Pentingnya Air Bersih dan Sanitasi Wilayah Kumuh (Slum Area) Surabaya

Alfiani Nur Laily
Mahasiswa Sosiologi Universitas Brawijaya
Konten dari Pengguna
4 Desember 2022 11:57 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Alfiani Nur Laily tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Pertumbuhan sebuah kota akibat adanya globalisasi apabila tidak diiringi dengan pembangunan sarana dan prasarana, lingkungan yang memadai akan menimbulkan berbagai masalah yang nantinya akan menjadi boomerang tersendiri bagi masyarakatnya. Salah satunya adalah Kota Surabaya. Surabaya adalah kota terbesar kedua di Indonesia setelah Jakarta, Surabaya juga menjadi ibu kota dari Provinsi Jawa Timur. Sebagai kota besar Surabaya terkenal sebagai kota metropolitan, di mana banyak sekali gedung-gedung pencakar langit, perumahan elite dan ketersediaan lapangan pekerjaan yang membedakan kota ini dengan kota-kota kecil di sekitarnya.
ADVERTISEMENT
Namun siapa sangka dibalik segala sesuatu yang disuguhkan oleh Surabaya baik itu aspek pendidikan, perekonomian, politik dan sosial budayanya, terdapat sistem pembangunan yang bisa dikatakan belum merata sehingga sarana dan prasarana yang tersedia kurang untuk menunjang kebutuhan masyarakatnya, terutama bagi mereka yang memiliki penghasilan rendah. Inilah awal mula dari menjamurnya kawasan permukiman kumuh atau slum area di Surabaya.
Ilustrasi Pemukiman Kumuh (Sumber: Abdulai Sayni on Unsplash)
Slum area atau wilayah kumuh adalah daerah yang memiliki sifat kumuh yang banyak tersebar di wilayah perkotaan. Wilayah kumuh ini disebabkan oleh beberapa faktor seperti faktor fisik, faktor sosial, ekonomi dan juga budaya. Wilayah yang kumuh dicirikan seperti banyaknya penghuni yang pengangguran, kriminalitas tinggi, kotor, jorok, bangunan yang sangat padat dan sempit, kondisi drainase kurang, jaringan air bersih kurang memadai, penumpukan sampah dan minimnya akses untuk keluar-masuk. Keadaan tersebut menimbulkan berbagai permasalahan, mulai dari sanitasi yang tidak memadai, kebersihan yang buruk, dan munculnya berbagai penyakit seperti diare, difteri, dan juga penyakit kulit. Berdasarkan data artikel milik (Lubis,2020), luas kawasan kumuh di Surabaya pernah mencapai angka 151 hektare sebelum akhirnya dilakukan penataan pembangunan hingga menjadi beberapa persen saja pada tahun 2019.
ADVERTISEMENT
Menjamurnya kawasan kumuh di Kota Surabaya, menimbulkan banyak sekali dampak negatif salah satunya adalah penyakit. Penyakit yang menyerang masyarakat di wilayah kumuh ini dikarenakan kurangnya air bersih dan sanitasi, dan juga padatnya bangunan yang akhirnya mengakibatkan lembapnya sirkulasi udara. Dengan kondisi wilayah yang seperti ini menyebabkan segala jenis penyakit menular memiliki potensi besar untuk berkembang.
Salah satu penyakit menular yang sering muncul di wilayah kumuh adalah penyakit kulit. Penyakit kulit merupakan organ terbesar pada tubuh manusia yang luasnya sekitar 2m2, kulit juga merupakan bagian terluar dari tubuh yang memiliki beragam fungsi. Salah satunya untuk melindungi organ-organ dibawahnya dari paparan virus dan bakteri yang berasal dari lingkungan. Hal ini menyebabkan kulit menjadi rentan terinfeksi oleh virus dan bakteri yang mudah berkembang, terutama di wilayah kumuh yang lembap dan sanitasi buruk. Menurut Isro’in dan kawan-kawan dalam (Lestari, 2022), penyakit kulit adalah penyakit yang paling banyak dijumpai di masyarakat. Penyakit kulit Scabies adalah salah satu contohnya. Penyakit dengan nama lain kudis ini seringkali diremehkan oleh masyarakat, karena mereka hanya menganggapnya sekadar gatal-gatal biasa.
ADVERTISEMENT
Biasanya penyakit kudis ini banyak menyerang anak-anak mulai usia 2 tahun hingga orang dewasa. Dilansir dari laman Halodoc, tungau Sarcoptes scabiei adalah penyebab dari penyakit ini. Tungau tersebut masuk ke dalam lapisan kulit manusia kemudian bertelur dan berkembang biak, sehingga kulit manusia menjadi gatal dan kemerahan. Penyakit ini adalah penyakit menular, proses penularannya melalui kontak fisik dan kondisi lingkungan sekitar yang tidak bersih. Sedangkan wilayah kumuh dengan ruangan yang sempit dan lembap, juga kurangnya sanitasi menjadi tempat yang menyenangkan untuk tungau berkembang biak. Tungau-tungau ini menempel pada seprai, pakaian, bantal, sofa dan benda-benda lainnya yang kurang bersih. Penyakit yang muncul di slum area memang sudah wajar terjadi, namun masyarakat yang kurang menyadari pentingnya menjaga kebersihan lingkungan menyebabkan hal tersebut menjadi lebih parah.
ADVERTISEMENT
Oleh karena itu, untuk menjamin bahwa infrastruktur, sanitasi dan air bersih di slum area terpenuhi sesuai standar kehidupan yang layak, maka kita harus melibatkan beberapa pihak seperti masyarakat, pemerintah dan komunitas-komunitas yang bergerak dibidang lingkungan. Pertama-tama, untuk memperbaiki sanitasi di sebuah bangunan sempit adalah sebagai berikut:
1. Memperbanyak ventilasi udara
2. Memperbanyak pencahayaan yang masuk
3. Menyediakan tempat untuk membuang limbah sampah dan kotoran agar tidak berserakan dan mencemari lingkungan
4. Menyediakan air bersih dengan cara tidak mencemari sungai atau sumber air di sekitar wilayah tersebut.
Tugas pemerintah adalah memperbaiki struktur wilayah kumuh yang ada di Surabaya. Seperti yang sudah dilakukan oleh Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat Surabaya, mereka telah membangun beberapa infrastruktur yang diharapkan dapat mengurangi wilayah kumuh yang ada di Surabaya. Kementerian PUPR Kota Surabaya telah membangun infrastruktur berupa Instalasi Pompa Banjir Kenjeran 1-Kota Surabaya, Rusunawa Grudo dan juga Rusunawa Bayuangga.
ADVERTISEMENT
Dengan adanya dana yang dikeluarkan untuk mengatasi permasalahan wilayah kumuh dan segala penyakit di dalamnya, diharapkan masyarakat lebih peduli dan membantu menjaga kawasan agar tetap indah dan juga bersih. Sosialisasi juga menjadi upaya yang bisa dilakukan oleh pemerintah. Peran pemerintah memang penting, namun peran masyarakat yang tinggal di wilayah tersebut jauh lebih penting. Namun yang tidak kalah penting adalah kesadaran masyarakat itu sendiri, dengan begitu mereka akan mencegah datangnya penyakit-penyakit tersebut dengan sendirinya. Kita bisa memulainya dengan hal-hal kecil yang nantinya akan berdampak besar bagi lingkungan.
Daftar Pustaka:
Badan Pusat Statistik. (2022). Kota Surabaya Dalam Angka 2022. Surabaya : Badan Pusat Statistik.
Kurniati, A. (2014). Kajian Persebaran Permukiman Kumuh Di Surabaya Pusat. Jurnal Online Universitas Negeri Surabaya, 154–164.
ADVERTISEMENT
Lestari, R. (2022). Hubungan Sanitasi Lingkungan Dengan Gejala Penyakit Kulit Di Wilayah Kerja Puskesmas Sukamenanti Kabupaten Pasaman Barat. Jurnal NTHN : Nan Tongga Health and Nursing, Volume 16, 14–23.
Lubis, M. S. W. (2022). Surabaya Berhasil Tata Permukiman Kumuh, Tersisa 0,3 Persen. Bisnis.com. https://m.bisnis.com/amp/read/20201109/47/1315288/surabaya-berhasil-tata-permukiman-kumuh-tersisa-03-persen
Makarim, F. R. (2022). Kudis: Gejala, Penyebab, dan Pengobatan. halodoc.com. https://www.halodoc.com/kesehatan/kudis
Rianti, D. D., Palgunadi, B. U., & Mansyur, M. (2010). Analisis Tentang Higiene dan Sanitasi Lingkungan Dengan Penyebab Terjadinya Penyakit Kulit Di Kecamatan Asemrowo Surabaya. Jurnal Ilmiah Kedokteran Wijaya Kusuma, Volume Edi, 1–77.
Triono, M. O. (2018). Acces Clean Water In The Community Of Surabaya City and Their Bad Impacts Clean Water Access To Surabaya Community Productivity. Jurnal Ilmu Ekonomi Terapan, Volume 3, 143–153.
ADVERTISEMENT