Citayem Fashion Week! Asal Mulanya Bagaimana?

Alexandra Jasmine Aditya
Saya seorang pelajar di institusi SMA Kolese Gonzaga. Website ini untuk keperluan tugas sekolah.
Konten dari Pengguna
18 Agustus 2022 12:29 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Alexandra Jasmine Aditya tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Foto diambil oleh Alexandra Aditya - Sudut di Jakarta Pusat
zoom-in-whitePerbesar
Foto diambil oleh Alexandra Aditya - Sudut di Jakarta Pusat

Apa sih sebenarnya penyebab dari Citayem Fashion Week yang sedang merebak di media sosial?

ADVERTISEMENT
Seperti yang sudah kita ketahui, Citayem Fashion Week merupakan ajang busana yang sedang menjadi bincangan hangat di kalangan netizen Indonesia. Tetapi apa yang menjadi penyebab tren ini?
ADVERTISEMENT
Dalam artikel ini, selain membahas mengenai latar belakang munculnya komunitas CFW dan dampak terbesar dari pembangunan jalur transportasi modern seperti MRT dan KRL, ada pula analisis sosial dengan perubahan sosial dalam fenomena ini. Mengapa fenomena CFW membawa dampak yang begitu besar di kalangan masyarakat Indonesia?
Citayem Fashion Week adalah fenomena yang terjadi di daerah Sudirman lebih tepatnya di Dukuh Atas. Mereka bukan termasuk kaum elit.
Alasan utama kenapa Dukuh Atas menjadi pilihan adalah karena mudahnya akses untuk menuju tempat tersebut. Area Dukuh Atas memiliki banyak moda transportasi seperti busway, MRT dan KRL. Dengan banyaknya moda transportasi seperti yang disebutkan tadi, itulah alasan utama kenapa area Dukuh Atas menjadi pilihan tempat utama.
ADVERTISEMENT
Selain itu dengan ramainya anak muda yang ke CFW menunjukan bahwa transportasi yang disediakan pemerintah sudah cukup untuk menampung banyaknya pengunjung.
Selama beberapa tahun kebelakang, lebih tepatnya sejak 2013, pembangunan integrasi sarana transportasi di daerah Jakarta dan sekitarnya dimulai dengan MRT. Integrasi transportasi sangat berpengaruh dalam mengubah kondisi suatu tempat.
Contohnya, sebelum adanya pembangunan modern dan tersebar ke seluruh bagian negara, daerah Dukuh Atas hanya dipenuhi dengan kelab malam dan sejenisnya. Tempatnya yang dulu minim transportasi dan daerah yang cukup kumuh bukan menjadi tempat perkumpulan seperti yang kita ketahui dan lihat sekarang di sosial media.
Foto diambil oleh Alexandra Aditya - MRT sebagai transportasi publik di Jakarta.

Dulu Dukuh Atas merupakan daerah yang dijauhkan.

Daerah tersebut kemudian menjadi bagian dari kawasan segitiga emas, (Patung Pemuda, Patung Kuda, dan Patung Dirgantara). Rincinya, daerah Dukuh Atas menjadi Transit Oriented District atau TOD; adalah lokasi dimana jumlah ruang perumahan, bisnis, rekreasi berada di jarak berjalan kaki dengan angkutan umum.
ADVERTISEMENT
Karena perkembangan tersebut, daerah itu dipenuhi dengan mobil yang berlalu lalang dan polisi yang berjaga mengatur jalur lalu lintas. Bisa dibilang, hanya orang-orang tertentu saja, lebih tepatnya masyarakat menengah keatas pada zamannya, yang bisa mendapatkan akses untuk berkunjung ke daerah Dukuh Atas yang baru itu.
Sekarang adanya MRT dan lebih mudah akses KRL, transportasi menjadi salah satu faktor terbesar semakin ramainya Dukuh Atas untuk kalangan masyarakat yang lebih luas. Kawasan Dukuh Atas dipenuhi dengan 3 Stasiun. Ada Stasiun Sudirman, Stasiun Dukuh Atas, dan Stasiun BNI City. Dengan adanya berbagai stasiun di sekitar kawasan Dukuh Atas, maka orang-orang mendapatkan akses yang lebih mudah.
Hal ini menandakan awal mulanya terbentuk komunitas-komunitas baru di daerah Jakarta.
ADVERTISEMENT
Salah satu komunitas yang terbentuk adalah Citayeem Fashion Week, yang terletak di daerah kawasan Dukuh Atas, dan menariknya transportasi menjadi asal muasal munculnya Citayem Fashion Week atau CFW.
CFW adalah bukti konkret dari integrasi transportasi publik. CFW terletak di daerah kawasan Dukuh Atas yang memiliki kemudahan akses. Maka banyak remaja yang berkumpul di daerah tersebut karena menjadi titik pusat pertemuan transportasi. Dari yang menggunakan KRL, MRT, maupun busway.
Awalnya yang menginspirasi munculnya inovasi diadakannya CFW dari busana yang dikenakan anak-anak remaja yang berkunjung ke daerah SCBD. SCBD adalah daerah yang bisa dibilang cukup maju, maka para remaja yang kerap mendatangi daerah tersebut tidak akan berbusana hanya dengan sandal dan kaos oblong.
ADVERTISEMENT
Adanya gengsi, terutama di kalangan remaja, pandangan orang lain terhadap dirinya sendiri masih dianggap penting. Berbusana menjadi highlight dari kunjungan mereka ke SCBD.
Pernyataan ini didukung dengan pendapat dari Adam Galinsky. Seorang psikolog sosial asal Amerika yang dikenal dengan penelitianya, mengatakan di sebuah wawancara tepatnya di Northwestern University bahwa, pada remaja mereka masih labil dan sangat mementingkan pandangan terhadap status. Sehingga pakaian menjadi bentuk pelarian dan ekspresi dari diri mereka karena tidak memiliki sarana lain untuk menunjukan status.
Lantas mengapa remaja yang berbusana untuk mengikuti kelas sosial daerah tersebut bisa menjadi sebuah inovasi yaitu CFW yang kita ketahui sekarang?
Foto diambil oleh Alexandra Aditya - Suasana Jakarta di malam hari.

Hal ini didukung oleh berkembangnya media sosial.

Dahulu media yang dapat digunakan hanya sebatas surat kabar, radio, stasiun tv yang terbatas dan kabar dari mulut ke mulut. Di zaman modern ini, ada Tiktok, Instagram, Twitter, dan lain-lain.
ADVERTISEMENT
Lebih banyak orang yang mengetahui mengenai perkumpulan komunitas baru ini dalam waktu yang singkat, sehingga sorotan media sosial terhadap daerah SCBD meningkatkan angka pengunjung. Mulai dari yang ikut berpartisipasi dalam komunitas CFW, hingga orang - orang yang mencari konten Tiktok dari para 'remaja SCBD’.
Menurut Charles Darwin, seorang geologi dari Inggris yang dikenal atas kontribusinya terhadap biologi evolusioner, percaya bahwa masyarakat akan bergerak maju ke arah tertentu dalam satu arah. Perkembangan dari terjadinya perubahan sosial yang terjadi di Citayem menjadi bentuk evolusi masyarakat Indonesia, tepatnya komunitas kecil CFW ini.
Dilihat dari segi fungsinya, jika yang tadinya hanya spesifik bersifat rekreasi, yaitu kelab malam dan sejenisnya, daerah Dukuh Atas menjadi daerah TOD. Adanya pembangunan MRT dan transportasi publik lainnya membutuhkan waktu yang cukup lama, dan ini juga mendukung bahwa fenomena ini merupakan bukti dari evolusi sosial.
ADVERTISEMENT
Lalu bagaimana integrasi transportasi itu bisa kita cacah lebih dalam lagi hubunganya dengan CFW?
Tentunya sebutan CFW sudah tidak asing lagi di telinga kita sekarang. Citayem dan Dukuh Atas yang tadinya merupakan daerah kumuh sekarang dikenal sebagai daerah TOD, berkat pembangunan transportasi modern di Jakarta yang lebih tersebar dan maju.
Lalu mengapa kita mendapatkan ajang busana di daerah tersebut, dan bukan hanya tempat pertemuan biasa?
Kita bisa mengkategorikan fenomena ini sebagai bentuk siklus dan evolusi.
Tren busana akan terus berganti dengan cepat, maka tren ini merupakan sebuah siklus yang mana fenomena tersebut tidak direncanakan, tetapi dapat membuat pola yang berulang. Bukti bahwa mereka mulai berpakaian “lebih bagus” menandakan bahwa daerah tersebut (Dukuh Atas) sudah menjadi sangat maju sehingga mendorong perubahan dalam anggota masyarakat yang di daerah tersebut, sehingga mereka mengharuskan diri untuk berbusana sesuai dengan kelas sosial yang berada di daerah tersebut.
ADVERTISEMENT
Perkembangan media sosial juga kita bisa kategorikan kedalam bentuk evolusi. Lebih tepatnya perubahan revolusi. Karena perubahan yang mendadak dan sangat drastis dikatakan demikian. Jumlah media berkembang dengan sangat pesat jika dilihat dari zaman mulai adanya televisi, dimana dari satu stasiun berkembang terus menjadi dua, menjadi tiga lalu muncul keberadaan internet dan seterusnya.
Tetapi apakah ada faktor lain yang mendukung terjadinya CFW, dan mengapa CFW mendapat sorotan yang banyak?
Ini dikarenakan industri fashion di Indonesia sendiri sedang berkembang dengan pesat. Seperti data dari CNBC Indonesia (2019) berkontribusi sekitar 18,01% atau Rp 116 triliun di pasar ekonomi kreatif menjadi 20% di 2021.
Sandiaga Uno juga pernah berkata bahwa “Indonesia masuk dalam 5 besar tertinggi sebagai konsumen modest market di dunia. Berdasarkan laporan Global Islamic Economic Report 2020”.
ADVERTISEMENT
Perkembangan ini tentu juga jatuh kedalam perkembangan sosial karena adanya perkembangan yang keatas. Akan tetapi ada kemungkinan perkembangan ini bisa menurun, karena industri fashion sendiri bersifat relatif dengan apa yang diinginkan masyarakat, tidak bisa diprediksi, dan bisa mengalami penurunan.
Bidang fashion adalah salah satu bidang yang melalui siklus layaknya roda berputar. Tidak selalu stabil berada di satu titik.
Sampai disini kita sudah mengetahui alasan mengapa daerah Dukuh Atas yang dipilih menjadi lokasi dilaksanakanya CFW, alasan para remaja berpakaian sedemikian rupa, dan juga alasan mereka mendapatkan sorotan banyak dari media. Tetapi, kita belum mengetahui apa yang memicu pemerintah untuk mendorong terjadinya integrasi sosial tersebut dan apakah ada relasinya dengan perkembangan sosial?
Foto diambil oleh Alexandra Aditya - MRT sebagai salah satu transportasi publik di Jakarta.
Agar sebuah negara dapat berkembang lebih cepat, berkembangnya transportasi domestik sangatlah penting karena transportasi meningkatkan kualitas produk dan variasi barang konsumen yang kemudian akan meningkatkan permintaan dan perkembangan ekonomi suatu daerah.
ADVERTISEMENT
Transportasi juga meningkatkan banyaknya lowongan pekerjaan untuk masyarakat. Contohnya, untuk orang-orang yang tinggal di Bogor dapat akses lebih mudah ke Jakarta untuk bekerja karena adanya kereta dan jalan tol. Pembangunan integrasi ini dilakukan untuk mendukung perkembangan transportasi domestik ini.
Pembangunan transportasi di Dukuh Atas ini mendorong terbentuknya komunitas lokal yang terdiri dari anak-anak muda dalam waktu yang sangat singkat. Beruntungnya, hal ini juga ikut mendorong selain menggunakan CFW sebagai panggung busana, tetapi juga sebagai lahan memperluas networking.
Jika dikelompokkan dalam jenis perubahan sosial dalam sosiologi maka bisa dibilang hal ini merupakan contoh revolusi dalam kalangan remaja di Indonesia karena pembentukan komunitas-komunitas ini sangatlah cepat dan hampir secara spontan setelah berkembangnya transportasi ini.
Foto diambil oleh Alexandra Aditya - MRT sebagai salah satu transportasi publik di Jakarta
Seperti yang sudah kita ketahui, CFW dan integrasi transportasi membentuk berbagai macam komunitas-komunitas baru, dan juga mendorong penggunaan transportasi publik.
ADVERTISEMENT
Menurut penulis, Citayem Fashion Week dan integrasi transportasi sudah menghasilkan komunitas-komunitas baru dan peningkatan penggunaan kendaraan umum. Akan tetapi masih banyak masalah yang timbul akibat dari CFW yang harus ditangani oleh pemerintah.
Salah satunya menyebabkan kemacetan di sekitar daerah Sudirman. Oleh karena itu pemerintah harus bertindak cepat dalam mengurus fenomena tersebut. Meskipun fenomena ini mempunyai kultur kreatif dan membangun bagi masyarakat, pemerintah tetap harus bersikap tegas dengan tujuan untuk menjaga daerah tersebut tetap bersih dan berjalan sesuai dengan intensinya yaitu sebagai lokasi yang berorientasi transit serta dapat menguntungkan kedua pihak yaitu komunitas CFW dengan pemerintah setempat.
Penulis memiliki harapan supaya kedepannya pemerintah lebih bisa mengembangkan sarana transportasi yang ada di Jakarta.
ADVERTISEMENT
Tidak hanya kawasan Sudirman yang dijadikan sebagai lokasi berorientasi transit, namun juga tempat-tempat terpencil lainnya dan daerah yang belum tersebarnya pembangunan jalur transportasi domestik, agar masyarakat Jakarta juga semakin mengenal wilayah Jakarta dengan baik.
Dengan begini Citayem Fashion Week akan menjadi salah satu pendorong dari meningkatnya penggunaan transportasi publik bagi masyarakat Jakarta dan sekitarnya. Terakhir, harapan penulis agar masyarakat Jakarta dapat lebih sering menggunakan transportasi umum.