Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2025 © PT Dynamo Media Network
Version 1.100.8
Konten dari Pengguna
Pergeseran Makna dalam Tradisi Silaturahmi Siswa Madrasah di Hari Lebaran
29 Maret 2025 12:01 WIB
·
waktu baca 4 menitTulisan dari ali achmadi tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan

ADVERTISEMENT
Silaturahmi di hari Lebaran merupakan tradisi yang telah lama mengakar dalam kehidupan masyarakat Indonesia, termasuk di lingkungan madrasah. Salah satu bentuk silaturahmi yang masih terus dilakukan adalah kunjungan siswa madrasah ke rumah guru untuk meminta maaf dan memohon doa restu. Namun, dalam beberapa tahun terakhir, makna dari tradisi ini mulai mengalami pergeseran. Jika dahulu silaturahmi dilakukan dengan penuh keikhlasan sebagai bentuk takzim kepada guru, kini sebagian siswa lebih menjadikannya sebagai ajang rekreasi dan bersenang-senang bersama teman-teman.
ADVERTISEMENT
Makna Silaturahmi di Masa Lalu
Di masa lalu, kunjungan siswa madrasah ke rumah guru di hari Lebaran benar-benar berlandaskan niat tulus untuk meminta maaf dan mendapatkan doa dari para pendidik mereka. Kunjungan ini dilakukan dengan penuh rasa hormat dan adab. Siswa datang dengan sikap rendah hati, menyampaikan permohonan maaf atas kesalahan selama proses belajar mengajar, serta meminta bimbingan dan nasihat untuk masa depan. Guru pun menyambut dengan penuh kasih sayang, memberikan doa dan petuah yang menambah motivasi siswa dalam menuntut ilmu.
Pergeseran Makna dalam Tradisi Silaturahmi
Saat ini, ada kecenderungan bahwa kunjungan silaturahmi ke rumah guru lebih dijadikan sebagai sarana rekreasi daripada momen penuh makna spiritual. Beberapa tanda pergeseran ini dapat terlihat dari perilaku siswa yang lebih memilih mengunjungi rumah guru yang lokasinya jauh, bukan karena ingin bertemu dengan sang guru secara khusus, melainkan karena ingin menikmati perjalanan panjang bersama teman-teman. Mereka lebih menikmati suasana ramai di jalan, mengambil foto bersama, atau bahkan menjadikan perjalanan ini sebagai bagian dari agenda liburan.
ADVERTISEMENT
Selain itu, ada juga kecenderungan bahwa kunjungan ke rumah guru lebih banyak diwarnai dengan obrolan santai dan canda tawa daripada percakapan bermakna mengenai pendidikan atau nasihat kehidupan. Rasa hormat dan kesungguhan dalam meminta maaf kepada guru terkadang mulai berkurang, digantikan dengan suasana yang lebih santai dan informal. Bahkan, banyak siswa yang lebih cenderung mengunjungi rumah guru-guru muda yang menurut mereka "sefrekuensi" untuk bercanda tanpa sekat, daripada mengunjungi rumah bapak/ibu guru yang lebih sepuh karena khawatir akan mendapat banyak nasihat dan petuah.
Dampak Pergeseran Makna Silaturahmi
Pergeseran makna ini tentu membawa dampak yang tidak bisa diabaikan. Salah satunya adalah hilangnya esensi penghormatan kepada guru yang seharusnya menjadi inti dari tradisi ini. Jika tidak diimbangi dengan pemahaman yang benar, siswa dapat kehilangan kesempatan untuk mendapatkan doa dan nasihat berharga dari guru mereka. Selain itu, jika budaya silaturahmi lebih condong ke arah kegiatan bersenang-senang semata, maka nilai-nilai keikhlasan dan penghormatan dalam tradisi ini dapat semakin luntur seiring berjalannya waktu.
ADVERTISEMENT
Upaya Mengembalikan Makna Silaturahmi
Agar tradisi ini tetap memiliki nilai luhur, perlu ada upaya untuk mengedukasi siswa tentang makna sejati dari silaturahmi ke rumah guru. Beberapa langkah yang bisa dilakukan antara lain:
Memberikan Pemahaman Sejak Dini – Guru dan pihak madrasah perlu mengingatkan siswa tentang pentingnya adab dalam bersilaturahmi, terutama kepada guru.
Mengarahkan Kunjungan dengan Adab yang Baik – Siswa perlu diarahkan agar tetap menjaga sikap sopan dan menghormati guru saat berkunjung.
Mengurangi Fokus pada Aspek Rekreasi – Kunjungan sebaiknya dilakukan dengan tujuan utama bersilaturahmi, bukan sekadar mencari kesenangan dalam perjalanan.
Mengadakan Kegiatan Silaturahmi di Madrasah – Pihak madrasah dapat mengadakan acara halal bihalal yang melibatkan guru dan siswa agar esensi silaturahmi tetap terjaga.
ADVERTISEMENT
Budaya silaturahmi siswa madrasah kepada guru di hari Lebaran memang mengalami perubahan dalam praktiknya. Jika dahulu dilakukan dengan penuh keikhlasan dan takzim, kini semakin banyak yang menjadikannya sebagai ajang rekreasi. Pergeseran ini perlu disikapi dengan bijak agar nilai luhur dari tradisi ini tetap terjaga. Dengan edukasi yang tepat dan pembiasaan yang baik, silaturahmi dapat kembali menjadi momen berharga yang mempererat hubungan siswa dengan guru, sekaligus mempertahankan nilai-nilai moral dalam dunia pendidikan. Jangan sampai kegiatan tersebut disalahgunakan oleh siswa dengan meminta izin kepada orang tuanya akan bersilaturrahmi kepada gurunya namun ternyata mereka pergi bersama sama dengan tujuan untuk bersenang senang ke tempat- tempat yang kurang bermanfaat.
ALI ACHMADI,
ADVERTISEMENT
Kabid Humas dan Usaha Yayasan Ar Raudloh
Perguruan Islam Raudlatut Tholibin Pakis - Pati