5 Situs & Aplikasi Esensial Untuk Editing Tulisan, Agar Tidak Tipo dan Repetitif

Hafizh Alfarisi
Sastra Inggris UIN Syarif Hidayatullah Jakarta - Ada di Medium @alfarhafiz
Konten dari Pengguna
10 Februari 2022 12:50 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Hafizh Alfarisi tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Foto: Desain Canva
zoom-in-whitePerbesar
Foto: Desain Canva
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Setelah draft atau tulisan selesai, penulis yang baik selalu mengecek kembali pekerjaannya dari judul sampai akhir paragrafnya. Proses ini penting karena sangat mungkin penulis membuat tipo, melanggar PUEBI, dan menggunakan kata yang sama berulang kali selama proses menulis.
ADVERTISEMENT
Meski menulis cukup melelahkan dan memakan waktu, bukan berarti kamu harus merasakannya lagi ketika editing. Beberapa situs esensial ini dapat mempercepat proses merapikan kalimat hingga memberi ide kata-kata alternatif agar tulisanmu tidak terdengar repetitif dan membosankan.

1. Google Docs

Kelebihan Google Docs dibanding Microsoft Word atau aplikasi serupa lainnya adalah ketersediaan menulis dokumen di beberapa gawai berbeda tanpa mesti memindahkannya lewat flash disk. Menariknya, keunggulan aplikasi ini tidak sebatas penyimpanan data berbasis internet.
Google Docs begitu esensial karena menyimpan fitur koreksi ejaan otomatis yang langsung mendeteksi tipo. Fitur ini bisa segera digunakan tanpa harus disetel terlebih dahulu seperti di Microsoft Word.
Sumber foto: Google Docs
Keunggulan Google Docs bukan itu saja. Kamu juga dapat mengundang orang lain untuk menyunting tulisanmu secara real time atau setelah kamu menyelesaikannya. Pokoknya, ini aplikasi esensial untuk editing tulisan yang berguna bagimu, apalagi kalau kamu bekerja dalam tim.
ADVERTISEMENT
Kamu perlu tahu kalau fitur koreksi ejaan di Google Docs tidak sepenuhnya akurat. Terkadang koreksi otomatis ini tidak menyajikan saran yang sesuai data resmi KBBI, khususnya bila berkaitan dengan imbuhan. Karenanya, kamu sebaiknya menggunakan Google Docs bersamaan dengan aplikasi di daftar selanjutnya ini.

2. Sipebi

Kalau Google Docs dapat mengoreksi ejaan, Sipebi mampu memberikan info seputar tata bahasa yang perlu diperbaiki dan kata-kata yang tidak baku.
Aplikasi keluaran Kemdikbud ini bisa mendeteksi:
Walau begitu, Sipebi belum dapat mengoreksi kata-kata yang salah eja seperti “minam kopi” di gambar sebelumnya. Itulah kenapa kamu perlu menggunakannya bersamaan dengan Google Docs.
Sumber foto: Laman KBBI Kemdikbud
Walau tidak bisa mengoreksi kata salah eja, Sipebi tetap jadi aplikasi esensial karena dapat memperbaiki struktur kalimat berdasarkan pedoman bahasa Indonesia yang benar. Fitur ini sangat berguna ketika kamu bingung menentukan peletakan tanda baca, seperti koma pada kata hubung “kemudian” dan “karena”.
ADVERTISEMENT
Sayangnya, kamu belum bisa sepenuhnya mengandalkan Sipebi. Masih banyak kekeliruan tata bahasa yang masih lewat dari deteksinya. Ada baiknya kamu memeriksa PUEBI daring seandainya bingung dengan struktur kalimat atau pemakaian tanda baca yang tepat.

3. Kata Kunci “Ivan Lanin” di Mesin Pencari

Ketika bingung menentukan benar tidaknya tata bahasa tertentu, sering kali saya mencarinya di Google dengan menambahkan kata kunci “Ivan Lanin”.
Ivan Lanin merupakan pengamat bahasa dan punya andil besar dalam memopulerkan penggunaan bahasa Indonesia yang baik dan benar. Entah itu tata bahasa ataupun padanan yang sedang kamu cari, hampir semua jawaban telah disediakan beliau.
Misalnya kamu ingin tahu apakah “di” pada “dimana” harus ditulis pisah atau sambung. Tinggal masukkan pertanyaanmu di Google dan tambahkan nama “Ivan Lanin” di belakangnya. Jawabanmu akan langsung muncul di awal hasil pencarian. Pastikan lagi kalau link yang kamu klik terhubung ke akun Twitter-nya.
ADVERTISEMENT
Penjelasannya miliknya begitu ringkas dan mudah dipahami. Karena langsung memberi jawaban yang diinginkan, cara ini dirasa lebih efisien dan mudah diakses daripada penggunaan PUEBI daring sendiri.

4. KBBI Daring

KBBI penting untuk memastikan kata yang kamu pakai sudah sesuai dengan aturan bahasa yang berlaku. Ini merupakan salah satu tool wajib yang akan membantu tulisanmu lolos redaksi.
Ada dua versi kamus besar bahasa Indonesia daring di sini: KBBI Kemdikbud dan KBBI berdomain web.id.
Sebaiknya kamu menggunakan versi Kemdikbud sebagai rujukan utama karena kamus ini resmi dikembangkan oleh Badan Bahasa dan punya basis data edisi kelima, yang merupakan edisi termutakhir. Ini berbeda dengan KBBI web.id yang basis datanya hanya sampai edisi ketiga karena isu hak cipta.
ADVERTISEMENT
KBBI Kemdikbud juga punya desain antarmuka pengguna yang rapi sehingga membuatnya lebih nyaman digunakan.
Sumber foto: KBBI Daring Kemdikbud
Kalau mendaftarkan akun di KBBI Kemdikbud, kamu akan memperoleh fitur tambahan berupa pencarian lebih lanjut. Di sini kamu bisa mencari daftar kata berdasarkan abjad, bidang ilmu, hingga label bahasa aslinya.
Kalau mengunduh versi luringnya, kamu tidak akan terikat limitasi input kata dan bebas menggunakan fitur pencarian lanjutan ini.
KBBI web.id dapat dijadikan alternatif kalau kamu sudah mencapai limit ketika memakai KBBI Kemdikbud. Selain itu, kamu bisa memanfaatkan output yang lebih beragam pada versi web.id, di antaranya adalah peribahasa serta kata sandingan yang mengubah makna keseluruhan kata asli.
Sumber foto: KBBI online oleh Ebta Setiawan

5. Tesaurus

Dalam proses menyunting, kamu mungkin menemukan kata-kata yang sama dan dipakai begitu sering pada hasil tulisanmu. Pengulangan seperti ini akan membuat tulisanmu terasa berat dibaca dan malah berujung menjemukan.
ADVERTISEMENT
Untuk mengatasinya, kamu dapat memanfaatkan sinonim dari kata yang sering muncul tersebut dengan aplikasi tesaurus.
Tesaurus yang saya sarankan berasal dari situs Tesaurus Tematis keluaran Kemdikbud. Selain mudah dioperasikan, tesaurus ini membagi hasil pencarian berdasarkan kelas kata dan konteks. Format ini tidak ditemukan pada tesaurus bahasa Indonesia daring lainnya.
Sumber foto: Tesaurus Tematis Kemdikbud
Terlepas ada atau tidaknya editor, penulis harus merapikan hasil pekerjaannya sendiri sebelum masuk ke tahap publikasi. Sebab, penulis sendirilah yang tahu betul isi tulisannya. Penulis pun dapat merevisinya langsung ketika menemukan kalimat-kalimat yang kurang jelas atau keluar dari maksud sebenarnya.
Proses menulis dan mengedit tulisan juga sebaiknya dipisah. Berikan jeda di antaranya agar pikiranmu kembali jernih dan bisa menemukan kesalahan yang tidak kamu sadari sebelumnya.
ADVERTISEMENT