Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.89.0
Konten dari Pengguna
Hati-Hati! Hipertensi pada Ibu Hamil Sebabkan Kematian
9 Desember 2022 10:32 WIB
Tulisan dari Alfian Fauzi Firdaus tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Tahukah kamu, bahwa ada 295.000 kematian ibu selama tahun 2017, atau sekitar 800 ibu di seluruh dunia meninggal setiap harinya karena proses kehamilan dan persalinan. Baru-baru ini juga, dunia dihebohkan dengan adanya Covid-19, di Indonesia terjadi kenaikan angka kematian ibu sebanyak 400 kasus sejak 2019, sehingga saat Covid-19 ini total kasus kematian ibu yang terjadi di Indonesia menjadi 4.627 di tahun 2020.
ADVERTISEMENT
Kemudian, Faktor Apa Saja Sih yang Menyebabkan Kematian Pada Ibu?
Jadi, ada banyak faktor yang menyebabkan kematian ibu. Faktor tersebut bisa berasal dari dalam diri maupun dari lingkungan. Faktor dari dalam diri ini misalnya seperti adanya gangguan saat kehamilan, hipertensi, penyakit jantung, ginjal, dan lainnya, dan untuk faktor dari lingkungan misalnya seperti akses terhadap pelayanan kesehatan, keadaan demografi, dan bahkan sosiokultural. Hipertensi sendiri merupakan salah satu penyebab utama kematian pada ibu. Menurut data dari Kementerian Kesehatan Republik Indonesia, kematian ibu akibat hipertensi ada 1.110 kasus hingga saat ini.
Bagaimana Sih Tanda-Tanda Hipertensi saat Kehamilan?
Secara umum, hipertensi memiliki tanda-tanda dengan gejala pembengkakan pada wajah atau tangan, sakit kepala, nyeri pada perut bagian atas atau bahu, mual dan muntah, kesulitan bernapas, kenaikan berat badan tiba-tiba sampai terganggunya penglihatan. Beberapa tanda dan gejala hipertensi saat kehamilan hampir sama dengan gejala hipertensi umum, seperti sakit kepala selama terus menerus, perubahan penglihatan, sakit perut, mual dan muntah, dan sesak napas, serta bengkak pada tangan dan wajah, serta urine yang sedikit atau tidak ada.
ADVERTISEMENT
Jenis-Jenis Hipertensi dalam Kehamilan
Sebelum membahas lebih lanjut mengenai bahayanya, kita perlu mengetahui terlebih dahulu jenis-jenis hipertensi yang umumnya terjadi pada ibu hamil. Hipertensi selama kehamilan bisa saja merupakan hipertensi yang memang sudah diderita sebelum kehamilan atau hipertensi yang baru timbul saat hamil. Terdapat empat jenis hipertensi pada ibu hamil, yaitu :
1. Hipertensi Kronis
Kondisi di mana tekanan darah ibu melebihi 140/90 mmHg sebelum kehamilan atau sebelum usia kehamilan mencapai 20 minggu. Kondisi ini berlangsung hingga 12 minggu setelah persalinan.
2. Hipertensi Gestasional
Tekanan darah tinggi yang terjadi setelah usia kehamilan 20 minggu dan berlangsung hingga 12 minggu setelah persalinan.
3. Preeklampsia-eklampsia
Pada penderita preeklamsia, tekanan darah tinggi terjadi setelah 20 minggu kehamilan dan disertai dengan adanya protein pada urin yang ditemukan melalui pemeriksaan urin. Sementara itu, eklampsia merupakan kondisi lanjutan di mana ibu hamil mengalami kejang dan kondisi ini sangat berbahaya.
ADVERTISEMENT
4. Hipertensi Kronis dengan Preeklampsia
Ibu dengan hipertensi sebelum masa kehamilan mempunyai risiko tinggi terkena preeklamsia saat hamil, terutama pada trimester kedua dan ketiga.
Apa Bahayanya Bagi Ibu Hamil?
Tekanan darah yang melebihi batas normal selama masa kehamilan dapat menyebabkan berbagai permasalahan baik bagi ibu maupun bagi perkembangan janin dalam kandungan. Dilansir dari CDC, komplikasi yang terjadi pada ibu akibat hipertensi selama kehamilan meliputi preeklampsia, eklampsia, stroke, hingga solusio plasenta. Sementara itu, bagi bayi yang dikandung, kondisi ini dapat menyebabkan kelahiran prematur dan berat badan lahir rendah (BBLR) karena kondisi hipertensi pada ibu menyulitkan janin untuk mendapatkan oksigen dan nutrisi yang cukup. Apabila tidak segera mendapatkan penanganan yang tepat, gejala preeklampsia dan eklampsia dapat menyebabkan kecacatan bahkan kematian bagi ibu dan bayi. Dalam jangka panjang, ibu yang mengalami hipertensi saat hamil berisiko mengalami kembali kondisi ini pada kehamilan berikutnya, juga dapat menyebabkan komplikasi berupa penyakit kardiovaskuler, penyakit ginjal, dan kanker. Sebuah penelitian yang dilakukan pada tahun 2017 juga menemukan bahwa ibu yang mengalami hipertensi selama masa kehamilan memiliki risiko tinggi untuk terkena penyakit kardiovaskuler di masa mendatang. Tidak sampai di sana, anak yang dilahirkan oleh ibu dengan kondisi ini berisiko mengalami penyakit kardiovaskular dalam 10 tahun pertama kehidupan, terutama apabila ditemukan riwayat penyakit kardiovaskular atau diabetes melitus pada ibunya.
ADVERTISEMENT
Lalu, Bagaimana Cara Mencegahnya?
Melihat bahaya yang ditimbulkan, hipertensi selama kehamilan merupakan hal yang perlu dicegah. Salah satu hal yang dapat dilakukan sebagai bentuk tindakan pencegahan sebelum kehamilan yaitu melakukan perencanaan kehamilan dengan matang. Pastikan berat badan tetap ideal dengan mengkonsumsi makanan yang bergizi seimbang, kurangi asupan garam, hindari konsumsi alkohol dan rokok, serta melakukan aktivitas fisik secara rutin. Seorang calon ibu juga dapat berkonsultasi dengan dokter mengenai masalah kesehatan yang pernah atau sedang dimiliki dan obat-obatan yang sedang dikonsumsi agar dapat diberikan obat-obatan yang aman dikonsumsi selama persiapan kehamilan apabila diperlukan.
Upaya pencegahan yang dapat dilakukan selama kehamilan adalah tetap menjaga pola makan dan aktivitas fisik, serta menjalani pemeriksaan prenatal secara rutin agar peningkatan tekanan darah dan komplikasi lainnya dapat dideteksi sejak dini. Ibu hamil juga dapat memantau sendiri tekanan darahnya di rumah dengan alat tensi dan segera menghubungi dokter jika tekanan darah meningkat atau merasakan gejala preeklampsia. Apabila terkonfirmasi hipertensi, maka dokter akan melakukan pemeriksaan urin untuk mengetahui keberadaan protein pada urin yang menandakan kemungkinan preeklampsia atau eklampsia agar dapat diberikan penanganan yang tepat.
ADVERTISEMENT
Tidak hanya sebelum dan selama kehamilan, upaya pencegahan juga perlu dilakukan setelah persalinan, khususnya bagi ibu yang mempunyai riwayat hipertensi selama kehamilan. Meskipun tekanan darah setelah melahirkan sudah kembali normal, tekanan darah harus tetap dipantau dengan pemeriksaan secara rutin. Hal ini bertujuan untuk mendeteksi adanya penyakit kardiovaskular atau komplikasi lainnya sejak dini mengingat ibu yang mempunyai tekanan darah tinggi selama kehamilan berisiko mengalami berbagai masalah kesehatan setelah melahirkan.
Nah, karena kita sudah tahu tanda-tanda dan gejala hipertensi saat kehamilan, jadi segera lakukan upaya pencegahan, khususnya bagi ibu yang mempunyai riwayat hipertensi selama kehamilan ya, agar terhindar dari risiko kematian pada ibu. Hal lain yang dapat dilakukan misalnya seperti pemeriksaan rutin meskipun tekanan darah setelah melahirkan sudah kembali normal, tujuannya agar kita bisa melakukan pendeteksian dini dari penyakit kardiovaskular atau komplikasi lainnya.
ADVERTISEMENT
Penulis: Alfian Fauzi Firdaus; Novia Angela (Mahasiswa FKM UI)
REFERENSI
Alatas, H. (2019). Seminar Nasional Penyakit Tidak Menular Penyebab Kematian Maternal: Hipertensi Pada Kehamilan. [online] RSUD Banyumas, Available at: http://kebidanan.poltekkes-smg.ac.id/wp-content/uploads/2019/03/Materi-2-DR.dr_.-Haidar.pdf [Accessed 20 October 2022].
Efek Jangka panjang hipertensi selama kehamilan (2022) Direktorat Jenderal Pelayanan Kesehatan. Kemenkes RI. Available at: https://yankes.kemkes.go.id/view_artikel/1541/efek-jangka-panjang-hipertensi-selama-kehamilan [Accessed: October 25, 2022].
High blood pressure during pregnancy (2021) Centers for Disease Control and Prevention. Centers for Disease Control and Prevention. Available at: https://www.cdc.gov/bloodpressure/pregnancy.htm [Accessed: October 25, 2022].
Kementerian Kesehatan Republik Indonesia, (2021). Profil Kesehatan Indonesia Tahun 2020. [online] Jakarta: Kemenkes RI. Available at: <https://www.kemkes.go.id/downloads/resources/download/pusdatin/profil-kesehatan-indonesia/Profil-Kesehatan-Indonesia-Tahun-2020.pdf> [Accessed 5 October 2022].