Konten dari Pengguna

Presenter AI di Media: Inovasi Masa Depan atau Ancaman bagi Peran Manusia?

Alfi Rahmat Fauzan
Alfi Rahmat Fauzan, mahasiswa S1 Ilmu Komunikasi Universitas Andalas, ahli dalam public speaking sebagai MC dan moderator. Aktif terlibat dalam acara kampus, ia juga menekuni Humas serta menulis artikel, berita, jurnal, dan press release.
10 September 2024 12:14 WIB
·
waktu baca 4 menit
comment
3
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Alfi Rahmat Fauzan tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Kemunculan presenter televisi berbasis kecerdasan buatan (Artificial Intelligence/AI) seperti yang diperkenalkan tvOne baru-baru ini adalah salah satu inovasi yang memicu perdebatan dalam dunia media. Apakah ini adalah langkah maju dalam teknologi yang tak terhindarkan, atau justru mengancam peran manusia dalam industri jurnalisme? Teknologi AI terus meresap ke berbagai aspek kehidupan kita, dan industri media tidak terkecuali. Namun, di balik kemajuan ini, terdapat kekhawatiran besar mengenai dampak terhadap kualitas jurnalistik dan peran manusia di dalamnya.
ADVERTISEMENT
Dandi Supriadi, seorang peneliti jurnalisme digital, mengemukakan bahwa penggunaan presenter AI adalah sesuatu yang sudah diprediksi lama dan pada akhirnya akan menjadi kenyataan. Pertanyaan utamanya adalah apakah teknologi ini benar-benar diperlukan untuk menggantikan manusia sebagai pembawa berita. Tentu, AI menawarkan keunggulan dalam hal efisiensi dan konsistensi, namun apakah kita siap mengorbankan elemen kemanusiaan yang begitu penting dalam penyampaian berita?
Presenter AI: Solusi atau Ancaman?
Penggunaan AI sebagai presenter memang mengurangi kesalahan manusia, seperti lupa teks atau ketidaksempurnaan vokal. Teknologi ini menawarkan akurasi tanpa batas dan performa tanpa lelah. Dandi, mengutip Everett Rogers, menegaskan bahwa teknologi pada dasarnya hadir untuk mengurangi ketidakpastian dalam pekerjaan manusia. Dalam hal ini, presenter AI tentu dapat mengurangi kesalahan teknis yang kerap terjadi pada siaran langsung.
ADVERTISEMENT
Namun, penggunaan AI dalam jurnalisme memiliki batasan. Teknologi ini, jika dibiarkan bekerja tanpa kendali manusia, berpotensi mengembangkan logikanya sendiri yang tidak selalu sejalan dengan konteks sosial dan moral manusia. Berita tidak hanya sekadar menyampaikan informasi, tetapi juga berfungsi sebagai refleksi dari nilai-nilai dan norma yang berlaku dalam masyarakat. Di sinilah letak tantangan utama dari AI, yakni ketidakmampuannya memahami konteks moral, etika, dan nuansa sosial.
Kontrol Manusia Tetap Diperlukan
Dandi mengingatkan bahwa teknologi hanyalah alat, bukan pengganti kemanusiaan. Peran jurnalis tidak hanya terbatas pada menyampaikan informasi, tetapi juga menyaring, menganalisis, dan memberikan perspektif yang kontekstual. Presenter AI mungkin dapat meniru manusia secara visual dan vokal, tetapi tidak bisa meniru empati, naluri, dan kemampuan mengambil keputusan berdasarkan nilai moral.
ADVERTISEMENT
Kita tidak boleh lupa bahwa di balik berita yang disampaikan AI, harus tetap ada kontrol manusia. Seperti yang dikemukakan oleh Dandi, AI hanya akan bekerja optimal ketika dipandu oleh tim manusia yang memastikan bahwa informasi yang disampaikan tetap sesuai dengan standar jurnalisme. Ini termasuk verifikasi berita, menjaga akurasi, dan memastikan bahwa penyampaian berita tidak terjebak dalam bias algoritma.
Presenter AI: Tren Baru atau Gimmick?
Presenter AI juga dianggap sebagai strategi media untuk menarik perhatian generasi muda, khususnya Generasi Z yang lebih akrab dengan teknologi digital. Dari sudut pandang bisnis, ini bisa jadi langkah cerdas untuk memperkuat engagement dengan audiens yang lebih muda. Namun, apakah ini hanya sebuah gimmick teknologi atau benar-benar memiliki nilai tambah bagi kualitas jurnalistik? Dandi mengingatkan bahwa penggunaan presenter AI bisa menjadi alat bantu yang baik, tetapi tidak boleh mengurangi peran manusia di dalamnya.
ADVERTISEMENT
Jurnalisme Tetap Tentang Manusia
Pada akhirnya, meski AI dapat membantu meningkatkan efisiensi dalam produksi dan penyampaian berita, jurnalisme tetap memerlukan sentuhan manusia. Norma, etika, dan tanggung jawab moral adalah elemen-elemen yang tidak dapat diprogram ke dalam mesin. Jurnalis manusia membawa intuisi, rasa keadilan, dan empati yang tidak dapat digantikan oleh teknologi.
Sebagai alat, AI dapat membantu jurnalis dalam banyak hal, tetapi kita harus waspada agar teknologi ini tidak menjadi pengganti peran inti manusia dalam jurnalisme. Mengandalkan AI sepenuhnya bisa berisiko, seperti yang diperingatkan oleh Dandi. "Bahaya kalau AI bekerja sendirian," katanya. Mesin mungkin bisa menyampaikan sesuatu yang logis secara matematis, tetapi sering kali tidak selaras dengan logika dan empati manusia.
ADVERTISEMENT
Kesimpulan
Inovasi presenter AI di media Indonesia mungkin menjadi tren baru yang menarik, tetapi kita harus tetap kritis terhadap implikasinya. Teknologi harus digunakan untuk melengkapi, bukan menggantikan, manusia. Seberapa pun canggihnya AI, jurnalisme tetap membutuhkan campur tangan manusia untuk menjaga kualitas, etika, dan kepercayaan publik. Di sinilah letak tanggung jawab kita sebagai konsumen media dan industri media itu sendiri untuk memastikan bahwa teknologi tetap melayani kepentingan manusia, bukan sebaliknya.
Sumber Foto: Dokumen Pribadi. Foto diambil ketika belajar menjadi Public Speaker termasuk Presenter