Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.92.0
Konten dari Pengguna
Pengaruh Gerakan Politik terhadap Dinamika Sarekat Islam
22 Maret 2022 19:37 WIB
Tulisan dari Alfiana Nur Aini tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Awal Terbentuknya Sarekat Dagang Islam
Pelaksanaan politik etis telah mendorong lahirnya kaum muda terpelajar. Pemikiran kaum muda tersebut semakin rasional, wawasannya semakin luas dan terbuka sehingga memperlancar berkembangnya paham-paham baru di Indonesia. Paham baru tersebut salah satunya adalah nasionalisme. Paham nasionalisme telah mendorong lahirnya kesadaran nasional, kesadaran hidup dalam suatu bangsa yaitu bangsa Indonesia.
ADVERTISEMENT
Kesadaran berbangsa, dan kebangkitan nasional yang muncul di Indonesia tidak lepas dari bentuk anti terhadap penjajahan dan kekuasaan kolonialisme dan imperialisme, bentuk strategi harus sudah berubah. Bentuk diplomasi dan melalui berbagai organisasi pergerakan dipandang lebih tepat. Dengan dipelopori kaum terpelajar lahirlah berbagai organisasi pergerakan nasional. Organisasi pergerakan tersebut ada yang bercorak sosio-kultural, politik, keagamaan, kedaerahan, tetapi juga ada yang nasionalis, ada dari kelompok pemuda tetapi juga ada dari kelompok perempuan.
Organisasi pergerakan nasional yang dimaksud, seperti Budi Utomo, Sarekat Islam, Indische Partij (IP), Muhammadiyah, Nahdatul Ulama (NU), Taman Siswa, Perhimpunan Indonesia, Partai Nasional Indonesia (PNI), Organisasi Pemuda, dan lain-lain. Namun, untuk pembahasan kali ini mengenai salah satu organisasi modern yang dipelopori oleh K.H. Samanhudi, seorang saudagar batik dan dikenal sebagai pahlawan pergerakan nasional dari Kota Solo. Organisasi tersebut adalah SI (Sarekat Islam) atau yang biasa kita kenal SDI (Sarekat Dagang Islam).
ADVERTISEMENT
Awalnya pemerintah Hindia-Belanda semakin memperluas kekuasaannya di berbagai segi kehidupan salah satunya di bidang ekonomi. Dalam bidang ekonomi pemerintah Kolonial Belanda membuat suatu kebijakan, yaitu memberi kebebasan berdagang bagi orang-orang Cina. Kedudukan orang Cina pada saat itu dalam struktur ekonomi adalah sebagai pedagang perantara antara Belanda dan masyarakat pribumi dengan fasilitas yang istimewa sehingga tidak mengherankan jika orang Cina berhasil menguasai hampir seluruh ekonomi masyarakat, seperti memonopoli bahan-bahan batik.
Adanya monopoli pedagang Cina dalam perdagangan bahan baku batik di Solo sangat merugikan para pedagang pribumi. Para pedagang Cina tersebut sering mempermainkan harga seperti dengan menjual bahan-bahan tersebut sedikit demi sedikit. Keadaan tersebut mendorong K.H. Samanhudi untuk menghimpun pengusaha batik pribumi yang beragama Islam dalam sebuah organisasi. Kemudian pada tahun 1911, di Kota Solo tepatnya di Desa Belukan (Kelurahan Sondakan) berdiri organisasi yang bercorak agama dan ekonomi yaitu Sarekat Dagang Islam (SDI). Organisasi tersebut didirikan untuk membantu dan membela kepentingan kebutuhan pedagang Indonesia khususnya pedagang batik.
Dari SDI (Sarekat Dagang Islam) menjadi SI (Sarekat Islam)
ADVERTISEMENT
Setahun kemudian (tahun 1912) oleh Haji Oemar Said (H.O.S.) Cokroaminoto, perkumpulan Sarekat Dagang Islam diubah menjadi Sarekat Islam. Maksud dari pergantian nama tersebut karena ruang gerak organisasi ini tidak hanya dalam bidang perdagangan saja, tetapi juga meliputi umat Islam pada umumnya. Sarekat Islam mendapat sambutan yang baik dari seluruh golongan masyarakat, baik dari golongan atas maupun dari golongan bawah. Adapun tujuan dari Sarekat Islam yaitu sebagai berikut:
Masuknya Pengaruh Politik ke dalam Sarekat Islam
Kehidupan politik setelah tahun 1929, jauh berbeda dengan politik pada saat Sarekat Islam mulai berdiri. Mulai saat itu, pengaruh gerakan politik luar pun berhasil masuk dan mengakibatkan terjadinya perpecahan. Sarekat Islam mulai terpengaruh paham komunis yang disusupkan oleh Sneevliet, yaitu pemrakarsa organisasi Indische Sociaal Democratische Vereniging (ISDV). Karena hal tersebut Sarekat Islam pecah menjadi dua, yaitu sebagai berikut:
ADVERTISEMENT
Lantas bagaimana akhir dari Sarekat Islam? Sarekat Islam berusaha memulihkan kekuatannya. H. Agus Salim membuat gerakan Pan-Islamisme, gerakan ini bertujuan untuk mencari hubungan dengan menghimpun kembali kekuatan Islam yang ada di Indonesia. Dengan diterapkannya gerakan ini, maka Sarekat Islam mempunyai watak Internasional. Kemudian mengadakan kongres Al-Islam sebanyak empat kali. Namun hasil kongres terakhir yang telah dikeluarkan pada tahun 1925 ternyata menimbulkan pertentangan. Pertentangan ini terletak pada rencana tujuannya, yang mana golongan SI Putih lebih menekankan pada asas nasional – religius, sedangkan golongan SI Merah lebih menekankan pada asas sosialisme – komunisme.
ADVERTISEMENT
Konflik antar dua golongan ini mengakibatkan Dr. Sukiman dan rekan-rekannya mendirikan partai baru pada tahun 1923 yang mereka beri nama Partai Islam Indonesia. Kemudian tahun 1938 partai ini diikuti oleh rekan-rekan Dr. Sukiman yang lain, seperti Wibowo, Kasman, Singodimejo, Farid Ma’ruf, Abdul Kahar Muzakar, dan K.H. Mas Mansyur yang telah keluar dari Sarekat Islam. (Yasmis, 2017, p. 10)
Problematika yang timbul dalam Sarekat Islam ini erat kaitannya dengan kepimimpinannya, dimana kepemimpinan dalam Sarekat Islam tersebut bisa kita sebut sangat rawan sebagai suatu organisasi politik. Perbedaan kepentingan, perbedaan pendapat, dan ambisi pribadi lebih jelas apabila dibandingkan organisasi sosial pendidikan.
Daftar Pustaka
Yasmis, Y. (2017). Sarikat Islam Dalam Pergerakan Nasional Indonesia (1912-1927). Jurnal Sejarah Lontar, 6(1), 21. https://doi.org/10.21009/lontar.061.03
ADVERTISEMENT