Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2025 © PT Dynamo Media Network
Version 1.103.0
Konten dari Pengguna
Museum di Era Digital: Bukan Sekadar 'Gudang Sejarah'
8 Oktober 2024 17:10 WIB
·
waktu baca 2 menitTulisan dari William Suryo Goey tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Museum itu bangunan kuno yang ketinggalan zaman. Mungkin itu pandangan masyarakat terkait museum di tengah modernisasi yang berkembang pesat. Museum seakan hanya berfungsi sebagai tempat menyimpan dan memajang benda-benda bersejarah. Museum tak lebih dari gedung tua yang menjadi bukti adanya peradaban masa lampau.
Penelitian yang dilakukan Herman Hendrik dalam Jurnal Kebudayaan menunjukkan bahwa masyarakat tidak mengunjungi museum karena tidak ada waktu, jarak museum yang jauh, dan memilih melakukan aktivitas lain. Sementara itu, survei Museum Nasional Indonesia menyimpulkan bahwa harga tiket museum terlalu mahal dan tidak bisa dipesan secara online

. Fenomena ini menggambarkan kurangnya minat masyarakat mengunjungi museum karena berbagai keterbatasan. Mereka menilai banyak tempat lain yang lebih seru dikunjungi daripada museum.
Diperlukan inovasi dan digitalisasi museum untuk menarik atensi masyarakat. Salah satunya dengan menciptakan museum digital. Dengan begitu, jarak dan waktu tak lagi menjadi halangan untuk mengunjungi museum. Selama masyarakat memiliki gawai yang terhubung internet, kunjungan ke museum dapat dilakukan kapan saja dan di mana saja.
Namun, bagaimana cara membuat museum digital yang menarik? Beberapa museum telah menyediakan virtual tour yang dapat diakses melalui situs internet. Terdapat fitur interaksi pada objek sehingga informasi tentang objek dapat tersampaikan. Selain itu, sudut pandang kamera dapat diputar 360° sehingga pengalaman mengunjungi museum digital lebih interaktif.
Banyak tantangan dalam mengembangkan museum digital agar makin diminati masyarakat. Mulai dari bug saat sedang berkeliling, rendering yang kurang memadai, hingga objek yang kurang realistis. Perbaikan dapat dimulai dari mempermudah aksesibilitas pengguna. Misalnya dengan membuat tutorial cara menjelajahi museum digital. Museum dapat bekerja sama dengan developer untuk meningkatkan performa situs yang digunakan.
Promosi juga menjadi kunci suksesnya program ini. Museum digital dapat mulai dikenalkan melalui sosial media. Misalnya melalui video pendek dan infografis yang menarik. Selain itu, upaya promosi juga bisa dilakukan melalui sosialisasi. Sosialisasi dapat melalui sekolah maupun event nasional.
Dengan segala kemudahan, tak ada lagi alasan untuk tidak berkunjung ke ‘gudang sejarah’ ini. Dalam menyambut Hari Museum Nasional pada 12 Oktober mendatang, mari hilangkan pandangan negatif tentang museum. Jadikan museum sebagai tempat yang menyenangkan untuk berekreasi sekaligus mengenal sejarah. Karena masa lalu adalah guru terbaik untuk menyongsong masa depan.
ADVERTISEMENT