Konten dari Pengguna

Peluang serta Tantangan Pembelajaran Jarak Jauh dan Hybrid

Ali Subroto Suprapto
Widyaiswara BPSDM Hukum dan HAM
5 Juni 2024 10:26 WIB
·
waktu baca 14 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Ali Subroto Suprapto tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Sejumlah pelajar sekolah dasar (SD) mengikuti pembelajaran jarak jauh dengan memanfaatkan jaringan internet gratis yang disediakan sebuah warung kopi di Jombang, Tangerang Selatan, Banten, Rabu (29/7). Foto: Muhammad Iqbal/ANTARA FOTO
zoom-in-whitePerbesar
Sejumlah pelajar sekolah dasar (SD) mengikuti pembelajaran jarak jauh dengan memanfaatkan jaringan internet gratis yang disediakan sebuah warung kopi di Jombang, Tangerang Selatan, Banten, Rabu (29/7). Foto: Muhammad Iqbal/ANTARA FOTO
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Pandemi COVID-19 telah mengubah lanskap pendidikan global, memaksa peralihan mendadak ke pembelajaran jarak jauh dan hybrid. Metode ini menawarkan potensi besar untuk menciptakan akses pendidikan yang lebih inklusif dan fleksibel, namun juga menghadirkan tantangan signifikan seperti kesenjangan digital dan penurunan kualitas interaksi.
ADVERTISEMENT
Dalam artikel ini, kami mengeksplorasi secara mendalam peluang dan hambatan yang dihadapi dalam penerapan pembelajaran jarak jauh dan hybrid, serta strategi untuk mengoptimalkan manfaatnya demi masa depan pendidikan yang lebih adaptif dan berkelanjutan.

Pendahuluan

Pandemi COVID-19 telah membawa perubahan signifikan dalam berbagai aspek kehidupan, termasuk dalam dunia pendidikan (HBR, 2020). Salah satu perubahan terbesar adalah peralihan dari pembelajaran tatap muka tradisional ke pembelajaran jarak jauh dan hybrid (OECD, 2020).
Pembelajaran jarak jauh mengacu pada proses belajar mengajar yang dilakukan sepenuhnya secara online, di mana siswa dan guru berinteraksi melalui platform digital tanpa perlu hadir secara fisik di tempat yang sama. Model ini memungkinkan fleksibilitas yang lebih besar dalam hal waktu dan lokasi, sehingga siswa dapat mengakses materi pelajaran dari mana saja dengan koneksi internet yang memadai.
ADVERTISEMENT
Di sisi lain, pembelajaran hybrid adalah pendekatan yang mengombinasikan metode tatap muka dan pembelajaran online. Dalam model ini, sebagian pembelajaran dilakukan di kelas fisik, sementara sebagian lainnya dilakukan secara online. Pendekatan ini dirancang untuk memaksimalkan manfaat dari kedua metode, memberikan interaksi langsung dan pengalaman belajar tatap muka sekaligus fleksibilitas dan aksesibilitas dari pembelajaran jarak jauh (Brookings, 2020).
Transformasi ini tidak hanya sekadar respons sementara terhadap krisis kesehatan global, tetapi juga membuka peluang untuk mengevaluasi kembali metode pendidikan dan mempertimbangkan inovasi yang lebih inklusif dan efektif di masa depan.
Relevansi topik ini sangat tinggi dalam konteks pandemi COVID-19. Ketika virus menyebar secara global pada awal 2020, banyak negara memberlakukan lockdown dan menutup sekolah sebagai langkah untuk mengurangi penyebaran virus.
ADVERTISEMENT
Langkah ini memaksa sistem pendidikan untuk beradaptasi dengan cepat dan mengadopsi pembelajaran jarak jauh sebagai alternatif utama untuk melanjutkan proses pendidikan. Menurut laporan OECD, hampir 1,5 miliar siswa di seluruh dunia terkena dampak penutupan sekolah pada puncak pandemi, yang mendorong adopsi massal pembelajaran jarak jauh.
Dalam konteks yang terus berkembang ini, penting untuk mengeksplorasi peluang dan tantangan yang muncul dari penerapan pembelajaran jarak jauh dan hybrid. Di satu sisi, metode ini menawarkan akses pendidikan yang lebih luas dan fleksibel, memungkinkan siswa dari berbagai latar belakang dan lokasi untuk mendapatkan pendidikan yang berkualitas (Bank, 2020).
Teknologi memainkan peran kunci dalam mendukung pembelajaran jarak jauh dan hybrid, memberikan alat dan platform yang memungkinkan interaksi dan kolaborasi virtual. Di sisi lain, metode ini juga menghadapi sejumlah tantangan signifikan, seperti kesenjangan digital, penurunan kualitas interaksi pembelajaran, dan dampak pada kesejahteraan mental dan fisik siswa dan guru (UNICEF, 2020).
ADVERTISEMENT
Artikel ini bertujuan untuk mengeksplorasi secara mendalam peluang dan tantangan yang dihadapi dalam penerapan pembelajaran jarak jauh dan hybrid. Dengan memahami kedua sisi dari perubahan ini, kita dapat menemukan strategi yang lebih efektif untuk meningkatkan kualitas pendidikan dan memastikan bahwa setiap siswa memiliki kesempatan yang adil untuk belajar dan berkembang (McKinsey, 2020).
Melalui kolaborasi antara pemerintah, institusi pendidikan, dan masyarakat, kita dapat memanfaatkan teknologi dan inovasi untuk menciptakan sistem pendidikan yang lebih adaptif dan inklusif di masa depan.

Evolusi Pembelajaran Jarak Jauh dan Hybrid

Pembelajaran jarak jauh bukanlah konsep baru. Sejak abad ke-19, pendidikan melalui korespondensi telah memungkinkan siswa untuk belajar dari jarak jauh melalui surat-menyurat (Chicago, 1892). Program-program ini memberikan kesempatan kepada individu yang tidak dapat menghadiri kelas tatap muka karena keterbatasan geografis atau komitmen lainnya. Di Amerika Serikat, University of Chicago memperkenalkan kursus korespondensi pada tahun 1892, salah satu bentuk awal dari pembelajaran jarak jauh yang diakui secara luas.
ADVERTISEMENT
Dengan kemajuan teknologi, pembelajaran jarak jauh mengalami transformasi signifikan. Radio dan televisi menjadi alat penting dalam penyebaran pendidikan pada pertengahan abad ke-20. Misalnya, pada tahun 1950-an dan 1960-an, Open University di Inggris memanfaatkan televisi dan radio untuk menyediakan pendidikan kepada orang dewasa yang tidak memiliki kesempatan belajar di universitas tradisional.
Perkembangan internet pada akhir abad ke-20 membawa revolusi dalam pembelajaran jarak jauh. Internet memungkinkan penyampaian materi pelajaran, komunikasi, dan interaksi secara real-time melalui platform online. MOOC (Massive Open Online Courses) menjadi populer di awal 2010-an, dengan platform seperti Coursera, edX, dan Udacity yang menawarkan kursus dari universitas ternama kepada jutaan siswa di seluruh dunia (Pappano, 2012).
Pembelajaran hybrid, juga dikenal sebagai blended learning, adalah pendekatan yang menggabungkan pembelajaran tatap muka dan pembelajaran online. Model ini mulai mendapatkan perhatian pada awal 2000-an seiring dengan meningkatnya aksesibilitas teknologi digital di sekolah-sekolah dan universitas (Bank, 2020).
ADVERTISEMENT
Pembelajaran hybrid bertujuan untuk memaksimalkan keunggulan dari kedua metode tersebut: interaksi langsung dan pengalaman belajar tatap muka serta fleksibilitas dan aksesibilitas dari pembelajaran online.
Pandemi COVID-19 pada tahun 2020 mempercepat adopsi pembelajaran jarak jauh dan hibrida secara global. Ketika sekolah-sekolah dan universitas ditutup untuk mencegah penyebaran virus, pembelajaran jarak jauh menjadi solusi utama untuk melanjutkan pendidikan. Menurut laporan OECD, hampir 1,5 miliar siswa di seluruh dunia terkena dampak penutupan sekolah pada puncak pandemi, yang mendorong adopsi massal pembelajaran jarak jauh.
Institusi pendidikan harus beradaptasi dengan cepat untuk mengimplementasikan pembelajaran jarak jauh. Penggunaan platform seperti Zoom, Google Classroom, dan Microsoft Teams meningkat secara drastis (Hub, 2020). Selain itu, pandemi juga menyoroti pentingnya akses terhadap teknologi dan internet yang memadai untuk semua siswa, membuka diskusi tentang kesenjangan digital yang signifikan.
ADVERTISEMENT
Pembelajaran hybrid juga menjadi model yang diadopsi oleh banyak institusi sebagai strategi jangka panjang. Model ini memungkinkan fleksibilitas yang lebih besar dan dapat diadaptasi sesuai kebutuhan situasi kesehatan dan regulasi setempat. Beberapa sekolah dan universitas mulai merancang kurikulum yang lebih fleksibel, yang dapat beralih antara pembelajaran tatap muka dan online sesuai kebutuhan.
Melihat ke depan, pembelajaran jarak jauh dan hybrid diperkirakan akan terus berkembang dan menjadi bagian integral dari sistem pendidikan global. Teknologi seperti AI (Artificial Intelligence) dan VR (Virtual Reality) diharapkan dapat lebih meningkatkan pengalaman belajar online. Selain itu, fokus pada kesejahteraan siswa dan guru, serta upaya untuk mengatasi kesenjangan digital, akan menjadi aspek penting dalam pengembangan lebih lanjut dari model pembelajaran ini (Hub, 2020).
ADVERTISEMENT

Peluang Pembelajaran Jarak Jauh dan Hybrid

Salah satu peluang utama dari pembelajaran jarak jauh dan hybrid adalah peningkatan akses pendidikan. Dengan menggunakan teknologi digital, siswa dapat mengakses materi pelajaran dan mengikuti kelas dari mana saja dan kapan saja, asalkan mereka memiliki koneksi internet yang stabil.
Hal ini sangat menguntungkan bagi siswa yang tinggal di daerah terpencil atau memiliki keterbatasan mobilitas. Menurut laporan dari UNESCO, pembelajaran jarak jauh dapat membantu menjangkau lebih banyak siswa di seluruh dunia, termasuk mereka yang biasanya tidak memiliki akses ke pendidikan berkualitas karena kendala geografis atau ekonomi (UNESCO, 2020).
Teknologi dalam pembelajaran jarak jauh dan hybrid memungkinkan personalisasi pembelajaran. Melalui data dan analitik, platform pembelajaran dapat menilai kemajuan siswa secara real-time dan menyesuaikan materi pelajaran sesuai dengan kebutuhan individu.
ADVERTISEMENT
Misalnya, sistem pembelajaran berbasis AI dapat memberikan rekomendasi konten tambahan atau latihan yang sesuai dengan tingkat pemahaman siswa (Brookings, 2020). Hal ini memungkinkan siswa untuk belajar dengan kecepatan mereka sendiri dan fokus pada area yang membutuhkan perhatian lebih, yang pada akhirnya dapat meningkatkan hasil belajar.
Pembelajaran jarak jauh dan hybrid memerlukan penggunaan berbagai alat digital dan platform online, yang secara tidak langsung membantu siswa mengembangkan keterampilan digital yang penting di era modern. Keterampilan seperti penggunaan perangkat lunak kolaborasi, navigasi internet, dan manajemen waktu dalam lingkungan digital menjadi bagian integral dari proses belajar (HBR, 2020). Keterampilan ini sangat berharga di pasar kerja yang semakin didominasi oleh teknologi.
Pembelajaran jarak jauh dan hybrid dapat mengurangi biaya yang berkaitan dengan pendidikan. Institusi pendidikan dapat menghemat biaya operasional seperti pemeliharaan bangunan, utilitas, dan bahan cetak. Siswa juga dapat menghemat biaya transportasi dan akomodasi. Menurut sebuah studi oleh World Bank, pembelajaran jarak jauh dapat menjadi solusi yang lebih hemat biaya dalam jangka panjang, terutama bagi institusi pendidikan yang menghadapi keterbatasan anggaran (Bank, 2020).
ADVERTISEMENT
Pembelajaran jarak jauh memungkinkan kolaborasi global yang lebih mudah. Siswa dan guru dari berbagai belahan dunia dapat berinteraksi dan bekerja sama dalam proyek-proyek bersama, membuka wawasan dan perspektif baru (McKinsey, 2020). Selain itu, institusi pendidikan dapat dengan mudah mengundang pakar dari berbagai bidang untuk memberikan kuliah atau seminar online, yang memperkaya kurikulum dan memberikan pengalaman belajar yang lebih luas dan beragam.
Pembelajaran jarak jauh dan hybrid juga menawarkan solusi yang fleksibel dalam menghadapi kondisi darurat seperti pandemi, bencana alam, atau konflik. Model ini memungkinkan proses belajar mengajar tetap berlangsung meskipun terjadi gangguan yang mengharuskan penutupan sekolah atau pembatasan sosial.
Hal ini terbukti selama pandemi COVID-19, di mana pembelajaran jarak jauh menjadi penopang utama pendidikan di banyak negara. Pembelajaran jarak jauh dan hybrid mendukung konsep pendidikan seumur hidup, di mana individu dapat terus belajar dan meningkatkan keterampilan mereka sepanjang hidup.
ADVERTISEMENT
Dengan fleksibilitas waktu dan lokasi, orang dewasa yang bekerja dapat mengikuti kursus online untuk pengembangan profesional atau mengejar minat pribadi tanpa harus meninggalkan pekerjaan mereka. Ini sesuai dengan tren global yang mengakui pentingnya pembelajaran berkelanjutan dalam menghadapi perubahan cepat di dunia kerja.

Tantangan Pembelajaran Jarak Jauh dan Hybrid

Salah satu tantangan terbesar dalam pembelajaran jarak jauh dan hybrid adalah kesenjangan digital. Tidak semua siswa memiliki akses yang sama terhadap perangkat teknologi dan koneksi internet yang memadai.
Menurut laporan dari UNICEF, sekitar 463 juta anak di seluruh dunia tidak memiliki akses ke pembelajaran jarak jauh selama penutupan sekolah akibat pandemi COVID-19 (UNICEF, 2020). Kesenjangan ini lebih terasa di negara berkembang dan di komunitas yang kurang mampu, yang seringkali kekurangan infrastruktur teknologi yang diperlukan untuk mendukung pembelajaran jarak jauh.
ADVERTISEMENT
Pembelajaran jarak jauh dan hybrid seringkali menghadapi tantangan dalam hal kualitas interaksi antara siswa dan guru. Interaksi tatap muka yang terbatas dapat mengurangi efektivitas komunikasi dan membuat siswa merasa terisolasi.
Studi menunjukkan bahwa interaksi langsung dan umpan balik segera dari guru sangat penting untuk keterlibatan dan motivasi siswa (McKinsey, 2020). Tanpa interaksi yang memadai, siswa mungkin mengalami kesulitan dalam memahami materi pelajaran dan merasa kurang terhubung dengan proses belajar.
Kesiapan guru dan siswa dalam mengadopsi teknologi baru menjadi faktor kunci keberhasilan pembelajaran jarak jauh dan hybrid. Banyak guru yang tidak memiliki pelatihan yang cukup dalam penggunaan teknologi pendidikan, yang dapat mempengaruhi kualitas pengajaran.
Demikian pula, siswa yang tidak terbiasa dengan platform pembelajaran digital mungkin merasa kesulitan untuk mengikuti pembelajaran secara efektif. Menurut sebuah survei oleh OECD, banyak sekolah di seluruh dunia yang mengalami kesulitan dalam transisi ke pembelajaran online karena kurangnya keterampilan teknologi di kalangan staf pengajar (OECD, 2020).
ADVERTISEMENT
Pembelajaran jarak jauh dan hybrid memerlukan tingkat disiplin diri dan manajemen waktu yang tinggi dari siswa. Tanpa pengawasan langsung, siswa harus belajar untuk mengatur jadwal mereka sendiri dan tetap fokus pada tugas-tugas akademik.
Banyak siswa yang merasa kesulitan dalam mengatur waktu mereka secara efektif, yang dapat mengakibatkan penurunan prestasi akademik. Penelitian menunjukkan bahwa siswa yang memiliki keterampilan manajemen waktu yang baik lebih mungkin berhasil dalam pembelajaran jarak jauh dibandingkan mereka yang tidak (Pappano, 2012).
Tantangan lain yang signifikan adalah dampak pembelajaran jarak jauh dan hybrid terhadap kesehatan mental dan fisik siswa dan guru. Isolasi sosial, stres akibat ketidakpastian, dan meningkatnya waktu layar dapat menyebabkan masalah kesehatan mental seperti kecemasan dan depresi. Menurut laporan dari World Health Organization (WHO), meningkatnya penggunaan perangkat digital selama pandemi telah menyebabkan masalah seperti gangguan tidur dan masalah penglihatan pada banyak siswa (WHO, 2020).
ADVERTISEMENT
Evaluasi dan penilaian dalam pembelajaran jarak jauh dan hybrid juga menjadi tantangan. Menilai kinerja siswa secara akurat dan adil dalam lingkungan online dapat menjadi sulit. Ada kekhawatiran tentang integritas akademik, seperti kecurangan dalam ujian online, serta kesulitan dalam memberikan umpan balik yang konstruktif dan tepat waktu (Brookings, 2020). Selain itu, model penilaian tradisional mungkin tidak sepenuhnya sesuai dengan konteks pembelajaran jarak jauh dan perlu disesuaikan untuk mencerminkan keterampilan dan kompetensi yang berbeda.
Keterlibatan orang tua dan dukungan keluarga memainkan peran penting dalam keberhasilan pembelajaran jarak jauh dan hybrid (Brookings, 2020). Namun, tidak semua orang tua memiliki waktu, keterampilan, atau sumber daya untuk mendukung anak-anak mereka dalam proses belajar di rumah.
ADVERTISEMENT
Hal ini terutama berlaku bagi keluarga dengan orang tua yang bekerja atau dengan latar belakang pendidikan yang terbatas. Menurut laporan dari Brookings Institution, banyak orang tua merasa kewalahan dengan tanggung jawab tambahan untuk mendukung pembelajaran anak-anak mereka di rumah.

Rekomendasi dan Solusi

Untuk mengatasi kesenjangan digital, pemerintah dan institusi pendidikan perlu berinvestasi dalam infrastruktur teknologi. Program subsidi perangkat teknologi dan koneksi internet dapat membantu siswa dari keluarga kurang mampu untuk tetap terhubung dengan pembelajaran online.
Misalnya, beberapa negara telah meluncurkan program pinjaman laptop dan tablet serta menyediakan akses Wi-Fi gratis di area tertentu. Menurut laporan dari World Bank, investasi dalam infrastruktur digital sangat penting untuk memastikan akses pendidikan yang merata (Bank, 2020).
ADVERTISEMENT
Guru memerlukan pelatihan yang memadai untuk menggunakan teknologi pendidikan secara efektif. Program pengembangan profesional yang berfokus pada keterampilan digital dan pedagogi online dapat meningkatkan kualitas pengajaran dalam pembelajaran jarak jauh dan hybrid.
Selain itu, dukungan teknis yang berkelanjutan harus tersedia untuk membantu guru mengatasi masalah teknis yang mungkin timbul. Menurut OECD, pelatihan yang berkelanjutan dan dukungan teknis dapat meningkatkan kepercayaan diri dan kompetensi guru dalam lingkungan pembelajaran digital (OECD, 2020).
Pembelajaran jarak jauh dan hybrid harus dirancang dengan pendekatan yang berpusat pada siswa, memungkinkan fleksibilitas dan personalisasi. Penggunaan platform pembelajaran adaptif yang menyesuaikan materi berdasarkan kebutuhan dan tingkat pemahaman siswa dapat meningkatkan keterlibatan dan hasil belajar (Pappano, 2012). Selain itu, strategi pengajaran yang mengintegrasikan berbagai gaya belajar (visual, auditori, kinestetik) dapat membantu siswa memahami materi dengan lebih baik.
ADVERTISEMENT
Untuk mengatasi tantangan manajemen waktu dan disiplin diri, institusi pendidikan dapat menawarkan pelatihan dan sumber daya untuk membantu siswa mengembangkan keterampilan ini. Workshop tentang manajemen waktu, pengaturan tujuan, dan strategi belajar yang efektif dapat membantu siswa mengatur jadwal belajar mereka dengan lebih baik. Menurut sebuah studi oleh National Education Association, keterampilan manajemen waktu yang baik berkorelasi dengan kesuksesan akademik dalam pembelajaran jarak jauh (NEA, 2020).
Institusi pendidikan harus menyediakan dukungan kesehatan mental dan fisik untuk siswa dan guru. Layanan konseling, program kesejahteraan, dan sumber daya kesehatan mental harus diintegrasikan ke dalam program pembelajaran.
Selain itu, upaya untuk mengurangi waktu layar dengan menyelingi aktivitas fisik dan istirahat dapat membantu menjaga keseimbangan antara pembelajaran dan kesehatan. Menurut laporan dari World Health Organization, program kesejahteraan yang komprehensif dapat membantu mengurangi stres dan meningkatkan kesejahteraan mental siswa dan guru (WHO, 2020).
ADVERTISEMENT
Sistem evaluasi dalam pembelajaran jarak jauh dan hybrid perlu disesuaikan untuk mencerminkan lingkungan belajar yang berbeda. Penggunaan penilaian formatif, proyek kolaboratif, dan portofolio digital dapat memberikan gambaran yang lebih komprehensif tentang kinerja siswa.
Selain itu, penggunaan teknologi anti-kecurangan dalam ujian online dapat membantu menjaga integritas akademik. Menurut penelitian oleh Brookings Institution, penilaian yang lebih fleksibel dan beragam dapat membantu mengukur kompetensi siswa secara lebih akurat (Brookings, 2020).
Orang tua dan komunitas memiliki peran penting dalam mendukung pembelajaran jarak jauh dan hibrida. Institusi pendidikan harus berkomunikasi secara efektif dengan orang tua tentang peran mereka dalam mendukung pembelajaran anak-anak mereka.
Workshop dan sumber daya untuk orang tua dapat membantu mereka memahami cara terbaik untuk mendukung anak-anak mereka di rumah. Menurut laporan dari EdTech Hub, keterlibatan orang tua yang aktif dapat meningkatkan motivasi dan hasil belajar siswa (Hub, 2020).
ADVERTISEMENT

Kesimpulan dan Penutup

Pembelajaran jarak jauh dan hibrida telah menjadi kebutuhan mendesak dan relevan di tengah perkembangan teknologi dan situasi global yang tidak menentu seperti pandemi COVID-19. Kedua model pembelajaran ini menawarkan berbagai peluang, termasuk akses pendidikan yang lebih luas, pembelajaran yang dipersonalisasi, pengembangan keterampilan digital, efisiensi biaya, dan peningkatan kolaborasi global.
Namun, tantangan signifikan seperti kesenjangan digital, kualitas interaksi pembelajaran, kesiapan guru dan siswa, manajemen waktu, kesehatan mental dan fisik, sistem evaluasi, dan keterlibatan orang tua masih harus diatasi.
Untuk mengatasi tantangan-tantangan ini, beberapa rekomendasi yang telah diuraikan termasuk investasi dalam infrastruktur teknologi, pelatihan dan dukungan untuk guru, pendekatan pembelajaran yang berpusat pada siswa, pengembangan keterampilan manajemen waktu, dukungan kesehatan mental dan fisik, sistem evaluasi yang fleksibel dan adil, serta keterlibatan orang tua dan komunitas.
ADVERTISEMENT
Implementasi strategi-strategi ini akan sangat penting dalam memastikan bahwa pembelajaran jarak jauh dan hibrida dapat berfungsi secara efektif dan memberikan manfaat maksimal bagi semua pihak yang terlibat dalam proses pendidikan.
Di era digital yang semakin maju, pembelajaran jarak jauh dan hibrida bukan hanya solusi sementara, tetapi merupakan bagian integral dari masa depan pendidikan. Adaptasi dan inovasi dalam metode pembelajaran ini harus terus dilakukan untuk memenuhi kebutuhan pendidikan yang semakin kompleks dan beragam. Kolaborasi antara pemerintah, institusi pendidikan, guru, siswa, dan masyarakat luas diperlukan untuk menciptakan ekosistem pembelajaran yang inklusif, fleksibel, dan efektif.
Pembelajaran jarak jauh dan hibrida membuka peluang baru yang sebelumnya tidak terbayangkan, memungkinkan pendidikan untuk menjangkau lebih banyak individu di berbagai penjuru dunia. Dengan memanfaatkan teknologi secara bijak dan mengatasi tantangan yang ada, kita dapat menciptakan lingkungan belajar yang lebih dinamis dan responsif terhadap perubahan zaman.
ADVERTISEMENT
Oleh karena itu, komitmen semua pemangku kepentingan dalam mengembangkan dan mengimplementasikan pembelajaran jarak jauh dan hibrida sangat diperlukan untuk memastikan bahwa pendidikan tetap relevan dan bermakna bagi semua generasi mendatang.