Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2025 © PT Dynamo Media Network
Version 1.93.2
Konten dari Pengguna
Fenomena “Jurnalis Amplop”: Dilema Antara Integritas Atau Kesejahteraan
25 Oktober 2022 16:01 WIB
Tulisan dari Alfaiz Rayhan Azhim tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Kesejahteraan seorang jurnalis akan berpengaruh terhadap integritas dan profesionalismenya dalam menjalankan profesi
ADVERTISEMENT
Jurnalis dikenal dengan integritas dan loyalitas terhadap pekerjaan yang ditekuninya. Integritas sesuai Undang-Undang No.40 Tahun 1999 sebagai wujud dari kedaulatan rakyat yang menempatkan jurnalis sebagai pilar keempat demokrasi. Dimana demokrasi ini ditegakkan melalui keterbukaan Informasi kepada masyarakat tanpa ada kepentingan pribadi di dalamnya.
ADVERTISEMENT
Ibaratkan sebuah pohon, semakin tinggi sebuah pohon maka akan lebih besar pula angin yang dihadapinya. Begitu pula seorang jurnalis. Beban yang besar sebagai penegak pilar demokrasi keempat di Indonesia. Setara dengan pemangku jabatan legislatif, yudikatif, dan eksekutif di Indonesia. Tentunya pers ini akan menghadapi rintangan yang sepadan dengan posisi mereka sebagai pilar demokrasi keempat.
Integritas seorang jurnalis tidak hanya dinilai dari kemampuan menulis dan pengetahuan luas. Kesehatan jasmani juga salah satu aspek penilaian dari integritas seorang jurnalis dalam menjalankan profesinya, dan yang paling utama dalam integritas seorang jurnalis adalah profesionalisme. Profesionalisme ini salah satunya mengutamakan pekerjaan sebagai jurnalis dan taat kepada kode etik jurnalistik. Kode etik jurnalistik lah yang mengatur profesionalisme seorang jurnalis. Oleh karena itu setiap jurnalis harus berpedoman terhadap kode jurnalistik dalam menjalankan tugas.
ADVERTISEMENT
Ada banyak tantangan dalam mempertahankan integritas jurnalis. Salah satu upaya dalam mengganggu integritas jurnalis adalah fenomena “jurnalis amplop”. Istilah amplop memang rancu dan tidak bisa ditafsirkan dalam satu pengertian. Namun berdasarkan fakta di lapangan dan didasarkan pengalaman pribadi salah seorang jurnalis di Sumatera Barat. “jurnalis amplop” adalah istilah yang dipakai ketika seorang jurnalis menjalankan tugasnya dan mendapatkan sebuah amplop yang biasanya berisi uang baik dari instansi maupun dari orang-orang yang berkaitan dengan berita yang dikerjakan oleh seorang jurnalis.
Fenomena jurnalis amplop ini menjadi pro-kontra dalam kalangan para jurnalis sendiri. Terkadang jurnalis merasa fenomena ini berlawanan terhadap prinsip dari seorang jurnalis dalam menjalankan tugasnya. Selain itu, fenomena ini tentunya melanggar kode etik jurnalistik. Karena seprti kita tau segala hal yang berkaitan dengan uang sangat sensitif dan tentunya akan ada kepentingan di dalamnya.
ADVERTISEMENT
Namun tak jarang “amplop” yang diberikan kepada jurnalis ini tidak diberikan maksud dan tujuan tertentu oleh pemberi amplop. Sehingga para jurnalis menganggap hal ini bukanlah salah satu usaha pemberi amplop untuk menghalang-halangi jurnalis dalam menjalankan profesinya.dan menganggap hal ini sebagai bentuk apresiasi dan terimakasih masyarakat maupun instansi kepada seorang jurnalis atas profesinya yang sangat penting terutama dalam menegakkan demokrasi di Indonesia.
Tidak ada peraturan pasti yang menjamin dan mengatur kesejahteraan seorang jurnalis. Jurnalis pun menganggap fenomena ini adalah yang lumrah terjadi. Karena Jurnalis juga seorang manusia yang membutuhkan materi untuk memenuhi kehidupan sehari-hari.
Fakta yang terjadi di Lapangan, gaji seorang jurnalis di Sumatera Barat masih banyak dibawah UMR. Alasan inilah yang membuat Jurnalis terpaksa melawan idealismenya dalam Jurnalistik, dan menerima “Amplop” untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari. Dan menganggap “Amplop” yang diterima sebagai bentuk apresiasi dan cara menghormati oleh masyarakat terhadap Jurnalis, yang telah mengabdikan diri untuk memberikan informasi aktual kepada masyarakat.
ADVERTISEMENT
Jurnalis lokal yang saya temui juga tidak membantah adanya beberapa oknum Jurnalis yang sengaja membuat berita khusus untuk mendapatkan keuntungan dari berita, dengan berita tesebut sebagai alat ancamannya. Sering pula oknum ini dibayar mahal untuk mengaburkan bahkan menghilangkan sebuah informasi. Bisa dikatakan bahwa oknum-oknum seperti ini hanyalah orang yang memakai topeng jurnalis untuk kepentingan pribadinya. Bukan seorang Jurnalis yang memiliki prinsip dan menjunjung tinggi kode etik jurnalistik.
Di sisi lain, Fenomena ini menyadarkan kita gambaran bagaimana pentingnya profesi Jurnalis bagi masyarakat. karena pemberitaan aktual yang disajikan sangat bernilai dan memang pantas untuk diapresiasi setinggi-tingginya dan tentunya memiliki harga yang mahal jika dinilai dari uang. Disini kita dapat melihat urgensi adanya aturan yang menetapkan gaji minimum wartawan hingga keuntungan yang lebih diluar gaji pun bisa didapatkan oleh seorang jurnalis hanya mengandalkan dengan sebuah berita.
ADVERTISEMENT
Dalam fenomena “Jurnalis Amplop” Ini tidak dapat dinilai dari sisi kesalahan seorang jurnalis yang menerima amplop. Namun kita harus melihat latar belakang mengapa adanya fenomena ini. karena pada dasarnya segala tindakan yang terjadi memiliki hubungan sebab akibat, tidak ada asap kalau tidak ada api. Dan latar belakang adanya fenomena “Jurnalis Amplop” ini antara lain kesejahteraan wartawan di Indonesia yang masih perlu diperjuangkan. Karena tidak sebandingnya pekerjaan jurnalis yang penuh resiko serta kemampuan khusus yang tidak dimiliki banyak orang dengan jaminan kesejahteraan yang baik. Maka banyak Jurnalis yang menganggap Fenomena Wartawan Amplop ini sebagai hal yang lumrah terjadi demi memenuhi kebutuhan sehari-hari.
Oleh karena itu wajar saja jika jurnalis di Indonesia yang tergabung dalam Aliansi Jurnalis Indonesia harus berjuang dalam memperjuangkan hak untuk mendapatkan hak yang sesuai dengan profesi mereka. Dengan cara gencar dalam menghasilkan berita yang berkualitas Agar perusahaan-perusahaan media sadar akan berharganya sebuah berita dan dapat memberikan apresiasi yang sesuai dengan risiko dan kualitas berita yang disajikan oleh para jurnalis.
ADVERTISEMENT
Secara tidak langsung profesi Jurnalis akan menyadarkan masyarakat betapa penting informasi dalam menegakkan demokrasi sesuai dengan perannya sebagai pilar demokrasi keempat. Jika para jurnalis telah damai dalam perekonomiannya maka berkemungkinan tidak ada lagi upaya-upaya untuk mengganggu integritas jurnalis melalui uang semata karena jurnalis juga seorang manusia yang butuh tidak takut untuk memikirkan isi dapur setiap harinya.