Soeseno, Sang Pejuang Tembakau dan Peninggalannya yang Berharga

Hananto Wibisono
Sekretaris Jenderal Aliansi Masyarakat Tembakau Indonesia (AMTI)
Konten dari Pengguna
6 Desember 2022 12:36 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Hananto Wibisono tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Di balik sikapnya yang tegas dan kritis, Soeseno, Ketua Umum DPN Asosiasi Petani Tembakau Indonesia (APTI), adalah pria yang lembut dan selalu ngemong. Meski ia sudah sepuh, tua muda dirangkulnya. Perbedaan pendapat baginya adalah warna yang mencerahkan sebuah misi perjuangan. Siapapun yang berkesempatan berdiskusi atau bahkan sekedar mengobrol santai dengan pria kelahiran Jember 1953 ini, pasti akan melihatnya sebagai sebuah pustaka hidup. Berbagai topik, mulai dari sejarah, budaya, politik, hukum hingga musik, dikuasainya. Maka tak heran, ketika dipertemukan dengan anak-anak muda dalam beberapa ruang dialog, ia dapat begitu cair.
ADVERTISEMENT
Brainstorming, menggali ide untuk merangkum sebuah pergerakan terasa begitu seru bersamanya. Waktu berjam-jam tak terasa dihabiskan duduk berbincang dengan Pak Seno. Wawasannya yang begitu luas tak terlepas dari minatnya membaca. Bahkan di salah satu rumahnya, digunakan sebuah ruang diskusi untuk aktivis dan mahasiswa yang diberi nama Posko Merdeka. Tumpukan ratusan buku, berbagai genre tersusun rapi di Posko Merdeka. Termasuk beberapa karyanya sendiri dan referensi lain tentang pergerakan, terpajang dan bebas untuk dibaca gratis.
Wajar bila kemudian junior-nya yang semasa pergerakan aktivis kini menjadi orang penting dalam berbagai instansi pemerintahan maupun organisasi. Soeseno mampu merangkul pergerakan lintas organisasi mahasiswa. Mulai dari tokoh Gerakan Mahasiswa Nasional Indonesia (GMNI), Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia (PMII), Himpunan Mahasiswa Islam (HMI) dan organisasi mahasiswa lain di Jember dia bina.
Soeseno Ketua Umum DPN APTI telah tutup usia 69 tahun di tanah kelahiranya Jember. Dok: AMTI.
Tanpa terkesan menggurui, seringkali Pak Seno (sapaan akrab beliau) yang menjadi narasumber dalam berbagai kegiatan terkait ekosistem pertembakauan, mampu menggaungkan narasi perjuangan menjadi topik utama. Alumni Fakultas Ekonomi Universitas Jember ini berhasil mengangkat isu kesejahteraan petani tembakau menjadi sebuah prioritas.
ADVERTISEMENT
Soeseno yang menghabiskan banyak momen hidupnya di sentra tembakau ini, menangkap realita bahwa komoditas tembakau dan elemen di hulu ekosistemnya, yakni petani tembakau perlu mendapat sorotan dan perhatian. Bahwa ada jutaan petani tembakau yang menggantungkan hidupnya pada komoditas yang selama ini selalu mendapat persepsi negatif. Padahal di sisi lain, dari tembakaulah negara mampu meraup pendapatan untuk pembangunan.

Berani dan Lantang Menyuarakan Masa Depan Petani Tembakau

Suaranya yang berat dan khas selalu yang paling terdepan terdengar ketika membicarakan pertanian tembakau. Ia akan cepat angkat suara ketika ada kebijakan yang dirasa tidak berimbang, tidak adil dan menindas kesejahteraan petani tembakau. Sebagai saksi mata mulai dari masa jaya tembakau hingga kini tembakau yang dikelilingi oleh kampanye hitam dan isu negatif, Soeseno selalu mencurahkan kan tenaga, pikiran dan waktunya untuk melakukan kerja-kerja advokasi, sosialisasi, audiensi dan lobi. Ia mengambil peran sebagai pejuang dengan satu tujuan: masa depan petani tembakau yang lebih baik.
ADVERTISEMENT
Pak Seno menilai bahwa ekosistem pertembakauan adalah bagian vital dalam perekonomian dan pembangunan negeri. Oleh karena itu, ia tak pernah lelah menyuarakan kepada pemerintah agar melakukan pendampingan teknis pertanian tembakau. Di antaranya akses permodalan, menyiapkan infrastruktur yang tepat guna agar produktivitas tembakau optimal dan berkelanjutan.
Alm Pak Soeseno saat mengikuti workshop media relation bersama elemen ekosistem pertembakauan. Dok: AMTI
Begitupun kepada intervensi asing yang mendorong pemerintah Indonesia untuk segera ikut menandatangani ratifikasi Framework Convention on Tobacco (FCTC). Ia secara lantang menolak dan menegaskan agar pemerintah dapat mengambil peran melindungi ekosistem pertembakauan dari hulu (petani) hingga hilir (industri dan konsumen).
Dari kacamatanya, dorongan dan tekanan untuk ratifikasi FCTC adalah tuntutan egois yang sedikitpun tidak mempertimbangkan keberlangsungan komoditas tembakau dan masa depan para petani. Sama saja dengan melanggar hak petani yang dilindungi undang-undang.
ADVERTISEMENT

Peninggalan Soeseno bagi Ekosistem Pertembakauan

Sosok lantang dan tegas itu kini telah pergi. Rasa kehilangan dan duka yang mendalam menyelimuti ekosistem pertembakauan. Kepergiannya meninggalkan ruang kosong pada perjuangan petani. Suaranya yang vokal dalam membela keberlangsungan dan kesejahteraan petani tembakau masih segar dalam ingatan. Suaranya akan terus terngiang menemani perjalanan Panjang perjuangan ekosistem pertembakauan dalam menolak proses dan implementasi regulasi yang tidak adil dan berimbang.
Sebuah kebanggaan bisa belajar dan berjalan bersama Pak Seno dalam melakukan kerja-kerja advokasi, audiensi, edukasi dan sosialisasi. Pak Seno meninggalkan jejak yang begitu penting dalam mapping perjalanan ekosistem pertembakauan. Bahwa dalam setiap gerak perjuangan, penting untuk tetap kritis, harus mampu merangkul perbedaan, tulus, dan jujur demi masa depan yang lebih baik. Masa depan petani tembakau dan ekosistem pertembakauan yang lebih cerah, berdaya saing, dan bermanfaat bagi masyarakat.
ADVERTISEMENT
Selamat jalan Pak Seno. Terima kasih atas buah pikiran yang telah Bapak berikan. Terima kasih atas nilai-nilai yang Bapak pegang dan perjuangkan. Terima kasih untuk semuanya Pak.
Every new beginning comes from some other beginning’s end.