Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2025 © PT Dynamo Media Network
Version 1.103.0
Konten dari Pengguna
Quarter Life Crisis Mahasiswa: Tugas, Ekspektasi, dan Arah Hidup
2 Mei 2025 16:04 WIB
·
waktu baca 3 menitTulisan dari Alifah Anzalna tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan

ADVERTISEMENT
Usia kuliah sering kali disebut sebagai masa keemasan: bebas, penuh petualangan, dan banyak kesempatan buat berkembang. Tapi di balik itu semua, banyak juga mahasiswa yang diam-diam sedang tenggelam dalam krisis. Bukan krisis ekonomi, tapi quarter life crisis—masa ketika seseorang mulai mempertanyakan arah hidup, merasa stuck, atau bingung dengan masa depan.
ADVERTISEMENT
Dari luar, kita mungkin kelihatan sibuk. Jadwal padat dengan kelas, organisasi, tugas, dan deadline yang nggak ada habisnya. Tapi di sela-sela kesibukan itu, muncul pertanyaan-pertanyaan yang bikin kepala panas: "Aku sebenarnya mau jadi apa sih?" atau "Kenapa rasanya hidup gini-gini aja?"
Banyak dari kita yang jalanin semua rutinitas kuliah tanpa benar-benar tahu tujuannya. Belajar karena harus, ikut organisasi karena semua orang ikut, ambil jurusan karena disuruh orang tua. Nggak heran kalau akhirnya muncul rasa jenuh dan kehilangan arah.
Salah satu pemicu utama quarter life crisis adalah tekanan ekspektasi. Entah dari orang tua, lingkungan, bahkan diri sendiri. Orang tua ingin kita sukses, cepat lulus, dapat kerja bagus. Teman-teman mulai terlihat “berhasil”. Ada yang sudah magang di tempat keren, ada yang mulai bisnis, ada juga yang viral di media sosial.
ADVERTISEMENT
Bandingin diri sendiri sama orang lain itu capek. Kita mulai merasa tertinggal, merasa gagal, padahal semua orang punya waktunya masing-masing. Tapi rasa ragu itu tetap datang: "Apa aku udah cukup baik?" "Apa jalan yang aku pilih ini udah benar?"
Banyak mahasiswa merasa bingung soal masa depan, tapi juga takut buat coba hal baru. Takut salah ambil keputusan, takut gagal, takut mengecewakan orang lain. Akhirnya, stuck di tempat yang sama. Padahal, usia kuliah adalah waktu terbaik untuk eksplorasi, buat belajar dari kesalahan, dan kenal lebih dalam sama diri sendiri.
Lalu, Kita Harus Gimana?
Quarter life crisis bukan tanda kita lemah. Justru ini proses yang wajar dan sehat. Tanda kalau kita sedang bertumbuh dan mulai serius mikirin masa depan.
ADVERTISEMENT
Berikut beberapa hal yang bisa dicoba:
Quarter life crisis bukanlah akhir dari segalanya. Sebaliknya, ini dapat menjadi titik awal bagi kita untuk menemukan siapa diri kita yang sesungguhnya dan menentukan arah langkah kita ke depan.
ADVERTISEMENT