Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.93.2
Konten dari Pengguna
Diplomasi Muazin Indonesia di Qatar
12 Mei 2021 12:45 WIB
Tulisan dari Ali Murtado tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Namanya Ustaz Adi Prasetyo, asal Banyumas. Sehari-hari Ust. Adi bertugas sebagai muazin dan imam di salah satu masjid di kota Wakra, Qatar. Ust. Adi sudah tinggal di Qatar selama 19 tahun. Dia adalah salah satu generasi awal muttowa—sebutan bagi imam dan muazin di Qatar—asal Indonesia. Sebelum bekerja di Qatar, Ust. Adi merupakan pengajar di salah satu sekolah Al Irsyad di Purwokerto.
ADVERTISEMENT
Selain Ust. Adi, ada juga Ust. Ma’shum Hassan. Berbeda dengan Ust. Adi, Ust Ma’shum boleh dikata adalah generasi terakhir muttowa asal Indonesia. Ust Ma’shum yang merupakan lulusan Pondok Pesantren Assalafiyah Asyafi’iyah Sukorejo tersebut direkrut sebagai muttowa pada tahun 2015. Sejak saat itu, rekrutmen muttowa asal Indonesia terhenti.
Rekrutmen dan Fasilitas
Seperti halnya negara Teluk lain, Pemerintah Qatar lazim merekrut tenaga muttowa dari berbagai negara. Selain dari Indonesia, Pemerintah Qatar juga merekrut tenaga muttowa dari Pakistan, Bangladesh, India bahkan Filipina. Meski kontraknya per-tiga tahun, mereka umumnya bertugas sebagai muttowa untuk durasi yang sangat panjang. Beberapa di antaranya bahkan ada yang bertugas sampai usia 60 tahun.
Rekrutmen muttowa di Qatar dilakukan oleh Kementerian Agama Islam dan Wakaf (Awqaf). Mereka bekerjasama dengan pesantren-pesantren yang ada di Indonesia. Untuk menjadi muttowa, seorang calon sedikitnya harus hafal 10 juz Al Quran dengan bacaan yang sangat baik. Mereka juga akan dites pengetahuan fikih dan aqidah.
ADVERTISEMENT
Bagi yang lulus, Pemerintah Qatar akan menanggung tiket keberangkatan ke Qatar. Setibanya di Qatar, para muttowa ini juga akan menerima gaji bulanan, housing, utilities fees, dan jaminan kesehatan. Mengingat durasi kontrak yang panjang para muttowa juga diizinkan membawa serta keluarganya.
Duta Bangsa
Di Qatar, ada sekitar 50 tenaga muttowa asal Indonesia. Meski secara resmi mereka dikontrak sebagai tenaga muazin dan imam, namun dalam praktiknya, beberapa muttowa ada juga yang diminta secara informal oleh warga setempat untuk mengajar mengaji atau ilmu agama lainnya. Dengan peran seperti itu, tidak mengherankan jika para muttowa ini dapat berinteraksi langsung, bahkan turut menanamkan nilai, kepada masyarakat terutama anak-anak di Qatar.
Para muttowa asal Indonesia umumnya mendapat kesan yang positif dari warga setempat. Selain karena perangainya yang ramah dan penguasaan ilmu agama yang mendalam, para muttowa asal Indonesia juga memiliki sifat dan sikap yang moderat dalam ibadah dan muamalah. Mereka cenderung dapat menerima dan memahami perbedaan pandangan (mazhab) yang ada. Hal ini tentu berdampak positif terutama dalam upaya memperkenalkan Indonesia sebagai negeri muslim yang moderat dan toleran.
ADVERTISEMENT
Proses Rekrutmen ke Depan
Mengingat besarnya potensi para muttowa tersebut, Pemerintah Indonesia dan Pemerintah Qatar perlu melihat lebih serius lagi kerja sama pengiriman muttowa ke Qatar. Hal yang dapat dibenahi ke depan antara lain terkait proses rekrutmen muttowa. Jika selama ini proses rekrutmen dilakukan langsung antara Kementerian Awqaf dengan jaringan pesantren yang dimiliki di Indonesia, maka ke depan penting adanya keterlibatan Kementerian Agama RI dalam proses rekrutmen tersebut.
Keterlibatan Kementerian Agama dapat meningkatkan jumlah muttowa yang dapat direkrut. Selama ini jumlah muttowa asal Indonesia relatif sedikit jika dibandingkan muttowa dari negara lain seperti Pakistan atau Bangladesh, salah satu sebabnya adalah karena minimnya publikasi rekrutmen muttowa di Indonesia. Dengan melibatkan Kementerian Agama, maka rekrutmen yang dilakukan dapat lebih terbuka sehingga peserta yang berpartisipasi dapat lebih banyak dan variatif (dari berbagai daerah).
ADVERTISEMENT
Sebagai negara berpenduduk muslim terbesar di Indonesia, adalah wajar jika Indonesia memiliki jumlah muttowa yang besar pula di Qatar. Kehadiran mereka dapat membantu diplomasi Pemerintah dalam mengarusutamakan atau memberitakan tentang Islam yang ramah di Indonesia kepada publik di Qatar.
Kerja sama di Bidang Keagamaan.
Indonesia dan Qatar serius menjajaki kerja sama di bidang keagamaan. Dubes RI untuk Qatar, Ridwan Hassan pada tanggal 29 Maret bahkan sudah bertemu dengan Menteri Urusan Agama Islam dan Wakaf Qatar, Dr. Ghaith bin Mubarak Al Kuwari untuk membicarakan hal tersebut. Dubes menyampaikan beberapa wilayah kerja sama yang dapat dijajaki antara lain program residensi bagi para pengajar/pelajar Indonesia di Qatar, penambahan jumlah beasiswa dari Pemerintah Qatar (baik untuk tingkat mahasiswa maupun pelajar), serta kerja sama antara Masjid Nasional Indonesia (Masjid Istiqlal) dengan Masjid Nasional Qatar.
ADVERTISEMENT
Kerja sama-kerja sama tersebut diharapkan dapat meningkatkan peran dan profil Indonesia sebagai negara berpenduduk muslim terbesar di dunia yang multikultur dan moderat. Selama ini citra Indonesia sebagai negara dengan jumlah penduduk muslim terbesar tersebut belum banyak dikenal oleh warga lokal.
Kehadiran para muttowa di Qatar diharapkan dapat membantu dalam mengabarkan khazanah keislaman Indonesia di bumi Qatar dengan lebih baik lagi.
Oleh: Ali Murtado (KBRI Doha)