Kala China Menemukan Karibia

Alfi Rahmadi
Peneliti independen dan Social entrepreneurship
Konten dari Pengguna
1 Desember 2022 12:06 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Alfi Rahmadi tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Laksamana Cheng Ho [dok.Istimewa]
zoom-in-whitePerbesar
Laksamana Cheng Ho [dok.Istimewa]
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Barangkali tak terpikirkan oleh Yongle dan Xuande, Kaisar ketiga (1403-1424) dan kelima (1398-1435) Dinasti Ming yang sama-sama mengukir sejarah besar di akhir masa kekuasannya. Kelak dalam sejarah dunia, keduanya tercatat sebagai pemimpin politik yang menemukan belahan dunia.
ADVERTISEMENT
Semua itu berawal tahun 1421 menjelang tiga tahun akhir kekuasaan sekaligus menjelang kematian Kaisar Yongle. Ia memerintahkan para laksamana andalannya membawa pasukan mengelilingi samudera di muka bumi. Ini adalah ekspedisi kedua setelah sukses ekspedisi pertama pada 1405 sebagai fase perintisan. Sekitar 13 tahun kemudian (1434) atau setahun menjelang akhir kekuasaannya, giliran Kaisar Xuande memerintahkan hal serupa.
Ekspedisi kedua dan ketiga yang bertujuan ganda itu sama-sama menuai sukses besar. Hasilnya diumumkan kepada dunia sebagai pengetahuan sekaligus untuk memperluas pengaruh dan menunjukan kebesaran Dinasti Ming. Kedua Kaisar itu memberi titah dan amanat untuk memperlakukan orang-orang di sepanjang rute ekspedisi dengan baik dan bijak.
Tiga ekspedisi itu dipimpin Laksamana tertinggi Zheng He, dikenal dengan nama Laksamana Cheng Ho. Barisan pemimpin unitnya terdiri dari sekitar 25-50 Laksamana Madya dan Laksamana Muda, antara lain Hong Bao, Zhou Man, Zhou Wen dan Yan Qing. Mereka bersumpah di depan Kaisar dan para petinggi Dinasti Ming menaati titah itu.
ADVERTISEMENT
Berangkat mengelilingi dunia dalam dua fase ekspedisi akbar, mereka menggunakan lebih dari seribu kapal dengan mengomando 24 armada. Inilah ekspedisi paling akbar abad pertengahan sekaligus paling bersejarah di dunia. Gavin Menzies, ahli kapal selam dan mantan perwira Angkatan Laut Kerajaan Inggris kelahiran London 1937, meneliti secara mendalam ekspedisi ini. Berkat ketekunannya mengamati peta-peta kuno diperbandingankan dengan peta abad modern, kedalaman ilmu oseanografi serta penguasaan filologi Menzies meruntuhkan kemapanan sejarah dunia.
Bila selama ini masyarakat dunia mempercayai dunia baru ditemukan oleh para pelaut Eropa, Menzies mengobrak-abrik bangunan kepercayaan itu. Petualangan armada Bartolomeu Diaz (1450-1500 M), Kristoforus Columbus (1451-1506 M), Vasco Da Gama (1469-1525 M) sampai Ferdinand Magellan (1480-1521 M), hanya mengulang dan memperkuat apa yang ditemukan oleh Laksamana Cheng Ho dkk.
ADVERTISEMENT
Terhitung sejak 1921, total negeri yang dijelajah Cheng Ho dkk mencapai 3.000 negeri, membentang dari Pasifik ke Atlantik. Menzies menemukan jumlah tersebut berdasarkan laporan Laksamana Cheng Ho kepada kaisar-kaisar Dinasti Ming dalam sebuah manuskrip.
Dunia baru yang ditemukan Bartolomeu Diaz saat meninggalkan Portugal 1487 yang dimulai dari ekspedisi mengelilingi Tanjung Harapan di ujung selatan Afrika, hanya mengulang rute armada Laksamana Zhou Wen pada 1421, bawahaan Laksamana tertinggi Cheng Ho.
Kepulauan Karibia yang di abad kini masih terus tersorot sebagai surga para pejabat dan konglomerat dunia menimbun harta sekaligus menghindari kewajiban pajak sesungguhnya berawal dari apa yang ditemukan oleh armada Zhou Wen di tahun itu.
Penemuan Karibia berawal dari peristiwa saat armada Zhou Wen terpisah dari rombongan armada Zhou Man dan Hong Bao di jalur barat laut, Oktober 1421, dalam rute armada Zhou Wen menuju rantai kepulauan Samudra Atlantik Utara di pesisir barat Afrika. Peristiwa ini pula yang menjadi titik awal ketertarikan Gavin Menzies meneliti ekspedisi Kaisar ketiga dan kelima Dinasti Ming itu hingga menjadi laporan yang meruntuhkan kemapanan sejarah dunia.
ADVERTISEMENT
Di Indonesia, riset mendalam Gavin Menzies diterbitkan Pustaka Alvabet. Terbit dengan judul “1421: Saat China Menemukan Dunia”, cetakan perdana buku setebal 524 halaman ini terbit pada Juli 2006. Buku ini menjadi salah satu best seller di Indonesia; juga menjadi buku pertama karya Gavin Menzies. Terbit dalam versi aselinya berbahasa Inggris pada 2002, karya ini merupakan salah satu buku terlaris di dunia versi New York Times.
Kisah penelusuran Menzies bermula dari sebuah peta kuno bertuliskan keterangan tahun 1424. Ini merupakan tahun kematian Kaisar Yongle. Tandatangan pembuat petanya juga dicantumkan; hasil karya Zuane Pizziano, seorang kartograf asal Venesia. Yang mengagetkan Menzies: pada peta itu tercantum pulau-pulau yang berjejer di Kepulauan Karibia, terdiri dari Pulau Guedepole dan Puerto Rico. Ini berarti ada penjejalah terlebih dulu yang menemukan kepulauan itu sebelum Columbus singgah di Karibia sekitar tahun 1494/1495. Menzies juga yakin Columbus punya salinan peta Cheng Ho saat menjelajah Amerika.
ADVERTISEMENT
Gavin Menzies menemukan simpul sejarah penemuan Karibia dari peristiwa armada laut Zho Man dan Hong Bao berlayar dari Pasifik menuju Atlantik yang meninggalkan armada Zhou Wen di jalur barat laut. Laksamana Zhou Wen mengambil rute mengikuti arus Khatulistiwa Utara; sedangkan armada Hong Bao dan Zhou Man menuju pesisir Amerika Selatan.
Dalam rute perjalanan Khatulisiwa utara itu, armada Zhou Wen menemukan Kepulauan Tanjung Verde di pesisir barat Afrika, Oktober 1421, yang kini menjadi negara bercorak republik. Sebulan kemudian, November 1421, mereka berlayar menyusuri jalur bagian tengah Amerika.
Saat masih berada di jalur Dominika, kini menjadi sebuah negara persemakmuran Inggris di Kepulauan Karibia, pesisir Pulau Satanazes dapat dilihat oleh awak kapal armada Laksamana Zhou Wen dari jarak 25 mil dari atas dek kapal.
ADVERTISEMENT
Satanazes artinya “setan”. Di sebut Pulau Setan karena suku aselinya, Suku Karib, adalah pemakan manusia alias kanibal. Inilah dia induk di antara 7000 pulau di Kepulauan Karibia, merujuk pada suku aseli Pulau Setan, ditinjau dari sudut etnografi. Para sejarahwan dan kartograf abad modern meyakini Pulau Setan sekarang berada di Florida, dilansir dari Dailymail.co.uk (21/01/2015).
Pada masa kini Kepulauan Karibia terbentang dari bawah Florida di selatan menuju barat laut Teluk Venezuela di semenanjung Amerika Selatan. Sepanjang itu terdapat 30 negara di wilayah Kepulauan Karibia dengan masing-masing kedaulatannya di bawah kekuasaan empat negara: Inggris Raya, Amerika Serikat, Belanda dan Prancis.
Wilayah lepas pantai Bermuda dan Cayman Island di Kepulauan Karibia—pada dekade kedua bad ke-21 pernah heboh sebagai surga orang-orang kaya untuk menghindari pajak—menjadi bagian persemakmuran Inggris Raya.
ADVERTISEMENT
Kurang lebih ada 120.000 nama orang kaya dunia yang melakukan praktik hitam tersebut. Nama sebanyak itu terhimpun berdasarkan penelusuran 13,4 juta dokumen oleh media massa Jerman, Suddeutsche Zeitung, bersama 100 wartawan investigatif dari berbagai negara. Mereka tergabung dalam International Consortium of Investigative Journalists (ICIJ).
Itulah kasus Paradise Papers yang menghebohkan di ujung tahun 2017. Merekalah pihak yang pernah membongkar Panama Papers 2016. Disebut “paradise papers” karena awal jutaan dokumen tersebut terhimpun dari data kantor-kantor Appleby yang tersebar di negeri kepulauan lepas pantai dunia.
Firma yang mendefinisikan dirinya “Intelligent and insightful offshore legal advice and services” itu memiliki 10 kantor di wilayah pantai lepas. Selain Bermuda dan Cayman Island, Appleby juga berkantor di Jersey, wilayah semi otonom atau dependen Inggris Raya di pesisir Normandia, Prancis. Termasuk di Isle of Man dan Guernsey (Inggris Raya) serta Mauritius dan Seychelles, dua negara kepulauan di Afrika Timur.
ADVERTISEMENT
Wilayah lepas pantai itu telah lama dikenal sebagai salah satu pusat kejahatan keuangan orang-orang penting di dunia selain dikenal dengan keindahan pesisir dan lautnya. Praktis menjadi surga dunia dalam hal memanjakan mata di sektor pariwisata sekaligus menimbun harta.
Kantor-kantor Appleby yang bertengger di pulau-pulau lepas pantai itu tentu berkat sejarah ekspedisi Kaisar Yongle dan Kaisar Xuande sebagaimana di atas terbentang dari Pasifik ke Altantik. Meski kantor Appleby tersebar di Kepulauan Karibia di Inggris Raya, Kepulauan Mauritius dan Seychelles di Afrika Timur, kedudukan kantor pusat keuangan mereka berpusat di Hongkong dan Shanghai.
Ada ragam makna dalam hal ini. Bisa jadi Paradise Papers merupakan kutukan dari tuah Kaisar Yongle dan Xuande ketika para penikmat wilayah Karibia sekarang ini tidak memperlakukan dunia secara adil.
ADVERTISEMENT
Bukankah sebelum pulau-pulau itu ditemukan, Kaisar Yongle memberi amanat kepada para laksamananya untuk memperlakukan orang-orang di perlintasan Pasifik-Atlantik dengan baik dan bijak. Di masa silam, Laksama Cheng Ho dkk sanggup memenuhi amanat tersebut karena bersumpah, tetapi kini para penikmat kepulauan yang ditemukan rezim Dinasti Ming ini nampak mengkhianati sumpah penemu pulau-pulau itu.
Bukan kebetulan Yongle dan Xuande tercatat sebagai dua Kaisar terbaik dalam sejarah politik Tiongkok. Keduanya sama-sama pecinta ilmu pengetahuan sekaligus pencipta penting stabilitas negeri besar ini pada masa silamnya. Ibukota Dinasti Ming bergeser dari Nanjing ke Beijing berkat sentuhan tangan dingin Kaisar Yongle. Namanya juga tercatat sebagai karya ensiklopedia terbesar pertama dan terlengkap di dunia, disebut “Ensiklopedia Yongle”.
ADVERTISEMENT
Begitupun dengan Kaisar Xuande. Sepanjang berkuasa selama satu dekade (1425-1435), Dinasti Ming tercatat mencapai masa keemasan. Xuande terkenal sebagai pemimpin anti-korupsi di eranya. Di masanya menjabat, kehidupan Tiongkok berada di puncak aman dan makmur. []