news-card-video
21 Ramadhan 1446 HJumat, 21 Maret 2025
Jakarta
chevron-down
imsak04:10
subuh04:25
terbit05:30
dzuhur11:30
ashar14:45
maghrib17:30
isya18:45
Konten dari Pengguna

Profesi Guru di Tengah Birokrasi: Antara Administrasi dan Esensi Pendidikan

ali achmadi
Saat ini sebagai praktisi pendidikan dan Kabid Humas dan Usaha Yayasan Ar Raudloh di Desa Pakis Kec. Tayu Kab. Pati Jateng. Saya juga sebagai staff pengajar di Madrasah Raudlatut Tholibin Pakis Kab. Pati. Saya lulusan S1 Teknik Industri
20 Maret 2025 13:44 WIB
·
waktu baca 4 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari ali achmadi tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Kegiatan Pramuka di sebuah madrasah sebagai salah satu bentuk pendidikan karakter (Foto: dokumen pribadi)
zoom-in-whitePerbesar
Kegiatan Pramuka di sebuah madrasah sebagai salah satu bentuk pendidikan karakter (Foto: dokumen pribadi)
ADVERTISEMENT
Dalam sistem pendidikan yang ideal, guru adalah sosok yang berperan sebagai pembimbing ilmu dan karakter bagi murid-muridnya. Namun, dalam realitas saat ini, profesi guru sering kali kehilangan makna sejatinya karena dibebani dengan berbagai laporan administrasi yang berlebihan. Akibatnya, aspek keilmuan menjadi sekunder, sementara pendidikan karakter yang seharusnya menjadi inti pembentukan generasi masa depan semakin terpinggirkan.
ADVERTISEMENT
Administrasi yang Menguras Waktu
Salah satu tantangan utama yang dihadapi oleh guru saat ini adalah banyaknya tuntutan administratif. Mulai dari penyusunan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP), laporan evaluasi siswa, hingga berbagai dokumen lainnya yang harus diserahkan secara berkala. Beban administrasi ini sering kali menghabiskan waktu yang seharusnya dapat digunakan untuk merancang metode pembelajaran yang inovatif, melakukan riset, atau bahkan memberikan perhatian lebih kepada siswa.
Dalam kondisi ini, guru tidak lagi sepenuhnya menjadi pendidik, tetapi juga pekerja birokrasi yang harus memenuhi berbagai tuntutan administrasi. Akibatnya, waktu untuk berinteraksi secara langsung dengan siswa menjadi berkurang, dan proses belajar mengajar lebih berfokus pada pemenuhan standar administratif daripada esensi pendidikan itu sendiri.
Aspek Keilmuan yang Menjadi Sekunder
ADVERTISEMENT
Dampak dari beban administrasi yang tinggi adalah menurunnya fokus guru terhadap pengembangan keilmuan. Seorang guru seharusnya terus mengasah kompetensinya, mengikuti perkembangan ilmu pengetahuan, serta mengadaptasikan metode pembelajaran agar relevan dengan kebutuhan zaman. Namun, ketika energi mereka lebih banyak terserap oleh pekerjaan administratif, upaya untuk meningkatkan kualitas pengajaran menjadi terbengkalai.
Akibatnya, proses pembelajaran cenderung monoton dan kurang inovatif. Guru lebih sering terpaku pada pemenuhan kurikulum secara teknis tanpa memiliki cukup waktu untuk menggali pendekatan yang lebih efektif dan menyenangkan bagi siswa. Dalam jangka panjang, ini dapat berdampak pada rendahnya kualitas pendidikan dan kurangnya daya saing siswa di tingkat global.
Terpinggirkannya Pendidikan Karakter
Selain aspek keilmuan, pendidikan karakter juga menjadi korban dari sistem yang terlalu birokratis. Padahal, pendidikan karakter adalah fondasi utama dalam membentuk individu yang tidak hanya cerdas, tetapi juga memiliki akhlak, moral, integritas, empati, dan tanggung jawab sosial.
ADVERTISEMENT
Namun, karena waktu guru lebih banyak tersita oleh laporan dan evaluasi administratif, interaksi mendalam antara guru dan siswa menjadi berkurang. Pendidikan karakter yang seharusnya tumbuh melalui keteladanan, bimbingan, dan diskusi terbuka semakin sulit untuk diterapkan secara efektif. Alih-alih menjadi mentor dan pembimbing, guru justru lebih banyak terjebak dalam rutinitas teknis yang tidak secara langsung berkontribusi pada pembentukan moral siswa.
Mencari Solusi: Kembali ke Esensi Pendidikan
Untuk mengembalikan makna profesi guru, perlu ada reformasi dalam sistem pendidikan, terutama dalam aspek administrasi. Beberapa langkah yang dapat dilakukan antara lain:
Menyederhanakan Administrasi
Pemerintah dan institusi pendidikan perlu meninjau kembali sistem administrasi guru agar lebih efisien. Pemanfaatan teknologi digital dapat menjadi solusi untuk mengurangi beban administrasi tanpa mengurangi kualitas pelaporan.
ADVERTISEMENT
Menyeimbangkan Peran Guru
Guru seharusnya diberi ruang lebih untuk mengembangkan metode pengajaran, melakukan riset, dan membangun hubungan yang lebih baik dengan siswa. Administrasi yang tidak relevan dengan proses pembelajaran sebaiknya dikurangi atau dialihkan ke tenaga administrasi khusus.
Memperkuat Pendidikan Karakter
Sekolah harus kembali menekankan pentingnya pendidikan karakter, bukan hanya sebagai teori, tetapi juga dalam praktik sehari-hari. Guru harus diberi keleluasaan untuk berinteraksi lebih intens dengan siswa dalam membangun nilai-nilai moral dan etika.
Memberikan Pelatihan Berkelanjutan
Guru perlu didukung dengan pelatihan yang tidak hanya berfokus pada aspek teknis pembelajaran, tetapi juga pengembangan karakter siswa. Dengan demikian, mereka bisa menjadi pendidik yang lebih efektif dan inspiratif.
Profesi guru seharusnya memiliki makna yang lebih dari sekadar memenuhi tuntutan administratif. Guru adalah agen perubahan yang memiliki peran krusial dalam mencerdaskan bangsa dan membentuk karakter generasi mendatang. Jika beban administrasi yang berlebihan terus dibiarkan, maka esensi pendidikan akan semakin luntur, dan kualitas pembelajaran pun terancam menurun. Oleh karena itu, diperlukan langkah nyata untuk mengembalikan peran guru sebagai pendidik sejati, sehingga ilmu dan karakter kembali menjadi prioritas dalam dunia pendidikan.
ADVERTISEMENT
ALI ACHMADI,
Kabid Humas Yayasan Ar Raudloh
Perguruan Islam Raudlatut Tholibin Pakis