Mengungkap Kebohongan-Kebohongan Separatis OPM di Papua

Alfredo kway
Saya papua, dan saya Cinta Indonesia Sebagai manusia dimanapun kita dilahirkan kita harus cinta pada Tanah Airnya dan menulis....adalah mengabadikan
Konten dari Pengguna
12 Desember 2018 10:57 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Alfredo kway tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Mengungkap Kebohongan-Kebohongan Separatis OPM di Papua
zoom-in-whitePerbesar
ADVERTISEMENT
Publik Tanah Air ramai-ramai mengecam penyerangan dan pembunuhan pekerja PT Istaka Karya di Distrik Yigi, Kabupaten Nduga, Papua. Pelakunya kelompok bersenjata yang menamakan diri Tentara Pembebasan Nasional Papua Barat. Setidaknya sebanyak 19 pekerja dan 1 anggota TNI tewas. TNI dan Polri langsung bergerak cepat mengevakuasi para korban.
ADVERTISEMENT
Juru Bicara Tentara Pembebasan Nasional Papua Barat (TPNPB), Sabby Sambon berdalih penyerangan dan pembunuhan tersebut untuk menghabisi militer Indonesia. Namun dalam kenyataan yang dibunuh adalah warga sipil yang tak bersalah.
Satu persatu kebohongan pun mulai terungkap. TNI dan Polri tidak tinggal diam dan langsung membantah semua pernyataan tentara pemberontak. Berikut ini kebohongan pemberontak Papua yang terungkap:
TNI Bantah Gunakan Serangan Udara dan Bom
Kapendam Cendrawasih Kolonel Inf Muhammad Aidi membantah adanya pemberitaan yang menyebut dalam proses evakuasi, pasukan TNI melakukan serangan udara dan bom yang mengakibatkan sejumlah warga sipil tewas.
"Kami perlu tegaskan di sini bahwa TNI tidak pernah menggunakan serangan bom, TNI hanya menggunakan senjata standar pasukan infantri yaitu senapan perorangan yang dibawa oleh masing-masing prajurit.
ADVERTISEMENT
Dia menegaskan segala pernyataan tentang jatuhnya korban sipil, serangan bom hanyalah upaya propaganda pihak pemberontak Papua untuk berusaha menggiring opini publik guna memojokkan TNI-Polri.
"Seolah-olah TNI-Polrilah yang telah melakukan tindakan pelanggaran HAM, sedangkan mereka yang telah membantai puluhan orang warga sipil yang tidak berdosa seakan-akan bukan suatu kesalahan," katanya.
Tidak Ada Istilah Zona Tempur
Juru Bicara Tentara Pembebasan Nasional Papua Barat (TPNPB), Sabby Sambon yang menyerukan agar TNI bertempur secara benar, tak bertempur di luar zona tempur yang sudah ditentukan yakni di Yigi atau Mbua. Menurut Kapendam Cendrawasih Kolonel Inf Muhammad Aidi, zona tempur tersebut adalah klaim TPNPB sendiri.
"Mereka mengklaim bahwa mereka telah menentukan zona tempur di kawasan Habema sampai dengan Mbua. Walaupun itu hanya klaim sepihak karena tidak pernah ada perjanjian antara TNI dan KKSB tentang zona tempur tersebut," katanya.
ADVERTISEMENT
Dia juga menyatakan, faktanya pihak pemberontak justru yang telah melakukan pembantaian di bukit Puncak Kabo Distrik Yigi dan melakukan penyerangan Pos TNI di Mbua.
"Artinya mereka sangat tidak konsisten terhadap pernyataannya sendiri. Ini adalah cara bertempur sistem gerilya di mana tidak dikenal adanya zona tempur, tapi di mana pasukan TNI bertemu dengan KKSB maka di situlah zona tempurnya," katanya.
Korban Tewas Emanuel Warga Sipil
Emanuel Beli menjadi korban pembunuhan Kelompok Kriminal Bersenjata (KKB) di Nduga, Papua. Sebagai wujud solidaritas Belasan mahasiswa dari Ikatan Keluarga Timor Tengah Utara Yogyakarta (IKTTUY) menggelar aksi menyalakan lilin. Inisiator aksi Ermalindus Albimus Joseph Sonbay mengatakan Ermalindus Albimus, Emanuel Beli adalah warga sipil yang bekerja di PT Istaka Karya.
ADVERTISEMENT
Bukanlah seperti yang dituduhkan oleh juru bicara Tentara Nasional Pembebasan Nasional Papua Barat (TPNPB) Sebby Sambom yang menyebut para pekerja di Nduga merupakan anggota TNI.
"Dia (Emanuel Beli) sipil. 100 persen sipil. Dia hidup di Yogyakarta sudah 13 tahun," urai Ermalindus Albimus.
Mengungkap Motif Penyerangan
Tentara Pembebasan Nasional Papua Barat (TPNPB) di bawah komando Egianus Kogoya mengakui sebagai kelompok penyerangan yang melakukan pembunuhan terhadap satu orang anggota TNI dan 19 orang pekerja proyek jembatan di Kabupaten Nduga, Papua Barat. Mereka menceritakan motif di balik penyerangan itu.
Juru bicara TPNPB Sebby Sambom mengatakan pihaknya melakukan penyerangan dan pembunuhan kepada warga sipil, karena Egianus menilai mereka bagian dari militer Indonesia.
"Mereka itu militer Indonesia. TPN identifikasi, mayoritas pekerja adalah intelijen dan anggota TNI berpakaian preman. Mereka diback up oleh pos TNI di Mbua," jelasnya.
ADVERTISEMENT
Pernyataan Sebby Sambom ini sangat tidak berdasar karena faktanya adalah warga sipil yang tewas menjadi korban kebiadaban mereka.
Disadur dari Merdeka