Eksistensi Budaya dan Terukirnya Gita Nusantara Indonesia

Alexander Johan  Wahyudi
Alexander Johan Wahyudi, kelahiran Cirebon 1989. Pengajar bahasa, sastra, dan jurnalistik SMA Trinitas Bandung. Alumni Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta. Penulis aktif di media massa online. Menulis untuk proses kreatif dan menebar informasi.
Konten dari Pengguna
17 Juni 2024 10:50 WIB
·
waktu baca 5 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Alexander Johan Wahyudi tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
SMA Trinitas Bandung gelar konser orkestra dengan mengusung tema  “Gita Nusantara Indonesia”. Sumber: Dok. pribadi
zoom-in-whitePerbesar
SMA Trinitas Bandung gelar konser orkestra dengan mengusung tema “Gita Nusantara Indonesia”. Sumber: Dok. pribadi
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Bangsa Indonesia tentu sudah akrab dengan kekayaan budayanya yang beraneka ragam. Hal ini ibarat kain tenun yang ditenun dengan berbagai benang warna-warni, menciptakan sebuah mahakarya yang sudah berulang kali ditulis dan menjadi pengetahuan umum bagi masyarakat Indonesia. Namun, mungkin tidak terlintas dalam pikiran masyarakat umum bahwa makna terdalam sebuah budaya, yang tentu saja tidak terbentuk dalam sekejap, adalah hasil dari perjalanan panjang dan kaya akan sejarah.
ADVERTISEMENT
Ada banyak teori dari berbagai ahli mengenai bagaimana sebuah budaya dapat termaterialisasi. Konsensus umumnya adalah bahwa sebuah budaya terbentuk melalui interaksi sosial dan pemahaman bersama yang dianut oleh sekelompok orang. Proses ini berlangsung secara bertahap dan berkembang selama puluhan hingga ratusan tahun, sehingga membentuk sebuah identitas dan tradisi yang kuat dalam kelompok tersebut. Dan salah satu buah hasil dari proses yang panjang tersebut adalah lagu tradisional.
Lagu memang bukanlah hal yang asing dalam kehidupan kita sekarang, maupun kehidupan manusia di masa lalu. “Hymne Hurrian” adalah lagu paling awal yang tercatat secara tertulis, berasal dari sekitar abad ke-13 SM, teks lagu ini bertemakan tentang persembahan kepada dewi bulan bangsa Hurri, Nikkal. Sama halnya dengan lagu tradisional Nusantara yang pada awalnya digunakan untuk mengiringi acara-acara adat, dan kebanyakan tidak diketahui secara pasti kapan diciptakannya maupun siapa penciptanya. Namun, dibalik misteri setiap lagu tradisional, akan tersimpan lirik yang sudah terabadikan selama perjalan panjangnya, menyimpan makna-makna tersurat dan tersirat yang tersimpan didalamnya.
ADVERTISEMENT
Lagu tradisional suatu daerah mencerminkan sejarah, nilai, konvensi, dan sikap masyarakat setempat. Untuk menunjukkan budaya dan adat istiadat suatu masyarakat, lagu digunakan untuk mengenang cerita rakyat, upacara budaya, dan nilai yang dipegang teguh oleh masyarakat. Misalnya, lagu O Ina Ni Keke dari Sulawesi Utara mempunyai makna tentang kasih sayang dan cinta tak terbatas dari orang tua kepada anaknya dan Gundul-Gundul Pacul dari Jawa Tengah yang menasehati para pemimpin tanah Jawa untuk memprioritaskan kesejahteraan rakyatnya. Pentingnya musik dalam budaya tidak dapat ditekankan. Setiap budaya sangat bergantung pada musik. Namun, seiring dengan berkembangnya zaman lagu-lagu tersebut dikemas menjadi pengiring permainan tradisional hingga sarana hiburan. Salah satu sarana hiburan tersebut terwujud dalam bentuk orkestra.
ADVERTISEMENT
Di dalam konser orkestra “Gita Nusantara Indonesia” yang digelar pada (14-15 Juni 2024) ini, Trinitas Symphony Orchestra dan Trinitas Youth Choir mengukir lembaran baru dalam sejarah prestasi SMA Trinitas Bandung. Hal ini menjadi kebangaan tersendiri sekolah ini, pasalnya SMA Trinitas Bandung merupakan salah satu dari segelintir sekolah di Indonesia yang memiliki ekstrakurikuler orkestra. Penampilan rangkaian lagu dari Sabang sampai Merauke ini diiringi oleh orkestra klasik, disertai tarian dan paduan suara yang membawakan penampilan yang spektakuler. Terlepas dari semua itu, penampilan ini menyadarkan kita mengenai suatu hal, yaitu eksistensi kebudayaan kita di tengah masa yang semakin global ini.
Alwi Hasan (2003: 288) menjelaskan eksistensi mengandung arti keberadaan, yaitu keberadaan adanya budaya yang terus dilakukan secara turun temurun. Eksistensi kebudayaan merupakan suatu bentuk keberadaan budaya yang masih dipegang oleh masyarakat yang memilikinya. Namun, kebudayaan tentu tidak mungkin abadi selama-lamanya. Periode waktu di mana individu dan masyarakat hidup mempengaruhi jenis dan bentuk kebudayaan. Bayangkan betapa berbedanya dunia ratusan tahun yang lalu dengan dunia yang kita lihat sekarang, dan bagaimana perubahan ini kemudian membentuk identitas budaya yang berbeda.
ADVERTISEMENT
Hal serupa tentu terjadi juga di Indonesia. Bayangkan berapa banyak budaya yang telah menjadi irelevan dan pada akhirnya lenyap dari kepulauan Nusantara, mulai zaman prasejarah hingga sekarang. Pertimbangkan pula bahwa budaya-budaya yang dikenal luas saat ini adalah yang terekspos di dunia maya karena dikemas sedemikian rupa sehingga cocok dengan zaman modern. Misalnya, lagu daerah yang diubah menjadi lagu anak-anak dan tarian daerah yang dijadikan ikon suatu daerah. Sementara itu, budaya lainnya seakan ditinggalkan dan diabaikan jika tidak mengikuti narasi-narasi tersebut.
Kondisi ini menegaskan bahwa jika sebuah budaya ingin terus diwariskan, maka budaya tersebut haruslah terus berkembang dan tidak boleh menjadi statis. Sebuah budaya harus mampu beradaptasi dengan perubahan zaman tanpa kehilangan esensi dan nilai-nilai dasarnya. Dengan demikian, warisan budaya kita tidak hanya akan tetap hidup tetapi juga relevan dan dihargai oleh generasi masa kini dan masa depan.
ADVERTISEMENT
Sebagai penutup, mari kita tegaskan bahwa budaya adalah warisan berharga yang terus berkembang dan berubah seiring waktu. Melalui konser orkestra “Gita Nusantara Indonesia”, kita telah menyaksikan bagaimana elemen-elemen budaya tradisional dapat dihidupkan kembali dan diadaptasi untuk zaman modern, menunjukkan bahwa budaya kita masih relevan dan dihargai. Konser orkestra yang diselenggarakan SMA Trinitas ini tidak hanya menghibur, tetapi juga mengingatkan kita akan pentingnya melestarikan dan menghargai warisan budaya yang telah diwariskan oleh nenek moyang kita.
Seiring dengan perkembangan zaman, budaya memang mengalami transformasi. Namun, melalui upaya seperti ini, kita dapat memastikan bahwa esensi dan nilai-nilai dari budaya kita tetap hidup dan dapat dinikmati oleh generasi mendatang. Merawat dan menghargai kekayaan budaya kita, menjadikannya sebagai jembatan antara masa lalu dan masa depan, serta sebagai sumber inspirasi untuk menciptakan karya-karya baru yang tak kalah indah. Dengan demikian, meski dunia terus berubah, warisan budaya kita akan tetap memiliki tempat istimewa dalam hati setiap generasi bangsa Indonesia.
ADVERTISEMENT
Damianus Terryosano Satria Putra Heru, siswa kelas XI SMA TRINITAS Bandung. Aktif dalam ekstrakurikuler jurnalistik sekolah. Menulis dan menginspirasi.