Konten dari Pengguna

Demira, Kisah Anak Papua Pergi Sekolah 4.000 Kilometer Demi Papua

Alfredo kway
Saya papua, dan saya Cinta Indonesia Sebagai manusia dimanapun kita dilahirkan kita harus cinta pada Tanah Airnya dan menulis....adalah mengabadikan
23 Mei 2018 6:13 WIB
clock
Diperbarui 14 Maret 2019 21:08 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Alfredo kway tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Demira, Kisah Anak Papua Pergi Sekolah 4.000 Kilometer Demi Papua
zoom-in-whitePerbesar
ADVERTISEMENT
Namanya Demira Yikwa, seorang anak yang terlahir di belantara pedalaman Papua, Dia berasal dari desa terpencil Tolikara di dataran tinggi provinsi Papua.
ADVERTISEMENT
Lahir di daerah terpencil tidak pernah mengecilkan niat serta mimpinya untuk mendapatkan pendidikan yang lebih baik, setiap anak Indonesia berhak untuk mendapatkan pendidikan dan berkewajiban untuk membuktikan darma bhakti kepada ibu pertiwi.
Di sebuah sekolah di pinggiran ibu kota Indonesia, Bogor, Demira Yikwa menantikan kelulusan lebih dari kebanyakan siswa SMA. Itu berarti dia bisa pulang untuk pertama kalinya dalam lima tahun.
Pemerintah Provinsi Papua membayarnya untuk bersekolah di Jakarta, 4.000 kilometer jauhnya, karena ini adalah kesempatan terbaiknya untuk mendapatkan pendidikan yang lebih baik.
"Tolikara tertinggal. Dari kelas satu hingga kelas enam hanya ada satu guru dan dia hanya meminta kami menggambar," kata Demira.
Bersama dengan 127 siswa lainnya dari desa-desa terpencil di Papua, Demira menghadiri kelas di Sekolah Anak Indonesia (Indonesia Children's School). Sekolah yang memiliki siswa dari seluruh wilayah indonesia dari Aceh hingga Papua, sekolah yang sangat memiliki dedikasi tinggi untuk mencintai Indonesia negeri tercinta.
ADVERTISEMENT
Beasiswanya tidak mencakup penerbangan pulang sehingga ia harus tinggal di Jakarta, bahkan pada saat liburan sekolah Demira tetap tinggal di Bogor sambil giat belajar.
"Tentu saja saya merindukan orang tua saya, tetapi orang tua saya mengatakan pendidikan lebih penting. Jadi saya harus belajar dulu dan kemudian kembali." Kata Demira dengan mata berkaca-kaca.
Sekolah dan pendidikan memang lebih penting bagi anak Papua, yang kebanyakan memiliki pendidikan yang sangat sedikit sebelum tiba di sana.
Kelas biologi Hani Hamidah tentang seleksi alam diadakan di luar kelas, di atas rumput.
"Ketika kami mengajar anak-anak Papua, kami perlu menghubungkan pengajaran kami dengan situasi mereka di Papua," kata Hamidah.
"Saya telah mengajarkan mereka tentang makanan tradisional, dan kami berbicara tentang sumber daya alam di Papua dan budaya mereka. Ketika mereka diberi sesuatu yang dapat mereka kaitkan dengan peningkatan antusiasme mereka."
ADVERTISEMENT
Pendiri sekolah Shirley Doornik mengatakan tujuan sekolah adalah untuk menutup kesenjangan antara Papua dan daerah lain di Indonesia.
"Kami berharap mereka akan kembali untuk belajar lagi dan membantu membangun Papua."
"Pertama saya ingin membangun sekolah, dan kemudian saya akan membangun bangunan lain," kata Demira.
Demira memiliki cita-cita untuk menjadi seorang arsitek sehingga dia dapat kembali ke Tolikara dan membantu daerah itu berkembang, dia ingin mendirikan sekolah dan mengajar agar anak-anak Papua akan lebih terdidik dan bisa memajukan Papua serta membuktikan bahwa Indonesia Bangga memiliki Anak Papua yang maju dan sukses. (AK)