Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2025 © PT Dynamo Media Network
Version 1.94.1
Konten dari Pengguna
Kebermanfaatan Pengetahuan Bahasa dalam Mengatasi Pandemi Covid-19 di Indonesia
10 Mei 2020 8:37 WIB
Tulisan dari Ali Fikry tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Pandemi yang menyebar saat ini menuntut semua orang dari berbagai kalangan untuk ikut andil membantu upaya penanganan. Ilmu kesehatan, penelitian, desain grafis, ketahanan pangan, dan berbagai macam bidang keilmuan praktis lainnya saling bahu membahu dalam menangani pandemi dan menjaga keberlangsungan hidup manusia kini dan nanti. Gotong-royong tidak lagi sebatas slogan, tapi benar-benar nampak nyata terjadi di lapangan.
ADVERTISEMENT
Saat awal penyebaran Pandemi Covid-19 di Indonesia, kami mahasiswa dari bidang keilmuan bahasa mengalami kebingungan karena tidak paham harus berkontribusi di bagian mana. Tapi lambat laun kebingungan kami akhirnya terjawab ketika mengamati fenomena yang terjadi. Ternyata keilmuan bahasa memiliki peran penting dalam upaya penanganan pandemi. Berikut alasannya.
Pertama, munculnya berbagai macam istilah yang tidak banyak dikenal sebelumnya seperti pandemi, epidemi, pengujian cepat (rapid test), disinfektan, dan lain-lain. Hal ini nampak sederhana tapi sangat penting untuk dipahami masyarakat agar tidak ada kesalahpahaman yang berujung pada kepanikan dan tindakan berlebihan. Misalnya kata “Pandemi” itu sendiri yang pada dasarnya—sebagaimana diwartakan oleh ABS News—sama sekali tidak berkaitan dengan tingkat keseriusan suatu penyakit, melainkan mengarah pada pengertian tentang skala penyebaran yang terjadi di seluruh dunia.
ADVERTISEMENT
Kedua, ada ketidaksesuaian penggunaan istilah dengan kondisi kehidupan masyarakat tertentu. Contohnya adalah Social Distancing yang berarti jarak sosial. Penggunaan istilah ini mengarah pada pembatasan interaksi sosial dan menimbulkan kecemasan bagi masyarakat Indonesia yang terkenal dengan budaya gotongroyongnya. Padahal tidak ada larangan untuk tetap berinteraksi dengan sesama. Hanya perantaranya saja yang dianjurkan berbeda, yakni cukup di dunia maya saja. Tepat mungkin diterapkan di China karena memang ada pembatasan interaksi baik daring maupun luring di sana. Tapi kurang pas diberlakukan di Indonesia. Akhirnya WHO resmi mengganti frasa Social Distancing menjadi Physical Distancing dengan tujuan agar semua orang bisa memahami bahwa mereka bisa tetap terkoneksi.
Ketiga, adanya perbedaan pendapat dalam pemaknaan istilah yang menimbulkan perdebatan panjang. Contoh kasusnya adalah istilah “Mudik” dan “Pulang Kampung” yang ramai diperdebatkan akhir-akhir ini. Mereka yang berpendapat bahwa dua istilah itu dimaknai sama berpedoman pada penjelasan dalam Tesaurus dan KBBI. Sedangkan yang membedakan keduanya menggunakan pemaknaan harfiah yang didasari beberapa logika praktis, salah satunya dengan teori semantik. Perdebatan ini sejatinya cukup diluruskan oleh ahli bahasa dengan tidak mengabaikan konteks tuturan yang melatarbelakangi munculnya perdebatan ini ke ruang publik, yakni kegiatan wawancara yang berlangsung antara Najwa Shihab sebagai penanya dan Joko Widodo sebagai Narasumber.
ADVERTISEMENT
Selain ketiga alasan tersebut, akan ada alasan-alasan lain yang muncul di kemudian hari seiring berkembangnya fenomena kebahasaan terkait wabah ini. Hal tersebut menegaskan bahwa para pelajar maupun pengajar bahasa dapat ikut andil memberi sumbangsih berupa edukasi terhadap masyarakat dengan medium keilmuan yang memang dikuasai, dan melalui berbagai media sosial yang dimiliki. Tentunya penjelasan yang disampaikan hendaknya berupa bahasa sederhana yang mudah dimengerti semua kalangan tanpa terkecuali.
Semoga opini sederhana ini dapat dicerna dengan baik oleh pembaca, bahwa pengetahuan bahasa juga berkontribusi untuk penanganan Pandemi Covid-19 khususnya di Indonesia. Semangat kami adalah mengentaskan kecemasan dan tindakan berlebihan yang didasari kesalahpahaman terhadap makna bahasa. Mari saling menguatkan! Sebab dengan berjuang bersama kita pasti bisa melewati ini semua.
ADVERTISEMENT