Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2025 © PT Dynamo Media Network
Version 1.103.0
Konten dari Pengguna
Balas Budi, Mencintai, dan Menghargai
4 Januari 2023 20:19 WIB
Tulisan dari Alif Hafizhi tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan

ADVERTISEMENT
Sampai saat ini, saya yakin kalian setuju terhadap pola pikir merubah nasib dari generasi ke generasi menurut versi saya. Membahas tentang perdebatan yang melelahkan diantara manusia perihal balas budi, sebelum masuk lebih jauh, ijinkan saya mendominasi pikiran saya terhadap apa yang saya dapat dari beberapa sumber langsung, yang tentunya saya nggak bisa langsung menyatakan ini benar, salah atau yang paling benar.
ADVERTISEMENT
Saya besar dan terdidik dengan baik dari orang tua luar biasa, yang sebenarnya dia manusia biasa tanpa kekuatan super sama sekali, tapi bagi saya dia adalah ilmuwan yang menciptakan formula untuk dirinya sendiri, emang keliatan ngawur tapi jelas dia menjadi manusia super bahkan dia tak pernah merasa mengeluh sedikitpun tentang apa itu lelah dan capek, yang dia inget satu, salah satu anaknya harus ada yang jadi manusia super, atau menjadi penemu formula selanjutnya entah untuk dia sendiri atau untuk orang lain, biarkan dia sendiri yang mikir, itulah keganasan pemikiran orang tua demi anaknya menjadi manusia super. Semakin bingung anda membaca ranah pikiran saya, berarti anda masuk ke ranah kebingunggan yang sebenaranya.
ADVERTISEMENT
Baik ini alur hidup dan perdebatan batin saya.
Lulus SMA/K banyak yang kuliah atau nyari kerja, yah sah sah saja mana yang kalian pilih diantara dua pilihan tadi, tapi banyak berpendapat bahwa kuliah itu membuang buang uang toh pada dasarnya nanti juga yang kuliah akan nyari kerja, itu tidak dipungkiri juga, daripada perdebatan ini tiada akhir maka dari itu saya bagi dua, tentang ranah pilihan kuliah atau kerja.
1. KULIAH
Oke, tidak semua orang mempunyai kesempatan untuk kuliah, banyak diluaran sana menginginkan kuliah tapi banyak hal yang menyebabkan batal kuliah bahkan memimpikan kuliahanya saja tidak berani, salah satu contohnya, keinginan anak kuat tetapi orang tua tidak mampu dalam segi biaya, emang ada solusinya dengan mencari beasiswa, tapi dengan kata lain beasiswa itu tak semudah apa yang orang pikirin, tapi ada lagi, tergantung seberapa tangguh dia untuk mencari beasiswa itu, nah diluar itu ternyata banyak pandangan orang tua yang sangat kolot terhdapa gender perempuan, ngapain sih harus kuliah, toh kalian nanti jika bersuami juga mesti akan tak jauh jauh dari KASUR, SUMUR dan DAPUR, kalian pahami sendirilah apa maskud tiga kalimat yang tercap besar besar dijidad perempuan itu, tapi bagi saya manusia itu butuh berpikir secara jernih apalagi jika dikaitkan dengan masa depan anak itu pasti ada di orang tua di awalnya, kenapa?, karena saya yakin kehidupan anak atau pelajaran pertama anak itu dari orang tua dulu, apabila si istri tidak cukup mempunyai pendidikan ini menurut saya banyak bebalnya, karena seiring dengan berjalannya waktu akan terjadi “seperti buah jatuh tidak jauh dari pohonnya”, maaf saya ngomong kasar setuju silahkan tidak juga gak apa-apa, ibunya punya pendidikan rendah anaknya akan ikut jika dia tidak kuat dalam melawan lingkunganya, akan tetapi jika dia kuat, dia menjadi manusia yang beda daripada orang lain, yang artinya kembali lagi ke anaknya, tangguh atau tidak dia.
ADVERTISEMENT
Kembali ke topik, kenapa kuliah itu penting bagi saya, karena tidak sebatas ingin dapat gelar, ingin dapat cap bahwa saya anak kuliahan, ingin keren-kerenan, diluar itu semua saya punya tujuan terhadap diri saya sendiri, yaitu merubah sebuah nasib dan merubah sebuah kedudukan, karena yang saya paham saat itu, orang tua pengen anaknya jadi manusia super, saya harus ciptain formula untuk saya sendiri, dari titik itulah saya meracik diri saya sendiri, dan membulatkan tekad bahwa saya harus kuliah, semesta mengijinkan saya keterima beasiswa universitas, dan saya yakin itulah formula yang harus gue sempurnakan demi saya menjadi manusia super.
2. LANGSUNG BEKERJA
Oke, banyak sekali alasan yang saya dengar dan mungkin saya juga mewakilkan teman-teman yang tak kuliah tapi ia bekerja, yah alasan kenapa tidak kuliah itu klasik memang, karena ekonomi, dan hal sepele yang keluar dari mulut orang “ya sudah lah toh nanti juga kerja ujung-ujungnya”, nah dari sinilah perbedaan pandangan yang harus kita sikapi dengan bijak, kerja itu menyenangkan dan ibadah tentunya, dan hemat tentunya, tak membuang-buang waktu, banyak diluaran sana yang berhasil tanpa kuliah, berhasil dalam bekerja bahkan melihatkan pundi-pundi rupiah yang bukan sedikit, tapi sekali lagi saya tak pernah menyalahkan mana yang lebih baik kuliah atau kerja, biar semua orang punya pemikirannya masing-masing terhadap dua perbedaan ini, yang jelas satu kerja gigih membuat seseorang berhasil, kuliah giat membuat seseorang berhasil, jadi sampai saya mengutarakan ini, saya nggak bisa ambil kesimpulan mana yang bagus kuliah atau kerja, semua kita pasrahkan ke pikiran kalian masing-masing.
ADVERTISEMENT
3. BALAS BUDI
Pemikiran lama menyatakan bahwa balas budi ke orang tua itu harus, entah dia masih hidup atau dia udah meninggal, kasusnya kita ambil contoh orang tua masih hidup, banyak sekali pemikiran kolot dan tak bisa disalahkan juga, anak itu jika sudah bekerja wajib ngasih orang tuanya, secara uang, tapi kebalikanya orang tua tidak mau dikasih uang, karena orang tua tau bahwa anak juga punya kebutuhannya sendiri, dengan kata lain orang tua menolak, ini contoh kasus orang tua modern, tapi kasus orang tua kolot, menjadikan anak ketika selesai sekolah dia harus bekerja dan membiayai orang tuanya, ini juga tak bisa disalahkan namun ada yang keliru perihal ini, kelirunya, anak tak bisa dijadikan sebuah mesin untuk mencari uang, tetapi orang tua memaksa, yah itulah roda nasib, ada juga manusia yang super diluar kolot dan diluar modern, yah teori balas budi ini dinyatakan sah sah aja karena pemirkan saya sendiri, atas dasar obrolan dan bacaan yang saya baca, jadi silahkan menyangkal jika pemikiran saya salah atau benar.
ADVERTISEMENT
Orang tua selamanya akan jadi orang tua, sampai dia meninggal kita tetap menjadi anak, sampai kalian mempunyai harta segunung pun kalian tak akan mampu untuk membalas budi orang tua, kenapa? Yah orang tua memberi kita hidup, toh hakekatnya bukan orang tua yang memberi kita hidup tapi Tuhanlah yang memberi kita semuanya, tapi satu garis yang harus kita sepakati bersama,
“SAMPAI KAPANPUN KITA TAK AKAN BISA BALAS BUDI KEPADA ORANG TUA”
terus apa yang harus kita lakukan, beranak pinaklah kalian, dan berbuat lah minimal sama dengan orang tua yang kita kasih, atau bahkan harus lebih, kenapa seperti itu, baik begini cara mudahnya.
Ranah pokok:
Kita dikasih makan, susu, sampai kita dewasa dengan kasih sayang orang tua, saat sudah dewasa selesai kuliah atau langsung kerja kita berniat balas budi, tapi sampai orang tua kita meninggal, kita tak akan sanggup membalas budi, jika kita asumsikan balas budi dengan uang, harus berapa milyar bahkan triliyun yang kau dapat kasih ke orang tua kita supaya kita dapat dicap balas budi.
ADVERTISEMENT