Kearifan Lokal Masyarakat di Gunung Bromo Menjadi Penunjang Daya Tarik Wisata

Alfin Rizki Prishastika
Mahasiswi Prodi Sosiologi Universitas Muhammadiyah Malang
Konten dari Pengguna
7 Januari 2023 18:35 WIB
·
waktu baca 3 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Alfin Rizki Prishastika tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
https://pixabay.com/id/photos/gunung-berapi-jawa-indonesia-16912/
zoom-in-whitePerbesar
https://pixabay.com/id/photos/gunung-berapi-jawa-indonesia-16912/
ADVERTISEMENT
Kearifan lokal merupakan bagian dari sebuah tradisi-tradisi budaya masyarakat pada suatu bangsa. Oleh sebab itu kearifan lokal tidaklah sama pada tempat dan waktu yang berbeda juga. Gunung Bromo merupakan objek wisata yang berada di Provinsi Jawa Timur dan merupakan salah satu objek yang memiliki panorama alam yang indah. Panorama alam yang indah menyebabkan daya tarik untuk menarik wisatawan baik wisatawan yang berasal dari dalam negeri maupun wisatawan yang berasal dari luar negeri.
ADVERTISEMENT
Masyarakat setempat dapat memanfaatkan adanya Gunung Bromo dengan cara berjualan di area sekitar Gunung Bromo atau mereka juga dapat menjual hasil perkebunannya kepada wisatawan yang datang. Kehidupan masyarakat Suku Tengger didominasi oleh kegiatan pariwisata, oleh sebab itu kegiatan tersebut sangat berpengaruh terhadap kehidupan sosial mereka. Adanya kegiatan pariwisata tentunya memberi peluang untuk menjadi lebih dikenal masyarakat luar daerah.
Suku Tengger merupakan salah satu suku yang ada di Indonesia yang memiliki keberagaman serta kekayaan budaya yang terus dikembangkan dan dilestarikan. Nama Suku Tengger sendiri berasal dari "Teng" yang diambil dari nama Roro Anteng, sedangkan "Ger" diambil dari nama Joko Seger yang menurut masyarakat Suku Tengger nama tersebut bersal dari kisah sepasang suami istri yang sudah 25 tahun menikah tetapi belum dikaruniai seorang anak. Sepasang suami tersebut berjanji jika mendapatkan anak maka anak bungsu mereka akan menjadi tumbal persembahan untuk Gunung Bromo.
ADVERTISEMENT
Mereka dikarunia anak bungsu dengan nama Raden Kusuma. Anak bungsu tersebut diberikan sebagai penebus janjinya kepada Gunung Bromo. Raden Kusuma rela berkorban untuk menepati janji kedua orang tuanya sebagai wakil masyarakat serta saudara-saudaranya. Raden Kusuma berpesan setiap tanggal 14 meminta upeti hasil bumi. Dari sinilah terjadinya upacara Kasada
Bagaimana Sih Hubungan Adanya Gunung Bromo Dengan Kearifan Lokal Masyarakat Setempat?
Adat istiadat yang dilakukan oleh Suku Tengger memiliki nilai-nilai karakter yang dibiasakan serta dikembangkan pada anak-anak dan generasi-generasi selanjutnya. Seiring berjalannya waktu adanya kegiatan pariwisata, upacara Kasada tidak hanya diikuti oleh masyarakat setempat saja tetapi juga diikuti oleh wisatawan. Kegiatan ini dapat menarik wisatawan untuk berkunjung ke daerah Tengger sehingga secara tidak langsung masyarakat Tengger dapat memperlihatkan serta mengenalkan budaya yang dimilikinya.
ADVERTISEMENT
Adanya kebiasaan masyarakat Tengger di sekitar Gunung Bromo menyebabkan banyaknya wisatawan yang mengetahui bagaimana budaya mereka dan memiliki suatu nilai yang unik sehingga memunculkan rasa ingin tahu dari wisatawan yang belum pernah mengunjungi Gunung Bromo, hal itu menjadikan daya tarik tersendiri untuk berkunjung ke Gunung Bromo. Selain upacara Kasada, suku Tengger juga memiliki beragam kearifan lokal budaya seperti adat Karo, adat Unan-unan, adat Entas-entas, upacara Pujang Mubeng, upacara Liliwet, upacara Barikan dan upacara Kematian.