Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2025 © PT Dynamo Media Network
Version 1.98.1
Konten dari Pengguna
Vincent van Gogh : Pelukis yang Tenggelam Dalam Kegilaan dan Keindahan
23 Februari 2025 15:00 WIB
·
waktu baca 7 menitTulisan dari Alexis Fayelin Herdiana tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan

ADVERTISEMENT
Dikenal sebagai salah satu seniman paling berpengaruh di dunia, pelukis Post-Impressionist kelahiran 30 Maret 1853 di Zundert, Belanda, Vincent van Gogh menjalani kehidupan yang tidak sesuai dengan kejayaan namanya saat ini. Dengan sedikitnya pendidikan seni yang Ia dapatkan semasa hidupnya, karier Vincent van Gogh hanya berlangsung selama 10 tahun, dan selama kariernya itu Ia kesulitan untuk menghidupi dirinya sendiri dengan karya seninya.
ADVERTISEMENT
Masa Kecil dan Keluarga
Terlahir di sebuah keluarga beranggota delapan orang, Vincent van Gogh memiliki 1 kakak laki laki stillborn, yang bernama Vincent dan 5 adik bernama Anna, Theo, Will, Lies dan Cor. Ayahnya adalah seorang pendeta protestan bernama Theodorus van Gogh dan ibunya, Anna Carbentus van Gogh.
Semasa kecil Van Gogh merupakan anak yang pendiam dan tidak menunjukan bakat yang menonjol dalam melukis. Ia menghabiskan waktu kosongnya dengan jalan-jalan di pedesaan untuk mengobservasi alam. Di umur ke 11, Van Gogh dipindahkan dari sekolahnya di Zundert ke sekolah asrama di Zevenbergen. Dia bersekolah disana selama 2 taun dan akhirnya pindah ke Sekolah Menengah Atas King Willem II di Tilburg. Ia meninggalkan sekolah tersebut di usia ke 15 tanpa alasan yang jelas.
ADVERTISEMENT
Mencari Jalan Hidup
Art Dealer
Ketika Van Gogh menginjak usia 16 tahun, ia mulai bekerja di Hague gallery of the French art dealers Goupil et Cie yang adalah milik paman Van Gogh, Goupil. Theo, adik dari Van Gogh juga bekerja di tempat yang sama. Mereka bekerja bersama selama 2 tahun dan pada tahun 1973, Goupil memindahkan Vincent ke London dan selanjutnya ke Paris. Vincent van Gogh pun kehilangan semua ketertarikannya dan ambisinya untuk menjadi seorang art dealer.
Asisten Guru
Setelah ia berhenti kerja dibawah Goupil, Van Gogh pergi ke Inggris dan bekerja sebagai asisten guru di sekolah asrama private, Ramsgate. Namun pada tahun yang sama Ia kembali ke Belanda karena Ia kecewa atas sedikitnya prospek kerja yang ditawarkan padanya.
ADVERTISEMENT
Penjaga Toko Buku
Setelahnya itu, paman dari Van Gogh menawarkan Van Gogh untuk bekerja di sebuah toko buku di daerah Dordrecht, 1877. Di saat itu Van Gogh mulai bertingkah aneh dan menjadi sangat religius sampai-sampai menunjukan sikap fanatik. Orang tuanya sangat khawatir karena Vincent van Gogh sudah berusia 24 tahun namun masih belum menemukan jalan hidupnya.
Belajar Teologi dan Menjadi Pengkhotbah
Beberapa bulan kemudian, Van Gogh memutuskan untuk belajar teologi. Ia tinggal bersama pamannya yang lain di Amsterdam untuk mempersiapkan ujian masuk teologi Vincent van Gogh. Namun dukungan keluarganya terbuang sia sia karena Van Gogh tidak berusaha untuk mempersiapkan ujian masuknya. Ia lebih memilih untuk berkeliaran di kota dan jalan-jalan di pedesaan. Melihat sikap Van Gogh, pamannya yang awalnya membantu persiapan ujian pun menyerah dan akhirnya meminta Van Gogh untuk menyerah saja untuk belajar teologi. Ia meninggalkan Amsterdam dan pergi ke Borinage yang adalah daerah tambang. Walaupun Ia gagal masuk ke akademi teologi, Ia tetap menjadi pengkotbah. Ia tinggal di antara para penambang dan meninggalkan semua miliknya. Namun sayangnya Ia gagal dan kembali menjadi pengangguran.
ADVERTISEMENT
Percobaan Terakhir
Setelah beberapa waktu menganggur, Ia akhirnya mengikuti saran dari Theo dan menjadi seorang pelukis. Theo menyarankan Van Gogh untuk menjadi pelukis karena selama Theo dan Van Gogh bertukar surat, Van Gogh seringkali mengirimkan sketsa kecil di suratnya. Pada titik ini Vincent yakin bahwa Ia dapat melayani Tuhan lewat melukis. Ia pindah ke Brussels di bulan Oktober 1880, dan Ia mulai melatih kemampuan melukisnya sembari memperluas pertemanannya dengan pelukis-pelukis lain. Karena Ia sudah tidak memiliki pekerjaan yang dibayar, Theo mengiriminya uang dari waktu ke waktu.
Perjalanannya Sebagai Pelukis
Orang tuanya tidak setuju dengan Keputusan Van Gogh untuk menjadi seorang pelukis. Mereka menganggap pelukis adalah pekerjaan yang tidak berguna dan aib keluarga. Namun untungnya Theo mendukung dan Van Gogh tidak menyerah. Di akhir tahun 1881 Ia pindah ke Hague untuk belajar dari Anthon Mauve, sepupu Van Gogh karena menikah. Namun hal tersebut tidak bertahan lama karena pada saat itu Van Gogh sedang menjalin hubungan dengan Sien Hoornik yang adalah pelacur yang sedang hamil dan sudah mempunyai anak tidak sah. Dikarenakan itu Mauve tidak mau menerima Van Gogh dan Van Gogh pun melanjutkan melukis sendiri.
ADVERTISEMENT
September 1883 Van Gogh putus dengan Sien untuk mengikuti jalan pelukis-pelukis seperti Van Rappard dan Mauve di provinsi timur Drenthe. Namun setelah 3 bulan Ia kehabisan material untuk melukis dan model-model yang ada disitu mengusir Van Gogh. Ia kembali ke rumah keluarganya di desa Nuenen di Brabant Utara, dekat Eindhoven.
Di Nuenen, Vincent mulai melukis secara rutin dan terinspirasi oleh Jean Francois Millet (1814 – 1875) yang terkenal karena melukis kehidupan keras rakyat jelata. Van Gogh pun banyak menggambar kehidupan penduduk desa dan pekerja kecil. Mei 1884, Ia menyewa sebuah studio kecil untuk tinggal dan melukis. April 1885, usahanya membuahkan hasil. Ia berhasil melukis sebuah mahakarya bernama “The Potato Eaters”.
ADVERTISEMENT
Di tahun 1885, Van Gogh merasa ia membutuhkan pelatihan khusus untuk melukis, sehingga ia pun belajar di sebuah akademi di Antwerp. Di situlah Ia pertama kali menemukan Japanese Prints. Di Antwerp Ia mendapatkan material dengan kualitas bagus, klub melukis dengan model-model gamabar, gereja dan galleri karya. Namun sayangnya Ia merasa bahwa Akademi dimana Ia belajar itu terlalu tradisional dan Van Gogh tidak menyukainya.
Di tahun 1886 Van Gogh pergi ke Paris dan tinggal bersama Theo. Disana Ia menemukan modern art dan karya Claude Monet, Paul Cezanne, Edouard Manet dengan teknik lukis Impressionist dan Paul Gauguin dengan teknik lukis Post-impressionist. Gaya melukisnya pun perlahan-lahan berubah. Ia mulai menggunakan warna-warna cerah, mulai menggambar bunga-bunga dan bereksperimen dengan teknik lukis impressionist dan post-impressionist.
ADVERTISEMENT
Tahun 1888, Van Gogh pergi ke Arles utara. Disana ia terkesima dengan keindahan alam disekitar Arles. Di musim semi Ia melukis banyak pemandangan pohon-pohon buah yang sedang mekar dan pada musim panas Ia melukis ladang gandum. Ia menggambar beberapa lukisan yang beberapa adalah untuk keluarga Roulin. Van Gogh tidak berusaha untuk menjual karyanya, melainkan menunggu sampai Ia menghasilkan 30 mahakarya kelas atas yang dapat membuat namanya terkenal di dunia. Di tahun yang sama, Ia mengajak pelukis-pelukis lain dengan harapan untuk tinggal dan bekerja bersama.
Harapan yang Berakhir Dengan Potongan Telinga
October 1888 datang seorang pelukis bernama Gaugin. Gaugin lebih banyak melukis berdasarkan imajinasinya, sedangkan Van Gogh melukis apa yang dilihatnya. Keyakinan mereka yang berbeda sering menyebabkan pertengkaran. Suatu hari, Vincent mengalami gejala awal epilepsi yang memicu delusi dan perilaku psikotik. Saat bertengkar, serangannya kambuh, dan ia memotong daun telinga kirinya. Van Gogh membungkus potongan telinganya dengan kertas koran dan memberikannya pada pelayan di dekat rumahnya. Karena hal ini lah Gaugin pergi meninggalkan Van Gogh dan Van Gogh pun menyerahkan dirinya sendiri ke rumah sakit jiwa Saint-Paul-de-Mausole.
ADVERTISEMENT
Semangat yang Masih Tersisa
Di dalam rumah sakit jiwa, Ia tetap melukis walaupun dengan ketakutan atas keadaan mentalnya yang dapat kambuh. Ia tetap melukis dan bereksperiment dengan gaya lukisnya. Starry Night adalah salah satu dari 150 lukisan yang dihasilkan oleh Van Gogh di dalam rumah sakit jiwa. Dia melukis semua yang Ia lihat, di dalam maupun di luar rumah sakit jiwa. Van Gogh berhasil menghasilkan banyak karya yang terkenal namun sayangnya keadaan mentalnya jauh memburuk, sampai-sampai Ia memakan cat minyak miliknya.
Akhir Hidup Vincent
Van Gogh meninggalkan rumah sakit jiwa pada bulan Mei 1890. Dengan pengawasan dari dokter Paul Gachet dan Theo, Van Gogh menggambar dengan rutin setiap harinya. Namun pada bulan July 1890, Van Gogh mulai khawatir dengan masa depan finansialnya, karena Theo yang selama ini mendukungnya secara finansial berencana untuk membuat sebuah usaha yang mengharuskan Theo berhenti membantu menjual lukisan miliknya. Van Gogh menembak perutnya sendiri pada tanggal 2 Juli tahun 2890 dan meninggal 2 hari kemudian di ruangannya yang berada di Auberge Ravox.
ADVERTISEMENT
Kisah hidup Vincent van Gogh mengajarkan ketulusan dalam berkarya, ketekunan meski menghadapi kegagalan, dan pentingnya dukungan dari orang terdekat. Meskipun mengalami gangguan mental, ia tetap berjuang dan menemukan keindahan dalam hal-hal sederhana. Karyanya menginspirasi banyak orang untuk terus berkarya dan menemukan makna dalam hidup.
Alexis Fayelin Herdiana, kelahiran Bandung 2009. Siswi kelas X SMA Trinitas Bandung. Menulis untuk kesenangan pribadi.