Konten dari Pengguna
Menelusuri Jejak Kopi Kabelukan Wonosobo
29 Juli 2025 9:53 WIB
·
waktu baca 4 menit
Kiriman Pengguna
Menelusuri Jejak Kopi Kabelukan Wonosobo
Dari dataran tinggi Wonosobo yang subur, kopi kabelukan ternyata memiliki cita rasa khas yang membuat penikmatnya candu karena terdapat rasa manis seperti buah stroberi dan memiliki aroma kopi kuatAlif Ramadhan
Tulisan dari Alif Ramadhan tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan

ADVERTISEMENT
Sebuah perjalanan menuju tempat yang elok nan asri telah dimulai yaitu mengunjungi Kabupaten Wonosobo. Sepanjang perjalanan suasana terasa syahdu menambah nikmat tersendiri karena disuguhi pemandangan sawah hijau dan indahnya pegunungan. Akhirnya tiba juga setelah menempuh tiga jam perjalanan yang menyenangkan dari Kota Jogja. Sesampainya ditujuan derai air sungai terdengar riuh dari kejauhan dan gunung yang menjulang tinggi nan gagah terlihat begitu dekat. Tersembunyi sebuah potensi alam yang telah menjadi bagian tak terpisahkan dari kehidupan insan yakni perkebunan kopi arabika dari Wonosobo yang berlokasi tepat di antara dua gunung yakni Sindoro dan Sumbing.
ADVERTISEMENT
Dibawah cakrawala yang begitu cerah terlihat para petani kopi sudah siap untuk memetik buah kopi, potensi alam yang harus selalu dijaga. Bukan hanya sekedar minuman penghangat di kala pagi atau pendamping di kala santai. Kopi menyimpan keberkahan yang mengalir didalamnya karena sebuah karunia dari sang pencipta kemudian dimanfaatkan dan diolah dengan penuh cinta oleh para insan serta dinikmati dengan rasa syukur. Tidak hanya itu, dalam setiap proses pengolahannya juga tersirat cerita harmoni antara manusia dan alam, tentang bagaimana kita memanfaatkan potensi alam tanpa merusaknya, melainkan menjadikannya sebagai sumber kehidupan yang berkelanjutan.
Bersama satu sahabat saya, kami berdua berkunjung ke perkebunan kopi wonosobo bukan hanya sekedar singgah lalu pergi. Namun kami ingin belajar dan ikut membantu secara langsung bagaimana proses kopi diolah dari ketika masih buah sampai menjadi bubuk kopi yang siap disajikan. Kopi arabika yang tepatnya berlokasi di Dusun Kabelukan, Desa Candiyasan, Kabupaten Wonososbo telah lama menjadi bagian dari peradaban manusia. Pak Kumpul sebutannya, yakni orang yang berhasil membawa kopi ini dikenal banyak orang. Beliau juga merupakan Kepala Dusun di Kabelukan. Sambil memetik buah kopi bersama para petani, kami berbincang dengan Pak Kumpul cukup lama. Kami juga saling bertukar pengetahuan dan pengalaman.
ADVERTISEMENT
Dari dataran tinggi Wonosobo yang subur, kopi kabelukan ternyata memiliki cita rasa khas yang membuat penikmatnya candu karena terdapat rasa manis seperti buah stroberi dan memiliki aroma kopi yang kuat. Dulunya kopi ini hanya dikelola oleh masyarakat sekitar, namun seiring berjalannya waktu kopi ini semakin dikenal banyak orang hingga pada akhirnya sebuah perusahaan dari Korea melirik dan ingin membantu mengembangkannya. Dengan bantuan dari perusahaan Korea tersebut, Pak Kumpul merasa senang karena proses pembuatan kopi menjadi lebih efisien. Mereka memberikan bantuan berupa mesin pengupas kulit kopi dan mesin penggilingan kopi. Bahkan kami diajak oleh Pak Kumpul untuk melihatnya dan diajari cara menggunakannya. Setiap proses pembuatan kopi mulai dari memetik buah yang benar, cara mengoperasikan mesin pengupas kulit kopi sampai cara menggiling kopi, benar-benar diajarkan secara detail sehingga membuat kami sangat antusias karena hal ini merupakan kesempatan yang begitu berharga. Selain itu, menurut kami proses pengolahan kopi masih tergolong ramah lingkungan. Dari metode pengeringan alami yang memanfaatkan sinar matahari hingga penggunaan air bersih dalam proses pencucian. Setiap proses dilakukan dengan kesadaran untuk mengurangi dampak negatif terhadap lingkungan. Bahkan, limbah dari pengolahan kopi seperti kulit buah dan ampasnya diolah menjadi pupuk organik sehingga dapat menciptakan siklus yang berkelanjutan.
ADVERTISEMENT
Kami berdua sangat terkesan dengan mereka, karena mereka benar-benar berusaha untuk tidak merusak alam di dalam setiap proses pembuatan kopi. Hal ini merupakan bentuk nyata dari sebuah penghargaan terhadap alam. Kami merasa sangat puas karena banyak belajar hal baru terutama terkait kopi yang menyimpan banyak makna. Tibalah sudah yang kami tunggu-tunggu yaitu mecoba langsung kopi kabelukan. Pak Kumpul memperkenankan kami berdua untuk menikmati langsung cita rasa kopi kabelukan, bahkan kami diberi satu kemasan kopi sebagai oleh-oleh untuk dibawa pulang. Setelah seharian mengikuti proses pembuatan kopi yang cukup melelahkan, kami akhirnya pamit untuk pulang dan mengucapkan terima kasih kepada Pak Kumpul serta para petani atas pengalaman yang berharga ini.
Banyak pelajaran yang dapat kami ambil dari perjalanan penuh makna ini. Di Indonesia, negeri yang dikaruniai tanah subur dan iklim tropis oleh sang pencipta ternyata di balik kenikmatan tersebut ada sebuah narasi yang lebih dalam yaitu bagaimana manusia dapat memanfaatkan potensi alam dengan bijak, tentang menjaga keseimbangan serta memberi kembali kepada alam dengan menjaganya dan merawatnya. Kopi juga telah menjadi media yang menghubungkan antara manusia dengan alam. Di tengah hiruk-pikuk kehidupan modern, secangkir kopi dapat menjadi momen untuk merenung, menyadari betapa kita sangat bergantung pada alam dan tak dapat terpisahkan. Dalam kesederhanaan biji kopi, kita menemukan kompleksitas kehidupan, tentang bagaimana sesuatu yang kecil dapat membawa dampak yang besar.
ADVERTISEMENT
Keberkahan kopi yang ada didalamnya tidak hanya dirasakan oleh para penikmatnya, tetapi juga oleh para petani yang mengolahnya. Bagi mereka, kopi bukan sekadar tanaman, melainkan sumber kehidupan. Dari hasil penjualan kopi, mereka dapat memenuhi kebutuhan sehari-hari, memperbaiki ekonomi, dan membangun masa depan yang lebih baik. Oleh karena itu mari kita nikmati kopi dengan penuh rasa syukur, sambil terus berkomitmen untuk menjaga dan melestarikan alam agar keberkahan ini dapat terus mengalir untuk generasi mendatang.

