Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.93.2
Konten dari Pengguna
Mengkaji Gaya Kepemimpinan Jenderal Hoegeng, Sang Polisi Antisuap
15 Desember 2022 16:34 WIB
Tulisan dari Alfiah Qurrotul A'yun tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Sebagai pejabat publik sepatutnya menjaga integritas. Butler dan Cantrell (1984) mendefinisikan integritas sebagai reputasi yang dapat dipercaya dari seseorang. Penguatan integritas bagi pejabat publik penting untuk dilaksanakan, terutama untuk pemberantasan korupsi.
ADVERTISEMENT
Sesuai dengan cita-cita reformasi birokrasi Indonesia, aktor sektor publik harus mengutamakan kemaslahatan publik yang berupa pelayanan yang baik. Berkaca dari hal tersebut, dibutuhkan seorang pemimpin berdedikasi tinggi yang dapat memaksimalkan kinerja organisasi.
Indonesia pernah memiliki sosok pemimpin atau pejabat pemerintah yang berdedikasi tinggi. Sosok ini terkenal sebagai pejabat yang bersih, tegas, dan senantiasa bekerja tanpa pamrih. Sosok tersebut ada dalam diri Jenderal Hoegeng.
Jenderal Hoegeng Sang Polisi Jujur
Hoegeng Imam Santoso atau Jenderal Hoegeng merupakan Kapolri tahun 1968-1971. Jenderal Hoegeng dikenal sebagai polisi berintegritas yang anti dengan tindakan suap. Beliau memiliki prinsip hidup yaitu memilih kebenaran daripada kebeneran (sesuatu yang belum pasti kebenarannya).
Saat menjabat sebagai Menteri Iuran Negara, Hoegeng selalu mencatat iuran atau pendapatan ke kas negara. Ia tidak mengumpulkan kekayaan untuk kepentingan pribadi, sementara ia memiliki peluang untuk menghimpun harta dengan menyalahgunakan uang negara. Akan tetapi, Hoegeng tetap berpegang teguh pada prinsipnya untuk menjadi pribadi yang jujur.
ADVERTISEMENT
M. Jusuf Kalla berpendapat Jenderal Hoegeng itu sosok yang jujur dengan karakter sederhana (Suhartono, 2013). Kejujurannya terlihat ketika Jenderal Hoegeng sedang menangani kasus penyelundupan ratusan mobil mewah yang terjadi pada tahun 1968-1972. Kasus ini melibatkan puluhan pejabat tinggi negara di kalangan Bea Cukai Tanjung Priok, polisi, dan militer. Akan tetapi, keberhasilannya dalam menguak kasus penyelundupan mobil mewah menyebabkan ia dipecat dari jabatannya sebagai Kapolri. Hal ini disebabkan kegigihannya untuk menggali lebih dalam lagi kasus tersebut (Yusra & Ramadhan 1993).
Sikap mulia Jenderal Hoegeng begitu terkenal hingga Presiden Keempat RI, KH Abdurrahman Wahid mengabdikannya dalam sebuah guyonan yang legendaris "Di Indonesia hanya ada tiga polisi jujur, yakni polisi tidur, patung polisi, dan Hoegeng".
ADVERTISEMENT
Kepemimpinan Jenderal Hoegeng
Ketika menjabat sebagai Kepala Kepolisian, Jenderal Hoegeng menghadapi krisis Orde Baru. Praktik Korupsi, Kolusi, dan Nepotisme (KKN) meningkat dikalangan pejabat publik, tidak terkecuali kepolisian.
Gaya kepemimpinan yang digunakan oleh Jenderal Hoegeng adalah kepemimpinan transformasional. Gaya kepemimpinan ini dimaknai dengan pemimpin yang dapat mentransformasikan ide visioner guna perubahan yang lebih baik lagi.
Pada masa kepemimpinan Jenderal Hoegeng, kepolisian dituntut untuk berperilaku jujur, bersih, dan konsisten dalam menjalankan tugas dan tanggungjawabnya sebagai pelayan publik. Kejujuran dari Jenderal Hoegeng terkenal karena ia tak sudi menerima imbalan. Saat Jenderal Hoegeng menjalankan tugasnya sebagai pangkat Kompol, ia berhasil memberantas suap menyuap di Medan. Kasus ini melibatkan bandar judi, polisi, dan jaksa. Hoegeng tidak gentar untuk mengusut tuntas tindakan yang merugikan negara. Hoegeng tidak menerima berbagai barang mewah dari bandar judi. Menurut Hoegeng lebih baik hidup melarat daripada menerima suap. Dengan demikian, kejujuran Hoegeng patut ditiru oleh aparat kepolisian.
ADVERTISEMENT
Jenderal Hoegeng mempunyai keyakinan kuat untuk melakukan perubahan. Ia lebih mengutamakan masyarakat daripada kepentingan pribadinya. Cara pandang yang dimiliki oleh Jenderal Hoegeng berorientasi pada masa depan. Hal ini dilihat dari upaya Jenderal Hoegeng dalam memperjuangkan kewajiban memakai helm bagi para pengendara sepeda motor.
Awalnya kebijakan ini ditentang oleh masyarakat yang tidak familiar dengan penggunaan helm. Namun, setelah beberapa bulan kebijakan penggunaan helm ini disetujui. Sampai saat ini pengendara motor wajib untuk memakai helm (Suhartono, 2013).
Berdasarkan pernyataan tersebut, Jenderal Hoegeng termasuk pemimpin yang visioner. Inovasi yang dimiliki oleh Jenderal Hoegeng membawa perubahan ke arah yang lebih baik lagi.
Di samping itu, Jenderal Hoegeng menganut gaya kepemimpinan karismatik. Gaya kepemimpinan ini berfokus pada karisma untuk menginspirasi para bawahan.
ADVERTISEMENT
Dalam kesehariannya, Jenderal Hoegeng tiba lebih dulu di kantor, lebih cepat dari bawahannya. Saat perjalanan menuju kantor, Hoegeng menggunakan rute yang berbeda. Tujuannya memantau kegiatan yang berkaitan dengan tugas kepolisian.
Cara Jenderal Hoegeng menegur bawahan yang lalai tergolong unik. Ia menyempatkan diri untuk turun ke jalan atau pusat keramaian demi memantau tugas polisi. Ia ikhlas mengatur kepadatan lalu lintas walaupun saat itu sedang memakai baju dinas kapolri. Tindakannya ini menjadi teguran halus bagi polisi yang malas bekerja. Dengan demikian, Jenderal Hoegeng tergolong memiliki kepribadian yang kuat. Gaya kepemimpinan yang karismatik ini dapat menginspirasi bawahannya untuk mencapai perubahan.
Jenderal Hoegeng tergolong pemimpin yang mengedepannya etika kepemimpinan. Hoegeng dikenal sebagai polisi yang tidak pilih kasih dalam “menciduk” siapapun yang bersalah.
ADVERTISEMENT
Melalui biografinya “Hoegeng, Polisi Idaman dan Kenyataan”, Jenderal Hoegeng menyatakan polisi harus bisa menciptakan ketentraman di tengah masyarakat. Seorang polisi tetaplah polisi tanpa memandang gelar dan kedudukan.
Dalam kehidupan sehari-hari, Hoegeng mengajarkan keluarganya untuk hidup sederhana dengan tidak menikmati fasilitas negara secara gratis. Hoegeng mengajarkan anak-anaknya untuk tidak mengandalkan kekuasaan yang dimiliki ayahnya. Hoegeng juga selalu menolak barang yang diberikan oleh rekan-rekannya demi menghindari praktik suap. Oleh karena itu, Jenderal Hoegeng telah menjadi pemimpin yang beretika. Ia telah memenuhi sifat-sifat utama yang harus dimiliki oleh seorang pemimpin agar kepemimpinannya dapat berjalan efektif dan efisien.
Di tengah kondisi aparatur yang jauh dari nilai-nilai budi pekerti, kisah Jenderal Hoegeng patut dijadikan figur teladan. Integritas kuat yang dimiliki dapat menjadi contoh bagi aparatur negara dan masyarakat. Penguatan integritas menjadi hal yang genting mengingat semakin meningkatnya praktik korupsi di negeri ini. Sampai saat ini sosok Jenderal Hoegeng abadi dikenal sebagai polisi antisuap.
ADVERTISEMENT
Referensi
Hidayati, N., Wahyuni, A., & Purnomo, B. (2021, Mei). Jenderal Hoegeng Imam Santoso: Kapolri Jujur, Disiplin, dan Sederhana Sebagai Teladan Generasi Muda. Jurnal Swadesi, Volume II Nomor 1, 29-36.
Pinter Politik. (2021, October 8). Jenderal Hoegeng: Polisi Jujur Yang Disingkirkan Soeharto. PinterPolitik.com. Retrieved December, 2022, from https://www.pinterpolitik.com/sejarah/jenderal-hoegeng-polisi-jujur-yang-disingkirkan-soeharto/
Ramadhan, A. (2020, July 14). Jenderal Hoegeng dan Sosok Polisi Pelayan Masyarakat. Kompas.com. https://nasional.kompas.com/read/2020/07/14/16404431/jenderal-hoegeng-dan-sosok-polisi-pelayan-masyarakat
Rochmanudin. (2020, Oktober 14). Mengenang Kisah Jenderal Hoegeng, Kapolri yang Dikenal Super Jujur. IDN Times. Retrieved December, 2022, from https://www.idntimes.com/news/indonesia/rochmanudin-wijaya/kisah-polisi-idaman-hoegeng-suap-wanita-muda-hingga-mobil-mewah?page=all
Sitompul, M. (2020, June 23). Hoegeng, Polisi Anti Suap. Historia. Retrieved December, 2022, from https://historia.id/politik/articles/hoegeng-polisi-anti-suap-DAdqZ/page/1