news-card-video
Jakarta
imsak
subuh
terbit
dzuhur
ashar
maghrib
isya

Keanekaragaman Hayati Pada Ekosistem Hutan Sabana di Taman Nasional Baluran

Alieffia Nur Afifah
Mahasiswa Jurusan Pendidikan Biologi, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta
Konten dari Pengguna
10 Juni 2022 10:44 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Alieffia Nur Afifah tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Sumber : Pixabay.com
zoom-in-whitePerbesar
Sumber : Pixabay.com
ADVERTISEMENT
Hutan sabana merupakan kawasan hutan yang didominasi oleh rumput serta semak-semak. Selain pertumbuhan semak dan rerumputan, terdapat pula pertumbuhan pohon yang menyebar di sekitar hutan sabana. Pohon yang tumbuh tersebut contohnya pohon palem dan pohon akasia.
ADVERTISEMENT
Hutan sabana biasanya terdapat di wilayah dengan curah hujan yang rendah yaitu wilayah tropis dan subtropis. Suhu pada hutan sabana cenderung panas dan umumnya mengalami kekeringan yang panjang di setiap tahun. Namun, hutan sabana tetap memiliki potensi untuk hujan. Hutan sabana memiliki curah hujan sekitar 900-1500 cm/tahun. Meskipun begitu, hutan sabana memiliki pengairan dan resapan air yang baik. Oleh karena hal tersebut, hutan sabana memiliki keanekaragaman hayati yang rendah.
Ekosistem hutan sabana Afrika Timur merupakan salah satu ekosistem hutan sabana yang tersohor. Hal ini disebabkan karena beragamnya tingkat keanekaragaman flora dan fauna di ekosistem sabana Afrika Timur. Ekosistem sabana di negara tersebut didominasi tumbuhan pohon akasia. Di Afrika Timur terdapat pula taman nasional yang terkenal dengan Taman Nasional Serengeti. Taman tersebut dihuni berbagai macam satwa antara lain kerbau, zebra, gajah, jerapah dan singa.
ADVERTISEMENT
Indonesia juga memiliki ekosistem sabana yang terletak di Banyuputih, Situbondo, Jawa Timur. Ekosistem sabana tersebut terkenal dengan sebutan Savana Bekol, Taman Nasional Baluran. Permukaan tanah berwarna hitam yang ditumbuhi rumput subur menjadi tempat huni bagi satwa pemakan rumput. Pada musim kemarau, biasanya permukaan tanah menjadi retak. Retak tanah yang ada di sekitar taman nasional ini mencapai kedalaman 8 cm hingga 10 cm. Sebaliknya, ketika musim hujan tiba diikuti curah hujan yang tinggi, hutan sabana dapat berubah menjadi hutan basah. Pada musim penghujan, tanah mudah longsor serta berlumpur. (Balai Taman Nasional Baluran, 2002)
Ekosistem sabana yang berada di Taman Nasional Baluran memiliki keanekaragaman flora dan fauna yang di lindungi oleh pemerintah. Taman Nasional Baluran merupakan suatu tempat para satwa untuk bertempat tinggal. Hewan seperti banteng dan kerbau sering dijumpai di taman ini. Tak hanya itu, terdapat juga hewan yang menjadi ciri khas kawasan Taman Nasional Baluran, seperti merak, rusa, ayam hutan, kijang, babi hutan, macan tutul, kucing batu, kucing bakau, dan anjing hutan. Selain keanekaragaman fauna, terdapat juga keanekaragaman flora di Taman Nasional Baluran. Taman Nasional Baluran memiliki 444 jenis tumbuhan yang terdiri atas 24 tumbuhan eksotis, 265 tumbuhan penghasil obat, dan 37 jenis tumbuhan di ekosistem mangrove (Nugroho, 2018). Delapan spesies diantaranya tergolong famili rumput-rumputan, yaitu tumbuhan Brachiaria reptans, Di-chantium caricosum, Eu-lalia amaura, Tuton Echinochloa colo-na, Dactyloctenium aegyptium, Echinochloa crus-galli, dan Eragrostis amabilis. (Dona Octavia, 2008)
ADVERTISEMENT