Konten dari Pengguna

Surakav Broadcast: Hoax Burung Berubah Warna

Alfons Tanujaya
Tukang oprek dan Antivirus Specialist di vaksincom
26 April 2018 19:33 WIB
clock
Diperbarui 14 Maret 2019 21:09 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Alfons Tanujaya tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Burung ini bernama Surakav. Diperlukan 19 fotografer selama 62 hari utk mendapat foto yg lengkap. Dia berubah warna setiap beberapa detik, dalam video yang pendek ini. Silakan nikmati keajaiban dari ciptaan Allah yang sangat indah.
Hoax Surakav (Foto: istimewa)
zoom-in-whitePerbesar
Hoax Surakav (Foto: istimewa)
Fakta langka, unik dan menarik yang dipadukan dengan dramatisasi dengan kesulitan mendapatkan video ini menjadi bumbu utama broadcast Surakav. Kontan dalam waktu singkat secara sukarela disebarkan oleh para sukarelawan broadcast yang mungkin memiliki prinsip Sharing (broadcast) is Caring. (lihat gambar 2)
broadcast surakav di medsos (Foto: istimewa)
zoom-in-whitePerbesar
broadcast surakav di medsos (Foto: istimewa)
Gambar 2, Dalam waktu singkat video tentang Surakav viral dan di-broadcast ke group media sosial.
ADVERTISEMENT
Menurut pantauan Vaksincom, awal dari broadcast ini kemungkinan berasal dari postingan video youtube https://youtu.be/cILBLE-IhRA yang dipublikasikan pada 15 April 2018 dengan narasi sebagai berikut: "The bird's named Surakav..Cost 25 lakhs,,19 photographer took 62 days to complete the photo..It changes it's colour in each seconds... very short video..Enjoy.."
Tampaknya banyak netter baik dari Indonesia dan Malaysia yang “berbaik hati” menerjemahkan pengantar di atas. Namun ibarat prinsip data GIGO (Garbage Input Garbage Output), sebaik apapun terjemahan yang dilakukan, karena sumber informasinya adalah sampah, maka terjemahan video tersebut menjadi sampah yang sempurna. Hal ini bisa diamati dari postingan mengenai Surakav yang disebarkan di wall Facebook. (lihat gambar 3)
Broadcast Surakav (Foto: istimewa)
zoom-in-whitePerbesar
Broadcast Surakav (Foto: istimewa)
Gambar 3, Broadcast Surakav yang rupanya juga menyebar di negara lain seperti Malaysia.
ADVERTISEMENT
Kabar baiknya, bukan hanya orang Indonesia yang termakan dan menyebarkan Hoax ini, namun pengguna Facebook Malaysia dan youtubers India sekalipun menyebarkan video ini dengan bangganya. Hasilnya, pengamat burung memberikan komentar pedas di video youtube tersebut. (lihat gambar 3)
Broadcast Surakav (Foto: istimewa)
zoom-in-whitePerbesar
Broadcast Surakav (Foto: istimewa)
Gambar 3, Penyebar video Surakav mendapatkan komentar pedas dari netter.
Faktanya
Burung yang di klaim dengan nama Surakav ini sebenarnya adalah jenis Hummingbird Broad Tailed jantan dengan nama ilmiah Selasphorous Platycercus. Keunikan yang di klaim memiliki kemampuan berubah warna sebenarnya adalah ilusi optik di mana pada bulu penutup leher spesies jantan memiliki keunikan warnanya akan berubah jika dipandang dari sudut yang berbeda. Mirip seperti casing HP bunglon yang sempat populer beberapa tahun lalu.
ADVERTISEMENT
Jadi sebenarnya bulunya sendiri tidak berubah warna. Diperkirakan kemampuan ini bertujuan untuk menarik Hummingbird betina. Burung ini cukup mudah ditemui di Amerika Serikat bagian Barat, Mexico, dan Guatemala.
IUCN (International Union for Conservation of Nature) memasukkan burung ini ke dalam kategori LC (Least Concern) dalam tingkat kelangkaannya rendah sehingga burung ini cukup mudah ditemui di habitatnya. Karena itu dapat dipastikan tidak membutuhkan 19 kameramen dan 62 hari untuk membuat video yang diviralkan. Jumlah yang cukup banyak dan tidak kalah dengan kameramen pembuat film Avengers.
Informasi lebih jauh mengenai Broad Tailed Hummingbird bisa didapatkan di: https://www.allaboutbirds.org/guide/Broad-tailed_Hummingbird/media-browser/466305
Jangan Mudah Percaya
Meskipun hal ini sudah disadari oleh sebagian kecil pengguna media sosial, Vaksincom merasa perlu mengangkat Hoax ini dengan fokus pada teknik pembuat Hoax Surakav sangat berpotensi digunakan untuk memviralkan Hoax yang bermuatan SARA, politis yang bertujuan menciptakan kekhawatiran yang tidak perlu dan ketidakpastian di masyarakat.
ADVERTISEMENT
Hoax Surakav yang menggunakan resep dasar:
Belajar dari kasus Surakav ini, kembali pada pengguna media sosial diharapkan untuk tidak mudah terbuai oleh fakta yang menarik, menyentuh hati, sadis, bombastis atau keren dan langsung memercayai terlebih menyebarkannya.
Jika teknik ini digunakan untuk menyebarkan kekacauan, ketakutan, dan permusuhan dengan hanya berbekal video atau foto yang menarik, tindakan kekerasan, atau vulgar, maka penyebarannya yang viral sangat berpotensi menimbulkan kekacauan dalam masyarakat. Kembali pada pengguna media sosial yang diharapkan untuk bisa dewasa dan menghindari prinsip: Sharing (broadcast) is caring, dan mengganti dengan prinsip: Jarimu Harimaumu.
ADVERTISEMENT
Salam,
Alfons Tanujaya