Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.93.2
Konten dari Pengguna
Politikus Termahal Saat Konstitusi Terjungkal
31 Agustus 2024 9:54 WIB
·
waktu baca 3 menitTulisan dari Ali Sajad tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Jelas bukan Prabowo Subianto, yang hanya “cari aman” saat sinyal “PERINGATAN DARURAT” viral di media sosial dan menggema di seantero Indonesia. Bukan pula Gibran, yang saat ini masih saja sibuk dengan program makan siang gratis yang tak jelas konsepnya, dari anggaran yang turun, menu menyesuaikan, bisa dengan mie lagi. Apalagi Kaesang, adiknya yang selalu bermewah-mewahan dengan Erina-nya.
ADVERTISEMENT
Politikus termahal saat ini juga bukan Jokowi. Si “Pecandu Kekuasaan” dan “Perusak Demokrasi” itu bahkan tidak pantas untuk disebut politikus. Disebut “tikus” juga mungkin terlalu menjijikkan, walaupun keduanya sama-sama menyebalkan.
Demokrasi macam apa yang memanipulasi konstitusi. Memang sesuai regulasi, tapi jelas mempermainkan aturan yang dicetuskan oleh Bapak Proklamasi. Presiden yang penuh ambisi, menjadikan lembaga negara sebagai amunisi.
Yang saya maksud adalah Anies Baswedan. Dia lah yang paling pantas mendapatkan title politikus sejati. Bahkan sejak pencalonannya di Pilpres 2024 lalu, dicekal dengan berbagai cara oleh para musuhnya yang takut kalah. Ia dihadapkan pada isu-isu tak benar tentang dirinya yang dibuat oleh para pembencinya.
Bahkan sekarang saat masa Pilkada tiba, lagi-lagi Anies Baswedan mampu menunjukkan betapa berintegritasnya dia. Pasca Putusan MA terkait syarat usia minimal calon kepala daerah, yang memungkinkan dia maju di Pilgub Jakarta sebagai calon independen, ia masih ada memegang komitmen untuk tidak memanfaatkan momentum emas itu. Ia mengatakan, komunikasi dengan partai-partai yang pernah mengusungnya di pemilu lalu telah terjalin dengan baik, melahirkan hubungan yang harmonis. Ia memastikan bahwa ia tidak akan mengkhianati partai politik manapun.
ADVERTISEMENT
Nasdem dan PKB, dua partai yang saat Pilpres 2024 mati-matian memperjuangkannya, yang setelah kalah pun dengan tegas akan mengusung Anies di Pilgub Jakarta, nyatanya hanya fatamorgana. Dua-duanya hengkang ke koalisi Partai Gerindra. KIM Plus namanya, partai-partai besar yang haus kuasa. Ada Bahlil disana, yang mempromosikan “Raja Jawa”.
Hingga saat ini elektabilitasnya adalah yang paling tinggi dibandingan nama-nama yang lainnya. Warga Jakarta, tidak melihat partai politik mana yang mengusung calon gubernurnya, apalagi siapa Ketum Partainya. Mereka hanya akan peduli pada siapa orang yang akan memimpin Jakarta, karena yang mereka tanyakan adalah, “Pak, KJP anak saya gimana?”, “Pak, tanah saya gimana?”. Mereka hanya akan mengurus KIP Plus, bukan KIM Plus.
Kesempatan lain masih terbuka lebar untuk Anies Baswedan. Dihadang di Jakarta, namun diberi karpet merah untuk memimpin Jawa Barat. Jika bukan Anies, mungkin peluang emas itu akan digunakan sebaik mungkin. Sebagaimana yang telah banyak terjadi di depan mata kita, cara licik pun akan ditempuh untuk duduk di kursi penguasa.
ADVERTISEMENT
Namun sekali lagi, Mantan Gubernur DKI Jakarta periode 2017-2022 itu menunjukkan integritasnya sebagai politikus sejati, yang tak “menuhankan kursi”. Ia dengan tegas menolak tawaran itu dengan alasan “tidak ada aspirasi masyarakat”, kalimat yang tidak mungkin terucap oleh orang-orang seperti Jokowi. Karena memang benar, ini adalah tentang memimpin rakyat, bukan asal berangkat dan menjabat.
Keputusan yang sangat tepat, dari politikus yang mengedepankan khidmat, yang tak haus pangkat meski jelas berbakat, Anies Baswedan yang terhormat.