antarsekolah dalam kota/ antarkota. Pertemuan tersebut dalam dunia pendidikan dikenal dengan istilah MGMP (Musyawarah Guru Mata Pelajaran). Hal yang kurang mendapat sentuhan adalah tujuan pembelajaran. Bagaimana dengan tujuan akhir suatu materi pembelajaran?
ADVERTISEMENT
Kurikulum 2013
Dalam Kurikulum 2013 pembelajaran Bahasa Indonesia sudah disusun dengan berbagai macam bab yang edukatif, edukatif baik dari segi teori maupun penugasan. Kurikulum 2013 ini menekankan pembelajaran berbasis teks, maka kegiatan yang menonjol adalah membaca dan menulis. Dalam kurikulum tersebut mengarahkan siswa untuk dapat berpikir kritis dan menulis kreatif. Hal ini ditemukan dari materi-materi yang tersebar di setiap jenjangnya.
Orang bilang generasi pelajar saat ini adalah generasi nunduk, generasi virtual, generasi mager, dll. Istilah ini tentu perlu diubah. Lewat pembelajaran bahasa Indonesia di tingkat SD, SMP, dan SMA semangat dan kreativitas pelajar bisa diwadahi. Hal ini sejalan dengan penyajian materi-materi pada kurikulum bahasa Indonesia. Kurikulum 2013 sudah memberikan jalan bagi para guru. Inilah yang perlu dijadikan motivasi bagi para guru untuk bisa menjadikan generasi pelajar ini menjadi generasi yang tangguh dalam wadah pembelajaran Bahasa Indonesia.
ADVERTISEMENT
Penugasan Berarti Belajar Berkarya
Hal yang perlu ditanamkan, yaitu jangan membiarkan penugasan siswa hanya berakhir di buku latihannya. Banyak sekali bentuk penugasan yang diberikan tetapi lagi-lagi tugas tersebut hanya menjadi tumpukan yang disayangkan. Jika kembali kita melihat isi bab pada kurikulum Bahasa Indonesia, tentu untuk mewujudkan generasi tangguh memiliki peluang besar. Pelajar merdeka dalam menyalurkan kreativitas menulis mereka. Hal-hal yang terkadang membuat buntu guru itu sendiri dalam memberikan penugasan adalah berpatokan pada buku cetak yang dipakai dalam kegiatan belajar. Di sinilah, guru terjebak dan tetap fokus untuk mengikuti isi perintah dalam buku tersebut. Hal ini tidaklah salah, tapi di sinilah kebanyakan guru melupakan jika pembelajaran itu sendiri sebetulnya boleh dikembangkan.
ADVERTISEMENT
Dengan pengembangan tersebut, tentu dapat menjadikan suatu pembelajaran lebih berarti dan terarah. Misalnya pembelajaran teks eksposisi, siswa diminta menulis teks eksposisi tentang isu tertentu dan mencoba mengirimkannya pada media. Tugas menulis puisi yang semula siswa diminta membuat puisi dengan tema tertentu, dikembangkan membuat buku antologi puisi dan mencoba mengirimkannya pada penerbit. Tugas menulis prosedur, siswa bisa menuliskan panduan membuat sesuatu hal lalu mengirimkan pada media.
Pengembangan contoh-contoh tugas tersebut tentu akan lebih bernilai dan membangkitkan semangat pelajar untuk lebih merdeka dalam berkarya. Jika model-model penugasan seperti ini dicoba dan dilakukan, potret pembelajaran bahasa Indonesia pun bukan lagi "buat apa orang Indonesia belajar Bahasa Indonesia" melainkan "Belajar Bahasa Indonesia adalah belajar berkarya" ataupun potret-potret positif lainya.
ADVERTISEMENT
Mengutip penggalan puisi “Paman Doblang” karya W.S. Rendra, “Kesadaran adalah matahari. Kesabaran adalah bumi. Keberanian menjadi cakrawala. Dan perjuangan adalah pelaksanaan kata-kata.” Dari penggalan puisi tersebut, pembelajaran Bahasa Indonesia pun seperti halnya matahari dan cakrawala yang bisa menjadi wadah untuk menciptakan generasi tangguh dan legenda baru.
Alexander Johan Wahyudi, Pengajar Bahasa Indonesia, SMA Trinitas Bandung