Konten dari Pengguna

Feature: Mahasiswa Lebih Nyaman di Perantauan

Alif Fatahillah
Ilmu Komunikasi UMY
20 Januari 2025 10:54 WIB
·
waktu baca 3 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Alif Fatahillah tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Yogyakarta, 19 januari 2025
Suasana mendung di sore hari pada halaman kos hunian Dika. Jl Pleman RT.04 DK 2 Gatak, Tamantirto, kasihan, Bantul, Yogyakarta (Sumber: Olahan Penulis)
zoom-in-whitePerbesar
Suasana mendung di sore hari pada halaman kos hunian Dika. Jl Pleman RT.04 DK 2 Gatak, Tamantirto, kasihan, Bantul, Yogyakarta (Sumber: Olahan Penulis)
Awan hitam disore hari menyelimuti jalan-jalan di sekitar kos-kosan mahasiswa di daerah kasihan, Daerah Istimewa Yogyakarta. Di tengah hiruk-pikuk kota, Dika (22), Mahasiswa semester lima asal Bantaeng Sulawesi Selatan, sibuk menyiapkan makan malam di dapur umum kos nya. Sebagai mahasiswa perantau, ia mengaku telah menemukan kenyamanan hidup jauh dari kampung halaman.
ADVERTISEMENT
"Awal berat, rindu rumah itu pasti. Tapi lama-lama saya merasa disini lebih mandiri dan nyama," ungkap Dika sembari memasak Ayam Palekko, makanan khas daerah asalnya yang kerap menjadi obat rindu kampung halaman.
Fenomena mahasiswa yang merasa lebih nyaman tinggal di perantauan bukanlah hal baru, namun menarik untuk ditelusuri lebih jauh. Banyak dari mereka yang justru merasakan kebebasan, kesempatan berkembang, dan lingkungan yang mendukung di tempat rantau. Hal ini diamini oleh Erwin (21), Mahasiswa asal Bulukkumba yang sedang menjalani kuliah di Universitas Islam Indonesia.
"Di sini saya bisa mengeksplorasi diri tanpa banyak batasan. Meski jauh dari keluarga, saya jadi belajar bertanggung jawab pada diri sendiri. Rasanya seperti menemukan rumah kedua," kata Erwin yang kini aktif dalam sebuah organisasi seni musik.
ADVERTISEMENT
Menurut Yova Tri Yolanda S.Psi, M.Psi Psikolog klinis di Yogyakarta, kenyamanan mahasiswa perantau dipengaruhi oleh beberapa faktor. Salahsatunya adalah kemampuan beradaptasi dengan lingkungan baru.
"Ketika seorang mahasiswa mampu beradaptasi, ia akan merasa lebih mandiri dan percaya diri. Mereka juga lebih mudah membangun jejaring sosial yang mendukung keseharian mereka di perantauan," jelas Yova Tri Yolanda saat ditemui di ruang kerjanya.
Adaptasi inilah yang dirasakan oleh Dika. Meski awalnya ia merasa kesulitan menyesuaikan diri dengan gaya hidup kota besar , ia akhirnya menemukan ritmenya sendiri . "Saya banyak belajar dari teman-teman di sini. Bahkan, saya merasa lebih nyaman karena ada teman-teman senasib yang saling mendukung," ujarnya
Selain itu, fasilitas yang lebih lengkap di kota besar juga menjadi faktor penentu. Dari transportasi umum hingga akses pendidikan dan hiburan, mahasiswa perantau seringkali transportasi umum hingga akses pendidikan dan hiburan, mahasiswa perantau seringkali merasa hidup mereka lebih terfasilitasi dibanding di ksmpung halaman.
ADVERTISEMENT
"Di sini saya dengan mudah naik MRT untuk ke kampus, atau pergi ke perpustakaan umu. Semua serbah dekat dan mudah,"tambah Erwin, yang mengaku sering memamfaatkan waktu akhir pekan untuk mengeksplorasi kota.
Namun, kenyamanan yang dirasakan mahasiswa perantau bukan berarti tanpa tantangan. Salah satu yang utama adalah kesepian. Meski telah memiliki teman-teman baru, rasa rindu terhadap keluarga dan kampung halaman masih sering menghantui.
"Saya harus pintar-pintar mengatur uang, terutama untuk makan dan transportasi. Kadang kalau lagi sulit, saya cari kerja sampingan," ungkap, Erwin yang bekerja sebagai driver Shopee Food.
Dika, misalnya, aktif dalam organisasi mahasiswa Bantaeng di kampusnya. "Disini kami sering mengadakan acara makan bersama atau diskusi budaya. Rasanya seperti pulang kampung," ujarnya dengan senyum.
ADVERTISEMENT
Erwin, juga merasakan hal serupa. Dengan bergabung dalam komunitas musik, ia bisa menyalurkan minat sekaligus memeperluar jaringan pertemanan."saya belajar banyak hal baru di sini, dan itu membuat saya merasa lebih diterima di tempat baru," katanya.
Meski harus menghadapi berbagai tantangan, banyak mahasiswa perantau yang justru merasa lebih nyaman tinggal di perantauan. Faktor adaptasi, dukungan komunitas, serta fasilitas yang tersedia membuat mereka merasa betah dan mampu menjalani kehidupan mandiri. Seperti kata Dika, "Perantau mengajarkan saya arti sebenarnya dari ruma. Bukan hanya tempat, tapi bagaimana kita merasa diterima dan nyaman di mana pun kita berada."
Muh Alif Fatahillah, Mahasiswa S1 Ilmu Komunikasi UMY.