Biografi Singkat Nadiem Makarim

Alexander Johan  Wahyudi
Alexander Johan Wahyudi, kelahiran Cirebon 1989. Pengajar bahasa, sastra, dan jurnalistik SMA Trinitas Bandung. Alumni Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta. Penulis aktif di media massa online. Menulis untuk proses kreatif dan menebar informasi.
Konten dari Pengguna
13 September 2021 13:06 WIB
·
waktu baca 4 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Alexander Johan Wahyudi tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Cerita
Sosok Bapak Nadiem Makarim. Foto: instagram/nadiemmakarim
“Maju terus, pasti ada jalan!” Merupakan sebuah slogan sederhana bermakna dalam yang dijadikan pandangan hidup oleh menteri pendidikan dan kebudayaan Indonesia. Siapa lagi kalau bukan Nadiem Makarim. Bagaimana masa kecil dan dunia pendidikan membentuk Nadiem menjadi pribadi yang penuh inovasi? Bagaimana cerita seorang pemuda lulusan Harvard memulai mimpinya dari obrolan di pangkalan ojek?
ADVERTISEMENT
Nadiem pria kelahiran Singapura, ayahnya Nono Anwar Marakim berasal dari Pekalongan merupakan sosok pengacara dan ibunya Atika Algadrie dari Pasuruan yang merupakan pekerja di bidang nonprofit. Sejak kecil, Nadiem Makarim adalah orang yang sangat dipenuhi oleh kreativitas. Hal ini ditandai dengan permainan lego yang ia mainkan sejak dulu. Meskipun terdapat buku petunjuk mengenai cara menyusun lego tersebut, Nadiem tidak pernah mengikutinya dan lebih suka untuk membentuk sesuatu yang tidak terdapat pada petunjuk tersebut. Hasilnya pun kadang tidak jelas bentuknya, tapi itulah wujud kreativitasnya. Dengan kreativitas yang Nadiem miliki, ia dapat tumbuh sebagai pribadi yang gemar membangun hal-hal yang sebelumnya tidak terpikirkan orang lain.
Pendidikan Nadiem pun mendukung kreativitas Nadiem. Nadiem bersekolah di SD Al Izhar Pondok Labu, kemudian melanjutkan sekolahnya ke The Dalton School di Amerika Serikat. Kedua sekolah tersebut lebih mengutamakan bakat dan kemampuan seseorang, bukan hanya melalui hafalan. Di Amerika Serikat pun, Nadiem harus berjuang untuk menghadapi dunia yang baru dengan orang-orang yang baru pula. Hal ini yang dapat membuat Nadiem dapat menerima semua orang, meskipun berbeda kalangan, ras, agama, dan suku. Nadiem pun berpindah lagi ke Singapura untuk menjalankan masa SMA nya di UWCSEA. Sekolah ini mengajarkan Nadiem untuk menjadi warga global sehingga Nadiem menyadari akan pentingnya kebersamaan. Kerja keras Nadiem selama masa sekolahnya pun membuat Nadiem dapat diterima di universitas ternama di Amerika Serikat, yaitu Harvard Business School.
ADVERTISEMENT
Nadiem pun menyelesaikan kuliahnya dengan baik dan membawa berkah sangat besar ketika ia pulang ke Indonesia. Berkah yang ia bawa adalah Gojek. Gojek secara resmi berdiri pada 2010. Nadiem terinspirasi memulai bisnis Gojek dikarenakan keprihatinannya terhadap lalu lintas di Jakarta yang semakin padat. Ia juga sangat menginginkan untuk menaikan taraf hidup para tukang ojek pangkalan. Hal ini ditandai dengan perekrutan awal Gojek adalah orang-orang yang berprofesi sebagai tukang ojek pangkalan.
Nadiem merintis Gojek benar-benar mulai dari nol. Dia memulai bisnisnya tersebut di garasi rumahnya sendiri. Awalnya, Gojek merupakan penyedia layanan transportasi dengan sistem call center dengan hanya terdapat 3 layanan didalamnya, yaitu Gojek, GoSend, dan GoMart. Usaha Nadiem dalam menaikan derajat tukang ojek adalah dengan menganggap para supir ojek sebagai mitra, dan hasilnya pun dibagi dengan 80% untuk ojek dan 20% untuk Gojeknya sendiri.
ADVERTISEMENT
Banyak cobaan yang dialami Nadiem, mulai dari idenya yang diremehkan sampai keterbatasan dana. Nadiem sampai harus kerja part time untuk mendapatkan dana yang akan dipakai untuk keperluan Gojek. Nadiem bukanlah orang yang pantang menyerah sehingga Gojek pun dapat terus bertahan, meski hampir bangkrut beberapa kali.
Inovasi yang dimiliki oleh Nadiem tidak pernah padam. Hal ini ditunjukan pada Tahun 2015, Nadiem berhasil megubah Gojek yang awalnya berbasis call center menjadi berbasis aplikasi. Hal ini membuat Gojek semakin terkenal dan jumlah pekerja dan konsumen pun naik menjadi 1000 kali lipat. Dengan kemajuan teknologi smartphone yang berkembang pesat, Nadiem dapat melihat peluang untuk memanfaatkan dan ternyata hal tersebut membawa keuntungan yang sangat signifikan, bukan hanya untuk Nadiem, tetapi untuk para driver dan konsumen.
ADVERTISEMENT
Gojek pun terus berkembang seiring berjalannya waktu. Gojek yang awalnya hanya tersedia 3 layanan, bertambah menjadi 5, dan terus bertambah sehingga mencapai 30, dan terus bertambah sampai sekarang. Disamping bertambahnya jumlah layanan, Gojek pun semakin terkenal dan berkembang, bukan hanya di Jakarta saja, melainkan di seluruh Indonesia.
Dengan gigihnya perjuangan Nadiem untuk Gojek dan dengan pengorbanan luar biasa yang dilakukan oleh Nadiem, Gojek menjadi sebuah bisnis yang sangat bersaing di seluruh dunia, sehingga pada Februari 2019, Gojek pendapat peringkat unicorn dan menjadi startup pertama yang memperoleh peringkat tersebut. Hebatnya lagi pada November 2019, ketika Nadiem berumur 34 tahun, Gojek berhasil memperoleh peringkat decacorn, dan menjadi startup Indonesia pertama dan satu-satunya yang dapat memperoleh peringkat tersebut.
ADVERTISEMENT
Di tengah kesukesas Gojek tersebut, pada 23 Oktober 2019, Nadiem Makarim harus mengundurkan diri dari Gojek dan membiarkan Gojek menggelinding bersama para penerusnya. Hal ini dikarenakan rasa cinta tanah air yang dimiliki oleh Nadiem. Beliau menjadi anggota dari kabinet maju sebagai menteri pendidikan dan pebudayaan.
Alexander Johan Wahyudi kelahiran Cirebon 1989, Pengajar bahasa, sastra, dan jurnalistik SMA Trinitas Bandung.